Jumat, 27 Februari 2015

SEDULUR SONGO

SEDULUR SONGO

Saudara sembilan ( Sedulur Songo ) kenyataannya tidaklah berada terus menerus dibagian badan Jasad Kasar ini.Halusnya berujud cahaya yang mempunyai warna sendiri-sendiri.
Kodratullah-Oranye,Wujudullah-Hitam,Sipatullah-Kuning,Datullah-Putih,Sirullah-Merah,Pangaribawa-Biru,Prabawa-Kuning Emas,Kamayan-Putih Terang Kemilau.

Semua saudara terjadi/tercipta bersamaan dengan turunnya Roh
Suci didalam rahim ibu.Kamayan,Prabawa dan Pangaribawa ketiga-tiganya menjadi satu merupakan sang “aku” dari manusia (aku disini bukan “pribadi”),yaitu kekuasaan yang diberikan oleh Allah,untuk mengendalikan kelima saudara lainnya (sirullah,datullah,sipatullah,wujudullah dan kodratullah).Jadi ketiganya menjadi satu angan-angan yang bersifat tiga,punya watak dan
kekuasaan sendiri-sendiri.Kekuasaan tertinggi adalah Kamayan,kemudian Prabawa,baru Pangaribawa.Dalam bertindak ketiga-tiganya selalu berbarengan dan membantu/menjiwai/memberi kekuatan tindakan saudara-saudara lainnya.Walaupun
menerima kuasa dari Allah,namun tri-tunggal Kamayan-Prabawa-Pangaribawa tidaklah mampu menjamin kesejahteraan jiwa.Yang dapat menjamin kesejahteraan dan keharmonisan jiwa manusia hanyalah Tri Tunggal Mahasuci,Allah,Ingsun dan Roh Suci.

Berikut uraian/penjelasan mengenai Sedulur Songo ( Saudara
Sembilan ).

1.Kodratullah,terjadi dari bayangan Rahsa Jati,wadagnya berada pada dikemaluan.Berkecenderungan negatif
kearah nafsu sahwat.Apabila dapat dikuasai maka akan dapat diarahkan menjadi dasar kekuatan akan
keindahan.

2.Wujudullah,yang terjadi dari anasir tanah/bumi wadagnya ada di daging-kulit.Berkecenderungan serakah,tamak,mau menang sendiri,curang,lamban,malas,serta menjauhkan dari kebaikan.Namun kalau dapat dikuasai bisa menjadi dasar kekuatan jasmani dan
ketabahan serta tahan penderitaan.

3.Sirullah,yang terjadi dari anasir api,wadagnya berada didalam darah.Wataknya berangasan,amarah,tidak sabaran dan gelap mata.Kalau bisa dikendalikan
menjadi kemauan,tekad dan ketekunan bahkan menjadi jalan bagi saudara-saudara lainnya dalam mencapai tujuan.Tanpa bantuan dan daya Sirullah maka tiada dapat tercapai.

4.Sifatullah,terjadi dari anasir air,wadagnya berada didalam tulang dan sumsum.Kekuatannya terasakan
sebagai kehendak,yang menyebabkan adanya keinginan-keinginan,atau cita-cita.Dapat menjadi sarana Karsa Allah.Akan menjadi negatif apabila tidak dikendalikan,kearah kegemaran-kegemaran serta kesenangan-
kesenangan yang tidak baik.

5.Dzatullah,terjadi dari anasir hawa,berada di napas.Mempunyai watak jernih,belas kasih,bekti,cenderung akan hal-hal kesucian.Kekuatannya sanggup
menimbulkan kesanggupan untuk berkorban atas dasar kasih,mendorong untuk tercapainya ketenteraman dalam hidup dengan sesama.Kekuatannya menimbulkan
kesanggupan untuk berbakti,penyerahan total
manembah kepada Panuntun Sejati/Guru Sejati untuk makin mendekat dan bersatu dengan Allah.

6.Pangaribawa,terjadi dari bayangan Roh Suci,wadagnya berujud pusar dan halusnya ada di angan-angan berupa
“cipta”.Merupakan kekuatan paling bawah dari jiwa manusia.Pangaribawa memberi kekuatan kepada fungsi pancaindera.Maka,kekuatan ini seyogyanya diarahkan untuk menangkap hal-hal yang positif sesuai ajaran Guru Sejati untuk keutamaan hidup.

