Rabu, 13 Mei 2020

TITIK NADIR

Yang sedang kita lalui sekarang ini adalah hari-hari yang sedang sangat rawan-rawannya bagi kehidupan hati nurani,akal sehat dan kemanusiaan.Hari-hari penghancur logika,penjungkir-balik rasionalitas dan peremuk kejujuran.Hari-hari di mana pengetahuan dan ilmu manusia diselubungi oleh kegelapan,atau sekurang-kurangnya keremangan.Hari-hari di mana manusia,kelompok-kelompok masyarakat,lembaga dan birokrasi sejarah,bukan saja tidak memiliki akurasi,kejernihan dan kejujuaran dalam menatap hal-hal di dalam kegelapan tapi lebih dari itu bahkan tidak semakin bisa mereka pilahkan beda antara cahaya dan kegelapan.

Inilah hari-hari di mana kebanyakan manusia bukan hanya kehilangan alamat kemanusiaannya,alamat rohaninya,alamat moralnya,lebih dari itu juga kehilangan alamat sosialnya,alamat politik,ekonomi dan kebudayaannya.Inilah hari-hari di mana standar-standar pengetahuan bersifat terlalu cair,di mana pilar-pilar ilmu dan pandangan kabur pada dirinya sendiri,di mana kepastian hukum bersifat terlalu gampang dilunakkan dan diubah bentuk maupun substansinya sehingga juga sangat gampang kehilangan kepastiannya.

Inilah hari-hari di mana makhluk kekal yang bernama rakyat tidak dipandang sebagai ibu dari siapapun,melainkan lebih diperlakukan sebagai anak-anak kecil,yang sangat banyak di antara mereka diperhatikan hanya sebagai anak tiri yang hampir selalu dianggap potensial untuk bodoh dan bersalah.Inilah hari-hari di mana makhluk yang bernama politik tidak lagi mengenali dirinya sebagai anak dari kedaulatan rakyat.Di mana para pelakunya melakukan perjalanan sejarah yang berpangkal tidak di kepentingan rakyat dan berujung juga tidak di kesejahteraan rakyat,tanpa kondisi itu disadari oleh subyek-subyeknya.

Para pelaku kedhaliman merasa tidak enak terhadap perasaannya sendiri,sehingga mereka berusaha menutup-nutupinya bungkus kemuliaan dan label keluruhan sampai pada akhirnya mereka kehilangan obyektivitas dan benar-benar percaya bahwa yang mereka lakukan memang bukan kedhaliman.Para pekerja kediktatoran bisa meminta bantuan kepada para pekerja ilmu untuk meyakinkan diri mereka bahwa itu bukan kediktatoran.Para penerap monopoli,oligopoly,subyektivisme kekuasaan dan hedonisme keduniaan,bisa dengan gampang membeli ‘parfum-parfum’ untuk mengubah kebusukan menjadi seakan-akan berbau harum,sampai akhirnya mereka yakin bahwa yang terpancar dari diri mereka adalah aroma-aroma harum.

Orang-orang yang paling tidak eling dengan mantap menganjurkan agar orang lain eling.Orang-orang merasa menjalankan etos waspada,padahal yang diwaspadainya adalah geliat dan kemungkinan gerak dari musuh-musuh yang mereka ciptakan sendiri,kewaspadaan bukan lagi kehati-hatian berperilaku di hadapan mata pandang Tuhan,moralitas dan nurani kemanusiaan.Adapun siapakah yang sesungguhnya gila,edan dan sinting di zaman serba kabur dan rabun ini..??tatkala hampir setiap ‘aku’ dan ‘kami’ telah sedemikian yakin bahwa ‘dia’, ‘kalian’ dan ‘mereka’ yang edan.?? Sedangkan para ‘dia’, para ‘kamu’, para ‘kalian’ dan ‘mereka’ adalah ‘aku’ dan ‘kami’ juga bagi diri mereka sendiri..??