7.Prabawa,terjadi dari bayangan Ingsun/Guru Sejati,halusnya berada di angan-angan berupa “nalar”.Daya
kekuatannya melebihi Pangaribawa.Prabawa memberi
kemampuan untuk mengolah semua hal yang ditangkap oleh Pangaribawa.Prabawa kemudian mendorong akan timbulnya pertanyaan apa,kenapa,bagaimana,dsb.Untuk menemukan jawaban yang tepat.Seyogyanya Prabawa haruslah didampingi erat oleh Datullah yang
mendorong kearah kejujuran dan cinta kebenaran agar tidak terjerumus kerah pembenaran-pembenaran tindakan yang salah.

8.Kamayan,merupakan bayangan dari Allah ta’ala/Pengeran/Gusti Yang Maha Agung,wadagnya wujud jantung dan halusnya berada di angan-angan berupa “akal budi”.Kekuatannya yang disebut Kamayan atau Maya adalah kekuatan tertinggi dari angan-angan.Kamayan memberi kemampuan untuk memperoleh
pengertian-pengertian yang luas dan mendalam mengenai hal-hal yang ditangkap oleh Pangaribawa dan
Prabawa,sehingga dapat diambil intinya dan kesimpulannya.

9.Bayu Sejati,terjadi dari daya kekuatan kuasa Allah,wadagnya di tulang ekor sampai sumsum tulang
belakang.Mempunyai daya kekuatan luar biasa.Energi kundalini adalah salah satu daya kekuatan yang
bersumber dari Bayu Sejati.

Kesembilan saudara; Bayu Sejati,Sirullah,Datullah,Sifatullah,Wujudullah,Kodratullah,Pangaribawa,Prabawa dan Kamayan,berada dalam badan halusan manusia,yang harus dapat dikuasai agar saling bekerja sama dengan baik,agar tercapailah keadaan jiwa yang seimbang dan harmonis untuk meningkatkan keutamaan/budi luhur.Sifat angan-angan (Pangaribawa,Prabawa dan Kamayan) yang cenderung dapat menghalangi merasuknya pancaran sinar Illahi adalah karena sifat kedaulatannya,yang menimbulkan “aku” manusia.Aku nya manusia kemudian dapat dihinggapi oleh rasa perasaan kuasa.Inilah yang dapat menyebabkan seolah Nur Hidup merupakan cahaya yang bagaikan bayang-bayang yang tidak jelas,samar,karena
tertutup oleh angan-angan.Wujudullah dan Kodratullah,bisa sempurna bertindak kalau mendapat daya kekuatan dari Sirullah.Sirullah dapat bertindak dengan baik apabila memperoleh daya kekuatan Sipatullah.Sipatullah yang mengkoordinasikan agar Sirullah dan
Wujudullah serta Kodratullah membantu
kemauannya.Datullah lah yang seharusnya dapat menerangi akan tindakan-tindakan saudara-saudara lainnya.Jadi Sipatullah harus mau menerima pepadang/penerangan dari Datullah,yang kemudian memberi daya kepada Datullah untuk dapat menerangi ketiga saudara lainnya yaitu Sirullah,Wujudullah dan
Kodratullah agar berjalan didalam kebenaran dan kebaikan.Maka demikian pula Sipatullah tanpa bekerja sama dengan Datullah,akan menjadi budak Sirullah,Wujudullah dan Kodratullah,yang cenderung diajak berjalan kearah ketidak baikan/hal-hal negatif.Semua hal tersebut,agar dapat terlaksana menjadi tindakan,apabila dibantu/dijiwai oleh ketiga saudara Pangaribawa,Prabawa dan Kamayan.Jadi tiga saudara inilah yang seharusnya menuntun dan memberi jalan kepada Datullah agar menjadi kuat
dan menggandeng Sipatullah.Angan-angan menjadi terang apabila mendukung Datullah agar selalu membawa kearah keinginan dan tindakan yang luhur dan membangun watak yang utama.Kalau nafsu-nafsu (kelima saudara) dapat
dikendalikan/dikuasai,maka angan-angan atau ketiga saudara (Pangaribawa,Prabawa dan Kamayan) menjadi lebih mudah dikendalikan,dikumpulkan menjadi satu didalam hati sanubari,janganlah sampai berhubungan dengan otak.Hal ini sangat diperlukan dalam upaya untuk dapat
menerima “anugerah” tuntunan dari Ingsun/Guru Sejati.Bayu Sejati lah yang pada akhirnya direngkuh untuk memberi daya lebih untuk tujuan-tujuan spiritual
maupun hal-hal kebaikan lainnya yang “lebih jauh”.Maka apabila kesembilan saudara tadi sudah dapat dikuasai,dikendalikan dan patuh kepada aku sejati ya Roh Suci nya manusia,Wujudullah menjadi dasar kekuatan,Sirullah tidak sabar akan kebaikan,Sipatullah menjadi lantaran keinginan dan kehendak,Datullah menjadi sempurna kesuciannya dan
panembahnya kepada Ingsun/Guru Sejati/Rasul Sejati dan Allah.Dimana Pangaribawa,Prabawa dan Kamayan menyatu menjadi satu cipta luhur atau akal budi yang jernih,didalam ketenangan/ketenteraman yang eneng.Dan,terwujudlah jalan rahayu kearah
kemulyaan langgeng,Alam Sejati.Dalam kenyataan hidup keseharian sampai hayat masih dikandung badan,secara terus menerus ngracut busana kamanungsan adalah merupakan PR dan tugas yang
harus dilaksanakan secara disiplin terus-menerus oleh kita.Maka,sudah barang tentu tugas ini sangatlah berat.........