Inilah hari-hari di mana kejahatan memproduk kebodohan.Di mana kebodohan,yang bekerja sama dengan suatu jenis kepandaian tertentu,mendorong terciptanya kejahatan.Di mana kebodohan berdialektika dengan kejahatan untuk memproses lahir dan berkembangnya destruksi-destruksi sistemik dan struktural atas bumi,nilai-nilai dan manusia.

Inilah hari-hari sarat penyakit.Hari-hari penuh penyakit di dalam diri manusia.Penyakit dalam kalbu,yang meruak pikiran,kita suburkan,bahkan kita agung-agungkan,sehingga Tuhan membengkak menjadi gumpalan-gumpalan besar...karena memang demikian sifat dan kesukaanNya.

Penyakit-penyakit dengan omset ekonomi politik yang tinggi,dengan mobilitas total di hampir seluruh wilayah penjaringan kekuasaan,dengan penekanan-penekanan konstan agar institusi-institusi informasi dan komunikasi menjadi kepanjangan tangan dari kedholiman,serta kemudian dengan peraihan sejumlah kambing-hitam yang periodik,juga dengan sejumlah sesaji zaman yang bukan hanya dilabuh melainkan juga dicacah-cacah secara kolektif dalam atmosfir hukum rimba kebudayaan.

Jalanan zaman yang sedang kita lewati sekarang ini adalah jalanan yang sedang licin-licinya,namun berserakan batu-batu terjal di sana-sini.Di tempat-tempat tertentu yang semula tidak licin,hari-hari ini ia ditaburi cairan-cairan penggelincir.Jalanan ini menggelincirkan manusia ke berbagai arah,di mana sebagian itu dirancang,direkayasa,dengan tingkat kecanggihan strategis dan taktis yang gelap di mata para pakar namun seluruh dunia tak meragukannya.

Jalanan ini licin tidak hanya bagi siapapun saja yang mendambakan dan mempertahankan tegaknya akal sehat,bagi kejujuran,bagi murninya nurani dan teguhnya prinsip-prinsip nilai...ia juga licin bagi para penguasanya.Para pelaku ketidakjujuran tergelincir untuk sedemikian khusyuk meyakini bahwa yang mereka lakukan adalah kejujuran.Orang-orang yang menghancurkan bangunan moral di dalam diri mereka sendiri,tergelincir untuk percaya bahwa yang mereka kerjakan adalah kemuliaan dan budi luhur.Orang-orang mengangkat penipu menjadi pahlawan,orang-orang yang menguburkan para pecinta kebenaran di kubur busuk,atau sekurangnya melemparinya dengan batu-batu kutukan,yang kemudian disusul oleh ribuan penguntuk lainnya yang mengutuk tanpa kegelisahan untuk bertanya apakah mereka benar-benar memahami apa yang mereka lakukan atau tidak.Orang-orang mem-blow up kilatan emas semu dan mentakhayulkannya habis-habisan dalam pesta hedonisme sejati hanya karena ia terbungkus oleh kekumuhan dan kebersahajaan.

Inilah hari-hari dimana kekuasaan mustahil untuk dilawan,juga oleh para penyusun dan pelakunya sendiri.Inilah hari-hari di mana raksasa-raksasa ‘Cakil’ didoakan oleh berjuta orang agar bersegera menusuk perutnya sendiri dan memuntahkan ususnya keluar.Inilah hari-hari di mana Suyudana bukan hanya mengaku Yudhistira,melainkan yakin sepenuhnya bahwa ia memang Yudhistira.Inilah hari-hari di mana para ‘Dursasana’ menatap wajah mereka sendiri di cermin dan yang tampak adalah Bima.Inilah hari-hari di mana ‘Aswatama’ yang pengecut mendandani dirinya dengan kostum Arya Setyaki dan membusungkan dadanya karena percaya bahwa mereka sesungguhnya gagah perkasa.Inilah hari-hari di mana ‘Karna-Karna’ kecil menginterpretasikan tradisi penjilatan sebagai perwujudan hutang budi dan keabsahan nasionalisme.Inilah hari-hari di mana ‘Semar’ direformasikan dan direfungsionalisasikan dalam peran-peran yang membuat roh Semar sendiri terpingsan-pingsan karena kebingungan.

Inilah hari-hari di mana manusia meletakkan dunia,capital,modal dan segala sumber daya di tangan kanan,sementara Tuhan,para Nabi dan Agama digenggam di tangan kiri.Tangan kanan itu mengendalikan dan menjadi pelaku pergerakan-pergerakan utama dalam sejarah,menjadi pusat negara dan pembangunan,kemudian hanya pada saat-saat terpojok dan terancam saja genggaman tangan kiri dibuka,untuk kemudian Tuhan didayagunakan simbiol-simbolNya untuk menyelematkan diri.

Inilah hari-hari di mana manusia membangun kekuasaan dan kekayaan untuk menindas orang lain,untuk kemudian menindas kemanusiaannya sendiri.Karena kemanusiaan tidak hanya bersemayam pada rakyat,pada wong cilik,pada bawahan-bawahan,melainkan juga bertempat tinggal di badan siapapun saja meskipun ia menduduki singgasana-singgasana sejarah yang tinggi dan mewah.

Inilah hari-hari di mana konteks yang mempolarisasikan antara ‘yang berkuasa’ dengan ‘yang dikuasai’ sesungguihnya bersifat multi-dimensi,sehingga pandangan yang memiliki emphasis perhatian terhadap ‘pemerintah dan rakyat’ atau ‘militer dan sipil’ harus memperbaharui dirinya dan memperluas cakrawalanya.Karena di dalam tatanan struktur sosial dengan sistem kekuasaan politik yang sangat bersifat kulturistik keterkuasaan atau ketertindasan tidak terletak oposisional selama ini,sebagaimana yang menjadi isu pokok setiap pemikiran oposisional selama ini hanya pada makhluk sejarah yang bernama rakyat,wong cilik,petani atau kaum buruh...melainkan bisa juga berlaku pada seorang prajurit,petugas kepolisian,karyawan sebuah kantor pemerintah,atau bahkanpun seorang Mayor Jendral.

Jadi inilah hari-hari di mana manusia terbumerangi oleh bangunan dan sistem-sistem kekuasaan yang ia ciptakan sendiri.Jikapun seseorang atau sekelompok orang mendiami dan menggenggam pusat kekuasaan itu sama sekali tidak menjamin bahwa ia atau mereka berkuasa atas sistem yang mereka rekayasa sendiri tersebut.Inilah yang Allah sendiri selalu memperingatkan.Manusia menganiaya dirinya sendiri.

Atau bahkan antara ‘yang berkuasa’ dengan ‘yang dikuasai’ bisa terdapat pada sekaligus wilayah ‘kaum penindas’ maupun daerah ‘kaum tertindas’.Lebih dari itu,peta keterkuasaan dan ketertindasan sudah tidak hanya beralamatkan pada geopolitik atau geoekonomi,melainkan juga yang lebih intrinsic...geopsikologi.Di dalam ruang kemanusiaan setiap orang terdapat potensi Negara,potensi militer,potensi keberkuasaan sekaligus potensi rakyat kecil,potensi sipil,potensi ketertindasan.Sebaliknya di dalam kosmos Negara,kemanusiaan yang tertekan tidak hanya kemanusiaannya wong cilik,tapi mungkin juga kemanusiaannya seorang Jendral,seorang Bupati,dan lain sebagainya.

Inilah hari-hari kesunyian manusia dalam Negara.Manusia terasing di dalam rumah sejarahnya sendiri.Manusia menciptakan penjara-penjara politik yang pengap,penjara-penjara ekonomi yang menyesakkan dan mencambuki punggung,serta penjara-penjara kebudayaan yang wajahnya gemerlap namun membuat lubuk nuraninya lenyap ke ruang-ruang hampa.Manusia menciptakan penjara-penjara sampai akhirnya rekayasa-rekayasa untuk mempertahankan eksistensi penjara-penjara itu menjelma menjadi penjara tersendiri yang lebih dahsyat kungkungannya.