Rabu, 25 Februari 2015

NGURIP URIPI AGEMING ADJI (AGAMA)

"NGURIP URIPI AGEMING ADJI(AGAMA)"

Kang wus waspada ing patrap,mangayut ayat winasis,wasana wosing jiwangga,melok tanpa aling-aling,kang ngalingi kaliling,wenganing rasa tumlawung,keksi saliring jaman,angelayut tanpa tepi,yeku aran tapa tapaking Hyang Sukma.
( Dia yang sudah mengetahui jalan,menghayati tanda-tanda kebijaksanaan,menjangkau inti pribadi,telah bisa menyaksikan
secara nyata,yang menghalangi telah menyingkir,benar-benar memasuki alam sunyi,terlihatlah segala keadaan,terlihat tanpa batas,itulah yang dinamakan bertemu dengan jejak Tuhan )

Mengkono janma utama,tuman tumanem ing sepi,ing saben dina rikala mangsa,mangsah amamasuh budi,lahire den tetepi,ing reh kasatriyanipun,susilo anoraga,wignya men tyasing sasami,yeku aran wong barek berag agama.
( Seperti itulah manusia utama,senang tenggelam dalam kesunyian,setiap hari ketika dia menemukan kesempatan,mempertajam dan
membersihkan jiwa,setia menjalankan peran sebagai kesatria,bertindak baik,rendah hati,pandai bergaul dan membuat hati orang terpikat,itulah yang disebut orang-orang yang menghayati agama )

Agama adalah “ ageming aji “,pegangan yang baik...ajaran yang harus dipegang dengan kukuh dan dihayati agar muncul
kebaikan.Agama ibarat obor...ia dipegang…dijadikan penerang,agar kehidupan kita di muka bumi ini tetap berada di jalan setapak kebenaran,tidak terperosok apalagi tersesat,dan
ujungnya…kita bisa kembali kepada asal muasal sekaligus tujuan akhir kita,sangkan paraning dumadi,Dialah Hyang Tunggal,Hyang Wisesa,yang disebut manusia dengan berbagai nama:
Allah,Tuhan,God,Elli,dan semacamnya.

Berbicara tentang kebaikan,kita mesti berbicara tentang kebaikan pada tiga dimensi: dimensi pribadi,dimensi sosial,dan dimensi semesta.Beragama yang baik,indikatornya adalah ketika ketiga dimensi yang melingkupi hidup kita itu selalu dalam keadaan baik.Baik pada dimensi pribadi,adalah bahwa kita
menemukan kebahagiaan sejati,kita bisa merasakan kedamaian yang tak bercampur dengan kegelisahan,kita masuk ke dalam alam keselamatan yang tak lagi dikotori musibah.Sementara baik pada dimensi sosial,makanya kita dipersepsi baik oleh orang di sekitar kita,karena kita selalu memberikan kebahagiaan,ketenangan,rasa aman,dan keselamatan kepada mereka.Dan terakhir,baik pada dimensi semesta…kita,sebagai jagad alit,menjadi selaras dengan jagad ageng.Kita bisa merasa terhubung dengan tanah,udara,air,api…kita bisa merasa satu
dengan tetumbuhan,hewan,matahari,bulan,semesta yang tak terbatas…yang wujud nyatanya,alam ini selamat dari semua
kejahatan kita.Sudahkah agama membawa kebaikan bagi kita? Harus kita
sendiri yang menentukannya secara jujur.Kadang ada orang yang tahu apakah kita sudah beragama dengan baik atau belum...merekalah kaum yang waskito…tapi walau mereka tahu,mereka tak bisa mengubah nasib kita.Kita sendirilah yang harus mengubah keadaan,perjalanan hidup kita.Dalam kenyataan hidup saat ini,di nusantara yang kita cintai ini,terlihat apa yang disebut dengan peningkatan gairah beragama.Di mana-mana orang menunjukkan semangat untuk kembali
pada agama.Sayang sekali...pada banyak kasus...kebangkitan itu hanya pada tataran artifisial.Orang ternyata baru kembali pada kulit agama…mereka seperti anak-anak di hari lebaran yang bangga ketika mengenakan baju baru tanpa peduli akan makna kembali pada
fitrah dan kesucian.Seringkali...hakikat agama itu sendiri tak terlihat…Banyak orang yang ternyata bajunya saja yang sudah baju agama,tetapi dalamnya,lapisan jiwanya...belum diterangi oleh agama.Gampang sekali mengamati fenomena di atas.Kita bisa melihat orang atau kelompok yang paling merasa beragama dan paling merasa dekat Tuhan…di kalangan mereka agama diteriakkan,Tuhan juga diteriakkan…tapi hasilnya justru orang merasa tak
nyaman,merasa tak aman,dan jauh dari kedamaian.Tanda paling jelas untuk melihat kualitas keberagamaan kita adalah dengan melihat bagaimana respons alam ini.Saat ini,mengiringi bangkitnya semangat keagamaan,ternyata alam malah menjadi tak bersahabat.Bahkan alam ini,bumi pertiwi malah berduka…jagade gonjang ganjing..!Jelas ada yang keliru..!Kebaikan pada berbagai dimensinya tidak muncul ketika saat ini orang seperti telah kembali pada agama.Mengapa? Karena sesungguhnya mereka tidak kembali pada hakikat agama sebagai agama ageming aji dan aturan yang mencegah manusia dan semesta ini terperosok pada ketidakteraturan.Agama yang hanya dipahami sebagai identitas budaya,yang membuat seseorang merasa berbeda dari orang atau kelompok lainnya…Itu jelas hanya akan menciptakan
keburukan pada dimensi sosial sekaligus membuat kita terputus hubungan dengan semesta.Apalagi saat ini kita juga bisa
melihat banyak pihak mengulang pola yang sudah lama mewarnai Nusantara maupun berbagai belahan dunia:memanipulasi agama,baik sengaja maupun tak sengaja.Ketika agama dimanipulasi,agama dijadikan topeng untuk ambisi,hasrat,dan obsesi rendah.Jelas,pada tataran sosial yang
terjadi adalah kekacauan,pada tataran alam yang muncul adalah bencana.Jika kita mau agama kita memberikan kebaikan yang utuh...maka apa yang dituliskan dalam Serat Wedatama di atas layak jadi pegangan.Kita mulai belajar menjalani agama sebagai petunjuk
untuk memasuki alam kesunyian,alam pertemuan dengan Dzat Yang Maha Misteri.Langkah praktisnya adalah menekankan aspek agama sebagai petunjuk tentang perilaku yang baik:agama sebagai pedoman akhlakul karimah ( budi pekerti luhur ).Berbagai ritual agama,ditempatkan pada konteks riyadhoh,pelatihan,agar diri ini bisa terkendalikan,dan kemudian,bisa
terbiasa untuk berbuat baik kepada diri sendiri,kepada Yang Mencipta kita,dan kepada sesama ciptaan.Pada posisi beragama seperti yang diajarkan dalam Serat Wedhatama,arogansi dalam beragama,yang muncul dalam kebiasaan
mengaku-ngaku sebagai satu-satunya kelompok yang pantas menjadi kekasih Tuhan,satu-satunya umat yang selamat dan bisa menikmati surga...harus disingkirkan.Itu harus diganti dengan
kerendahan hati...dengan sikap diam dalam ketekunan menjalankan laku prihatin.Keberagamaan kita tidak lagi disampaikan lewat kata-kata,tapi dibuktikan melalui perilaku mulia yang membuat orang lain tersenyum bahagia karena keberadaan kita............

Senin, 23 Februari 2015

mengenal DIRI...mengenal TUHAN ( teka-teki TAPAK KUNTUL MABUR )

"mengenal DIRI...mengenal TUHAN (teka-teki TAPAK KUNTUL MABUR)"

Penasaran dengan teka-teki yang
diberikan oleh burung Kuntul tentang Mengenal Diri…Mengenal Tuhan...

“ carilah jejak kakiku,ketika aku terbang/dolekono tracake kuntul mabur “ kalimat itu acapkali kudengar manakala para sesepuh memberikan wejangan tentang Mengenal Diri...Mengenal Tuhan...

Kalimat/sanepan tersebut membuat saya
termotifasi untuk melakukan perjalanan
melanglang buana menyelami samudera
BATINKU yang paling dalam.
Dalam khasanah Jawa,terminologi AJARAN tentang HIDUP begitu banyak disampaikan oleh orang-orang bijak dalam bentuk tembang,serat-serat dan rata-rata membutuhkan penafsiran yang bukan bersandar pada AKAL dan PIKIRAN,melainkan dituntut adanya peran BATIN untuk mengupas dan
memaknainya.