Sebagian manusia mengasingkan saudara-saudaranya sampai mereka sendiri terasing dan kesepian,serta tidak kunjung bisa menjamin bahwa jika ia melepaskan diri dari kesepian itu keadaan akan lebih baik bagi diri mereka.Manusia terasing dari produk-produk peradabannya sendiri,karena di dalam bangunan itu kemanusiaan tidak dinomersatukan,juga kemanusiaan yang terkandung di dalam diri para penguasa itu sendiri.Roda politik menggerakkan kereta sejarah ke cakrawala yang sesungguhnya tidak dikenal oleh gagasan dan filosofi awal tatkala ilmu politik dilahirkan.Roda ekonomi dan teknologi menggulirkan zaman ke benua-benua peradaban yang di setiap ujungnya membuat rohani manusia-manusia pelakunya mereka kecele.

Sementara kebudayaan hanya sanggup menyediakan panggung-panggung joget bagi perasaan-perasaan picisan,bagi napsu-napsu permukaan yang tidak pernah mempertanyakan dirinya,serta bagi upaya-upaya katarsis kecil-kecilan dan temporal,atau kamuflase dan eskapisme yang penuh berisi omong kosong yang dibangga-banggakan.Kebudayaan kontemporer memasang gedung-gedung, panggung-panggung dan layar-layar pertunjukan serta arena ajojing yang watak dan temanya satu belaka : yakni proses pendangkalan kemanusiaan.

Inilah hari-hari di mana titik nadir demokrasi telah dicapai dengan amat sukses,sehingga budaya otoritarianisme semakin tidak bisa dikontrol,tidak saja oleh lembaga-lembaga kebenaran dan moral,tapi juga bahkan tidak terkontrol oleh diri para penguasa itu sendiri.Inilah hari-hari di mana terdapat kerjasama sejarah yang otomatik antara mereka yang berkuasa dengan mereka yang tidak berkuasa untuk sampai batas tertentu bersama-sama mentradisikan kepatuhan terhadap system kedhaliman yang diciptakan oleh semua pihak secara dialektis.

Inilah hari-hari di mana kita bisa dengan gambling menyaksikan terputus dan terbuntunya tugas kebenaran dunia ilmu dan kaum intelektual dari realitas kekuasaan Negara.Sehingga kenyataan-kenyataan runtuhnya akal sehat politik dan kebudayaan bukan saja semakin tidak bisa diantisipasi,melainkan terkadang malah dikukuhkan oleh lembaga-lembaga ilmu. Karena para pekerja kebenaran ilmu,para pengembara pengetahuan,beserta institusinya,sudah terlalu lama tidak berkeberatan untuk bertempat tinggal di propinsi sejarah yang tidak memiliki otonomi nilai dan independensi politik.

Inilah hari-hari di mana Agama semakin terasing dari para pelakunya.Di mana agama tidak disikapi rendah hati oleh para pelakunya,melainkan dijadikan alat untuk tidak dewasa dan pemarah.Di mana agama tidak dijadikan samudera ilmu,melainkan dijadikan jimat-jimat beku yang disimpan,dielus-elus,namun tidak diperkenalkan kepada hakekat realitas dan tidak diterjemahkan ke dalam syariat sosial sebagaimana Agama itu sendiri menuntunnya.Di mana Agama tidak dijadikan sumur kearifan dan kolam kedamaian,melainkan dipandei menjadi pisau tajam untuk mengiris-iris ulu hati dan harga diri sebagian hamba Allah.

Inilah hari-hari di mana Agama tidak digali akurasi moral dan power (akhlaq dan sulthan)nya demi mengontrol dan membimbing perilaku kekuasaan,sehingga nilai-nilai Agama justru banyak tersisakan sisi simboliknya belaka yang dipresentasikan justru pada fungsi legalisasi dan legitimasinya terhadap perilaku kekuasaan belaka.