Bayangkan saja mana ada JEJAK kaki burung Kuntul ( Bangau ) ketika terbang…?? bisakah kita menemukan bekas jejaknya…?? Mari kita sama-sama saling merenungi sebuah pesan yang sangat syarat dengan HIKMAH dan MAKNA seperti yang disampaikan oleh Kanjeng Sunan Kali Jaga dalam bentuk metrum Dhandhang gulo seperti di bawah ini:
"Ana pandhita akarya wangsit,kaya kombang anggayuh tawang,susuh angin ngendi nggone,lawan galihing kangkung,watesane langit jaladri,tapake
kuntul mabur lan gigiring panglu,kusumo anjrah ing tawang,isine wuluh wungwang"

Ujar-ujar orang bijak ( pandhito ) diatas menyiratkan,bahwa sesuatu yang dicari itu adalah : susuh angin (sarang angin)
dimana tempatnya,galih kangkung (galih kangkung),tapak kuntul nglayang (bekas burung terbang),gigir panglu (pinggir
dari globe/dunia),wates langit (batas cakrawala),yang merupakan sesuatu yang “tidak tergambarkan” atau “tidak dapat disepertikan atau tak terdefinisikan” yang dalam bahasa Jawa ” TAN KENO KINOYO NGOPO ” yang pengertiannya sama dengan “Acintya” dalam ajaran Hindu.Dengan pengertian “acintya” atau “sesuatu yang tak
tergambarkan” itu mereka ingin menyatakan bahwa hakekat Tuhan adalah sebuah “kekosongan”,atau “suwung”,Kekosongan adalah sesuatu yang ada tetapi tak tergambarkan.Semua yang dicari dalam kidung dhandhanggula di atas adalah “kekosongan”

Susuh angin itu “kosong”,ati banyu pun “kosong”, demikian pula “tapak kuntul nglayang” dan “batas cakrawala”.Jadi,bagaimana jika kita sama-sama memaknainya bahwa hakekat Tuhan adalah “kekosongan abadi yang padat energi”,seperti areal hampa udara yang menyelimuti jagad raya,yang meliputi segalanya secara immanen sekaligus transenden,tak
terbayangkan namun mempunyai energi luar biasa,hingga membuat semua benda di angkasa berjalan sesuai kodratnya dan Irodat-Nya tidak saling bertabrakan.Sang “kosong” atau “suwung” itu meliputi segalanya, “suwung iku anglimputi sakalir kang ana”.Ia seperti udara yang tanpa batas dan keberadaannya
menyelimuti semua yang ada,baik di luar maupun di dalamnya.Karena pada diri kita ada Atman ( sang Pribadi,Sukma Jati,Ingsun Sejati ),yang tak lain adalah cahaya atau pancaran energi Tuhan,maka hakekat Atman adalah juga “kekosongan yang padat energi itu”.Dengan demikian apabila dalam diri kita hanya ada Atman,tanpa ada muatan yang lain,misalnya nafsu ( ego ) dan keinginan,maka “energi Atman” itu akan
berhubungan atau menyatu dengan sang “maha sumber energi”.Untuk itu yang diperlukan dalam usaha pencarian adalah mempelajari proses “penyatuan” antara Atman dengan Brahman itu.Logikanya,apabila hakekat Tuhan adalah “kekosongan” maka untuk menyatukan diri,maka diri kita pun harus “kosong”,Sebab hanya “yang kosonglah yang dapat menyatu dengan sang maha kosong”.Mungkin dalam gambaran orang ndeso yang memiliki pandangan “ CUPIT “ seperti saya ini,yang paling sederhana adalah jika dua kutub magnet didekatkan antara kutub positif dan negatif dipertemukan,maka akan terjadi daya “TOLAK MENOLAK“.Tapi sebaliknya jika kutub positif dan positif dipertemukan,jelas akan terjadi daya “TARIK MENARIK“.
Hmmm…hmmm...kira-kira nyambung gak yah analog di atas..?? yah..anggap saja ini ilmu gothak,gathik,gathuk…lah mathuk apa nggak.He..he....

Sejenak dalam ketermenunganku terlintas sebuah ayat dalam Kitab Suci Al-Qur'an yang berbunyi : "Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu salat ( sembahyang ),sedang kamu dalam keadaan mabuk..."(QS. An-Nisa 43). Loh..loh...opo hubungane..??.Begini yah...rasa-rasanya ayat ini mengisyaratkan kepada saya pribadi bahwa,jangan MENYEMBAH (Manunggal) dengan Tuhan jika dalam keadaan MABUK.Apa yang bisa kita pahami tentang kata MABUK tersebut.Dalam pikiran dangkal seperti
saya ini,MABUK bukan hanya karena seseorang kebanyakan ( klempoken ) minum ( nenggak ) MIRAS yang memabukkan,tetapi PENETRASINYA adalah kondisi seseorang dalam keadaan
“ KEMRUNGSUNG ATINE “ hik…apa yah kira-kira ilustrasi yang pas dan tepat jika dibahasa Indonesiakan…??.Ahhhg…anggap saja Pikirane Ngelantur,KALUT ( stress ) gitulah.Nah,seseorang yang dalam kondisi MABUK ( kemrungsung,Kalut,Stress ) menandakan adanya MUATAN peran dominasi Nafsu ( ego ) sang Pribadi.Sebagai efek dominonya,tentu saja kita sudah tidak bisa lagi mengingat siapa diri kita.Lalu bisakah kita dalam kondisi,keadaan seperti ini MANUNGGAL dengan Sang Maha Tunggal…??.Maka jelas sudah jika dalam sebuah ayat yang lain dikatakan “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat ( sembahyang ) ,yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya (sembahyangnya ),…(QS.Al- Maa’uun 4-5).

Lalu bagaimana caranya supaya kita tidak LALAI dalam shalat ( menyembah ) dan manunggal dengan sang Maha Tunggal…??Caranya dengan berusaha “mengosongkan diri” atau “membersihkan diri” dengan “menghilangan muatan-muatan yang membebani Atman” yang berupa berbagai nafsu dan keinginan. Ahhg…kok mbulet-mbulet seh,kongkretnya gimana…?? Begini deh…,Coba sekarang mari kita mulai dan kita buktikan saja bersama-sama.Tenanglah bersama diri sendiri.Nikmati saja,santai saja.Endapkan segala pikiran masa lalu atau masa depan.Entah itu masa lalu pun yang dimulai dari sekian detik sebelumnya atau yang sudah usang puluhan bahkan
ratusan hari yang lalu.Begitu juga janganlah memaksakan untuk berfikir ke depan entah itu lima menit kemudian,apalagi sekian tahun ke depan.Lah..lah...kok nggak ada apa–apa yah…??
KOSONG…!! Santai saja poro sanak Kadangku,justru memang disitulah sesungguhnya letak rahasianya. ”Ketiadaan apa–apa…!! alias KOSONG…!! karena KEKOSONGAN ( kehampaan ) adalah merupakan sumber CIKAL BAKAL ( tunas ) dari terjadinya apa–apa ( tumbuh )”. Memang hal ini seperti biji
tanaman.Dimakan langsung jelas rasa pahitnya dan tidak menyenangkan.Dipandang juga tidak kelihatan rupa dan warnanya.Satu–satunya jalan bagi kita adalah menanam dan merawat serta memupuknya hingga tumbuh besar dan
menghasilkan buah yang bisa dirasakan oleh orang banyak.Demi Waktu ! Agar kelak mengetahui buah sesungguhnya.Buah yang tak tertandingi sifat yang Maha MEMBERI dan MEMBERI…!!.Yaitu nikmat dan pengajaran “ RASA MAKNAWI “ dalam sang Pribadi ( sukma jati,jiwa ) kita…!!Dengan kata lain berusaha membangkitkan energi sang Pribadi agar tersambung dengan energi yang Maha Terpuji.Dengan uraian di atas maka cara yang biasanya ditempuh orang-orang
SPIRITUAL adalah melaksanakan “yoga,samadi,Manekung,dzikir,meditasi”,yang intinya adalah menghentikan segala
aktifitas pikiran beserta semua nafsu dan keinginan yang membebaninya sebagaimana telah dicontohkan oleh manusia-manusia PENCERAH seperti Ibrahim,Musa,Isa,Muhammad dll.Sebab pikiran yang selalu bekerja tak akan pernah menjadikan diri “kosong”.Karena itu salah satu caranya adalah dengan
“Amati Karya”,menghentikan segala aktifitas kerja akal pikiran.Apabila “kekosongan” merupakan hakekat Tuhan,apakah Padmasana,yang di bagian atasnya berbentuk “kursi kosong”,dan dianggap sebagai simbol singgasana “Sang Maha Kosong” itu adalah perwujudan dalam bentuk lain dari apa yang dicari orang Jawa lewat kidung-kidung,tembang,dhandhanggulo,macapat dan serat-serat itu?.