Inilah hari-hari semakin tidak jernihnya mata pandang lembaga-lembaga informasi dan komunikasi.Para kuli tinta tidak sempat merenung dan harus berlari cepat dalam keasyikan budaya oplag yang tidak cukup sempat mengontrol diri dengan (karena semakin tipisnya) tradisi kejernian ilmiah,serta oleh skala prioritas moral dalam politik keredaksiannya.Para jurnalis tidak punya waktu,stamina mental dan kelapangan jiwa untuk selalu mempersegar kembali standar-standar persepsinya terhadap realitas hidup,terhadap ukuran-ukuran kualitas makhluk manusia,terhadap skala moral dan kebenaran nilai-nilai.

Inilah hari-hari di mana jaringan para pelaku budaya tanding,di mana network kekuatan-kekuatan oposisional dalam sejarah,di mana segmen-segmen gerakan demokratisasi tidak kunjung sanggup menyembuhkan penyakit atau mengurangi kelemahan di dalam diri mereka sendiri.Di mana bukan saja tak kunjung tercapai jaringan kerjasama yang kondusif dan komplementer simbiose mutualistic untuk memproses perbaikan-perbaikan sejarah,melainkan terkadang malah melarikan langkah-langkah yang kontra-productive.Di mana skala prioritas perjuangan tak kunjung disepakati,di mana psikologisme dan egoisme antar kelompok tak kunjung bisa disirnakan,serta di mana langkah-langkah strategis dan taktis tak kunjung dititik-temukan.Di mana ‘pasukan’ demokratisasi masih banyak dipenuhi oleh ideological inter prejudice,oleh lack of trust serta oleh terpuruknya jaringan itu pada masalah-masalah yang sesungguhnya tidak prinsipal.

Inilah hari-hari di mana Allah menganugerahimu kesunyian.Di mana Allah mengujimu dengan hal-hal yang karena belum tersentuh sungguh-sungguh oleh tangan kejuanganmu...terasa sebagai duka dan kepiluan.Inilah hari-hari di mana kegelapan mengepung demi memberimu ilham tentang cahaya.Di mana keedanan memuncak untuk menawarkan kepadamu kewarasan.Di mana kebuntuan-kebuntuan menabrakmu dan mengundangmu untuk menjebolnya...

Kamis, 26 Juli 2018

RAHMAN RAHIM

Allah tidak memaksa hamba-Nya untuk tak melanggar larangan & menjalankan perintah.Gusti Allah kui mung ngetutno opo sing dikarepno manungso

Engkau merdeka untuk tak menyembuhkan penyakit yg menimpamu,tetapi engkau terikat oleh kematian akibat penyakit itu.
Keniscayaan KEMATIAN itulah HAKIKAT PERINTAH & LARANGAN

Kehadiran (main display,main icon) Allah yg utama adalah RAHMAN & RAHIM...MAHA PENGASIH & PENYAYANG...bukan Maha Perkasa,Maha Berkuasa,atau Maha Penghukum...itulah sebab kenapa di dalam Surat Al-Fatihah yg merupakan inti dari Al-Qur'anul Karim kalimat RAHMAN RAHIM diulang sebanyak dua kali...mergo GUSTI ALLAH kui pancen MAHA PENGASIH & PENYAYANG

Allah menghukum tidak karena Allah ingin menghukum...melainkan,karena HUKUMAN adalah BAGIAN HAKIKI dari HUKUM ALAM PENCIPTAAN

Rabu, 11 April 2018

SEDAKEP SALUKU TUNGGAL

Ini mesu diri
Bukan mengurusi kursi
Ini lelaku sejati
Menyelam hingga ke lubuk Sang Diri.