Ahhg…sang Kuntul telah memberikan pengajaran dan membukakan gelap dan kelamnya TABIR sang Pribadi yang
selama ini bergolak.Sebuah pesan singkat sang Kuntul itu kepadaku : Heih..."sing kuat olehmu gondhelan Teken Muhammad.Supoyo URIPMU ayem lan tentrem.Sebab nengdi wae olehmu kowe ngemboro,sak piro dhuwure olehmu ngangsu kaweruh tulis lan sudhul langit olehmu MANTHENG ngasah batin,ujung-ujunge kowe mung bakal tinemu marang SEJATINE awakmu dhewe.Mulo mung loro cacahe pilihan,kowe bakal milih arep dadi CAHYO kang PINUJI opo dadi CAHYO
kang MILANGKORI…!! Dhuh…opo meneh iki…??.

(Olah Kepribadian/Dialog Batin Agoeng Deworuci di Malem Rabu Kliwon 22/02/2015)

Sabtu, 21 Februari 2015

SEMAR (ASAL USUL,JATI DIRI & FILOSOFI)

SEMAR (ASAL USUL,JATI DIRI & FILOSOFI)

Batara Semar

MAYA adalah sebuah cahaya hitam.Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.Yang sesungguhnya ada,ternyata bukan.Yang bukan dikira iya.Yang wanter (bersemangat) hatinya,hilang kewanterane (semangatnya),sebab takut kalau keliru.Maya,atau Ismaya,cahaya hitam,juga disebut SEMAR artinya
tersamar,atau tidak jelas.Di dalam cerita pewayangan,Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa,ia diberi anugerah mustika manik astagina,yang mempunyai 8 daya,yaitu:
1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan

kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung.Semar atau Ismaya,diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar,Batara Ismaya,Batara Iswara,Batara Samara,Sanghyang Jagad Wungku,Sanghyang Jatiwasesa,Sanghyang Suryakanta.Ia diperintahkan untuk menguasai alam
Sunyaruri,atau alam kosong,tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.Di alam Sunyaruri,Batara Semar dijodohkan dengan Dewi
Sanggani putri dari Sanghyang Hening.Dari hasil perkawinan mereka,lahirlah sepuluh anak,yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan,Batara Siwah,Batara Wrahaspati,Batara Yamadipati,Batara Surya,Batara Candra,Batara Kwera,Batara
Tamburu,Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti.Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol,ipel-ipel dan berkulit hitam.Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia,tinggal di padepokan Pujangkara.Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.Dikisahkan munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga,diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau,ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa.Ke dua harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya
berubah menjadi bidadari yang cantik jelita.Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati.Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa.Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.Sebagai Pamong atau abdi,Janggan Semarasanta sangat setia
kepada Bendara (tuan) nya.Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang,berdoa,mengurangi tidur dan bertapa,agar mencapai kemuliaan.Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikkan oleh tokoh ini.Sehingga hanya para Resi,Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin,mempunyai semangat pantang menyerah,rendah hati dan berperilaku mulia,yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta.Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi.Siapa pun juga yang diikutinya,hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin.Dalam catatan kisah pewayangan,ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta,yaitu; Resi Manumanasa
sampai enam keturunannya,Sakri,Sekutrem,Palasara,Abiyasa,Pandudewanata dan sampai Arjuna.Jika sedang marah kepada para Dewa,Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar.Jika dilihat secara fisik,Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam,namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung
alam dunia,maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu),sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut,ia lebih dikenal dengan nama
Semar.Seperti telah ditulis di atas,Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.Yang ada itu adalah Semarasanta,tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar,namun ia bukan Batara Semar,ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta.Memang benar,ia adalah Semarasanta,tetapi yang diperbuat
bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta,tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar,dan akhirnya tidak yakin,karena takut keliru.

Itulah sesuatu yang belum jelas,masih
diSAMARkan,yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.SEMAR adalah sebuah misteri,rahasia Sang Pencipta.Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois,tamak,iri dengki,congkak dan tinggi hati,namun dibuka bagi orang-orang yang sabar,tulus,luhur budi dan rendah hati.Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia,atau SEMAR,hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi............

Jumat, 20 Februari 2015

AKU...sopo INGSUN...???

AKU...sopo INGSUN...???

AKU yang sesungguhnya adalah perbendaharaan kata yang tersembunyi.Jika engkau ingin menemui–KU...Selamilah ke dalam samudera batinmu paling dalam.Yang Gelap dan Terangnya takkan terjangkau oleh pandangan mata Jasmanimu.Karena AKU tidak berada di dalam gelap dan terangnya pandangan matamu yang PALSU dan MENYESATKAN jalanmu...