Ini perjalanan nyawiji
Memerdekakan diri
Dari dunia dan ambisi
Kumasuki gerbang telinga Dewa Ruciku sendiri

Pancer dumunung ana aku
Gatiku pikir gatiku raga gatiku rasa
Sadulurku papat kalima pancer
Kang lungguh ana tengahing jagat
Aku pancer dadi ratuning jagat

Papat-papating atunggil
Tunggalku mapat
Papatku manunggal
Jagatku njalma kiblat
Kiblatku njalma jagat

Wahai kalian yang berhamburan di sana
Yang berputar-putar kebingungan
Yang terjebak oleh angin seribu penjuru
Yang tengah buta terhadap kasunyatan
Karena terbentur dinding fatamorgana

Wahai kalian yang terjerembab di lembah-lembah
Yang mempertengkarkan kerendahan
Yang melompati waktu
Karena tidak sabar terhadap ketinggian
Dan tidak bertapa di gua kemuliaan

Tutuplah mulut kalian
Gembok rapat-rapat kedua bibir kalian
Bukalah gerbang jiwa
Bertapalah di sukma
Sumèlèh rebah di telapak tangan Sang Maha Titah

Kalian adalah Bima
Yang disorong merenangi samudera
Belajarlah tetap bernapas
Di sela-sela lalulintas antara air dengan udara

Mulutmu jangan ternganga karena alpa
Hingga dimasuki oleh buih-buih tipudaya dunia
Bertapalah dalam gerak
Bergeraklah dalam tapa

Matahari di depanmu hanya sedepa
Tempuhlah dengan kesabaran dan puasa
Takkan tersentuh oleh tanganmu yang fana
Karena ia akan datang menyapa
Ketika jiwamu baka

Madhep mantep sumeleh teteg
Sidik amanah tabligh fathonah
Berhentilah gugup oleh bayangan-bayangan fana
Merdekakan diri dari kerumunan prasangka
Menep bersila di gua baka

Senin, 12 Februari 2018

SUWUNG

CAHAYA dan GELAP tanpa bidang adalah KOSONG,bidang didalam kekosongan adalah ISI...isi adalah bidang didalam cahaya dan kegelapan...isi tidak gelap juga tidak bercahaya,tetapi memantulkan keduanya...yang terang selalu menyusup di kegelapan,yang gelap menyembunyikan yang terang...yang mengosongkan dan yang mengisi merupakan suatu proses PENCIPTAAN...proses dari TIADA menjadi ADA,dari nol menjadi satu...sedangkan satu adalah dua,dan dua adalah satu...terang dan gelap adalah satu,tanpa satu adalah kosong..."ISI DARI YANG KOSONG ITULAH MAKNA KEHIDUPAN"...kehidupan berjalan diantara sisi gelap dan terang,bagaikan rambut dibelah tujuh kehidupan berjalan diatasnya,hanya yang tahu tujuan akhirnya yang akan selamat...sedangkan tujuan AKHIRNYA adalah AWALNYA...Maha Suci Dzat Allah yg menciptakan dari KETIADAAN...sedangkan ketiadaan adalah Ciptaan-NYA..." YANG AWAL & YANG AKHIR HANYA ALLAH SWT "

Selasa, 17 Oktober 2017

KHUSYU' adalah KEINDAHAN

KEINDAHAN bukan sebatas apa yg tampak oleh kasat mata.
KEINDAHAN begitu luas...lebih luas daripada KEBENARAN,lebih luas dari KEBAIKAN

itulah KEINDAHAN...PUNCAK AGAMA adalah KEINDAHAN.
Kalau engkau tdk bisa menemukan KEINDAHAN di dalam hubunganmu dengan ALLAH,hubunganmu dengan sesama manusia,maka engkau hanya tulang belulang di kehidupan.

Orang yg berniat shalat itu sudah dinilai baik,tapi agar shalatnya sah atau benar ia harus mengikuti fikih.Orang yg punya niat & telah benar cara shalatnya belum tentu diterima shalatnya,apalagi jika hatinya tdk khusyu'.Nah...ketika terjadi hubungan intim antara hati yg shalat & Sang Pencipta itulah KEINDAHAN...jadi KHUSYU' itu KEINDAHAN,dia bukan KEBENARAN atau KEBAIKAN

Tanpa menemukan KEINDAHAN yg panca indra ini manusia hanyalah tulang belulang dari kehidupan.Padahal...engkau bukan hanya tulang belulang,bukan hanya anatomi,tapi engkau juga darah & daging,engkau juga aliran darah,engkau juga urat saraf, engkau juga getaran-getaran,engkau juga adalah CINTA...dan CINTA itu tdk ada bendanya...

Jika CINTA itu ada bendanya,dimanakah bendanya cinta..???Apakah di hatimu???Tidak bisa...Seperti ombak di lautan,ketika seseorang diminta untuk mengambilnya,yg bisa diambil hanya air...bukan ombak...!!

Maka jangan dipikir hidup itu hanya air laut itu...
Jangan dipikir hidup itu hanya yg engkau bisa lihat...
Namun hidup adalah yg berpendar-pendar di atas panca indra...

Rabu, 06 September 2017

NUR MUHAMMAD

" Karena cintaNya kepada Cahaya (Nur Muhammad) maka diciptakanlah oleh-Nya alam semesta ini "
Bahwa cahaya putih itu sebenarnya bukan hanya putih,tapi merupakan campuran dari spektrum cahaya mulai dari merah,jingga,kuning,hijau,biru,nila dan ungu
Jika Cahaya putih dilambangkan sebagai Allah...manusia,dilambangkan sebagai merah misalnya
Maka,untuk kembali nyawiji-tauhid-bersatu-manunggal dengan Allah,manusia harus mempelajari semua warna
Sebab,jika hanya dirinya sendiri,dia tidak akan pernah berhasil menjadi putih
Itulah kiranya yang disebut dalam tasawuf sebagai dirimu adalah bagian dari Allah
"You Are Part Of Allah"
Sebab,dirimu...yang dimaksud bukan wujud hologrammu,merupakan salah satu spektrum yang jika engkau menggabungkan diri dengan warna-warna lain dalam spektrum itu,maka engkau akan menjadi Cahaya Putih itu.

Cahayalah yang akhirnya melahirkan ruang
Sebab,dengan adanya cahaya maka ada kegelapan
Cahaya adalah tata ruang
Cara hidup di dalam ruang adalah cinta (rahmat)
Karena adanya ruang,maka lahirlah waktu...

Jumat, 01 September 2017

NGAJIO SING TEMEN

Kalau ngaji Qur'an itu yg sungguh2.Sebab kalau tidak sungguh2 tidak ketemu.
Qur'an itu hurufnya ada 4: ق ر أ ن.

* Pertama Qaf
sifatnya qalqalah,artinya guncang.
Setiap orang yg menempuh jalan untuk menjadi ahlul Quran akan di uji Gusti Allah dg cobaan2 yg menggonjang ganjingkan hidupnya

* Kedua Ro'
sifatnya takrir,artinya mengulang2.
Meskipun cobaan yg mendera jalanmu kelak akan mengguncang hidupmu,sekali kali jangan kau pernah berhenti,karena Quran itu harus selalu dibaca berulang2 meskipun sudah khatam.DERES..!!Kalau tidak,SERED..!!

* Ketiga Hamzah
sifatnya syiddah berarti kuat.
Maksudnya,kamu harus benar-benar kuat menjaga Qur'anmu dg membaca dan membacanya lagi dan lagi meskipun hidupmu digonjang ganjingkan masalah yg tak sudah sudah.
"Sopo ngrumat keramut,sopo ngremeh keremet"

* Dan yg terakhir Nun
sifatnya idzlaq,artinya ringan.
Insya Allah,kalau kamu kuat dan sabar atas sgala coba yg mengguncang jiwa raga,sembari mengistiqomahkan ngajimu dg terus menerus nderes Quran mu,hidup matimu akan ringan...
seringan mulutmu saat mengucapkan NUN...!!!