AKU adalah Spirit yang “ TULIS TANPO PAPAN KASUNYATAN “

AKU adalah Substansi yang “ GUMANTUNG TANPO CENTHELAN “

AKU adalah Esensi yang “ LUNGGUH DUMUNUNG neng BATIN sing SUCI “

Ketika AKU terkurung oleh badan jasmani.AKU lah yang DZAHIR.Mengejahwantah dalam ASMA,SIFAT dan AF’AL yang “ SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE “

Tetapi….,Ketika AKU mengurung dan menyelimuti badan Jasmani.AKU lah yang BATIN.Mengejahwantah dalam DZAT yang ” TAN KENO KINOYO
NGOPO “

NGUPADI KASAMPURNANING URIP

"NGUPADI KASAMPURNANING URIP"

Inilah kehidupan spiritual,yang berharap melalui tangan ‘kan menemukan ketercerahan mengulurkan kebaikan keseluruh penjuru semesta.Melalui telinga bisa mendengarkan bisikan
terdalam yang hidup di jiwa alam.Melalui hati menemukan kedamaian.Melalui Mata ‘kan melihat Tuhan yang menyelinap di balik dedaunan dan seluruh wajah semesta alam.

Inilah SYARI’AT yang harus meng-AKAR kuat di jiwa,sebelum batang dan rantingnya mengajak tumbuh mencakar langit.Inilah dasar yang harus dihidupkan,bukannya dilalaikan,bahkan
bukannya hal yang tak lagi dikenal setelah sang wajah mampu menyapa MATAHARI.

Ada BATANG dan RANTING yang menjadi lantaran bagi kehidupan Jiwa,inilah THARIQAT yang harus kita tempuh,jalan
untuk menuju ladang-ladang pendakian yang lebih tinggi.

Ada HIJAU DEDAUNAN yang menampakkan bagi kehidupan akar
dan batang.Ada HAQIQAT yang menjadi ciri dari kehidupan jiwa,setelah syari’at dan thariqat ia jalani.

Dan diatas semua itu,inilah BUNGA KEHARUMAN jiwa,puncak dari semuanya.Inilah MAKRIFAT yang tidak akan tumbuh selain dari akar yang kuat,dari ranting dan batang yang kokoh dan dari hijaunya dedaunan.

Ada KESEDERHANAAN untuk menjaga jarak dengan kehidupan duniawi,untuk menandakan bahwa jiwa tidak terikat
akannya,..dan tak silau oleh gemerlapnya… ” ILANG
SAMUBARANG NGGEMBOL KADONYAN “.

Ada KEPASRAHAN yang harus di hidupkan yang akan menjadi pertanda bagi kehidupan RAGA dan URIP.Ada KEARIFAN yang akan menyembulkan putik keindahan menyemarakkan kehidupan kesucian di wajah bumi.Ada KESABARAN yang hendaknya dihidupkan ketika sadar perjalanan kehidupan ibarat roda yang senantiasa berputar,dan takkan ada manusia yang terhindar dari gilasannya.Hendaklah
engkau selalu berada di porosnya.Ada DUKA yang menemani SUKA ,ada SUKA yang bersembunyi dibalik DUKA.Inilah dua sisi kehidupan yang hendaknya tidak
diabaikan,karena inilah jiwa masih hidup,ketika disadari keduanya ada dalam SATU ATAP KEHENDAKNYA.Ada KETERLEPASAN yang hendaknya kita kembalikan kepadaNya,ketika sadar perjalanan harus ditempuh,tidak lepas
dari usaha2.Ada PUTIK KEHARUMAN dibalik desah haru kita,menghantarkan
kepada SANG KEKASIH dan menyerahkan sepenuhnya dalam jiwa kehendakNya.

Didalam dirimu terdapat sekuntum TERATAI SUCI ,Sumber kebijaksanaan yang tiada batas.Kembangkanlah Welas asihmu dengan arif,maka kuntum Terataimu akan mekar.Jangan sampaikan kepada dunia…,bahwa jiwamu telah mengetahui apa yang ada dibalik yang nampak,apa yang tersembunyi dikedalaman kalbu,tapi jadilah sebagaimana TERATAI yang tak menyadari keindahannya,dan tetap tinggal di kedalaman kolam.Berhentilah mencari wahai JIWA,…berhentilah mendengarkan dan lalaikan telingamu dari sabda Sang GURU,karena GURU
SEJATI itu kini ada di DIRI kita,…ada dialam semesta ini...Marilah bersamanya dan mengikuti KEHENDAKNYA,…yang ’kan tunjukkan padamu KeagunganNya.Lewat setiap wajah alam raya,…mengikuti Kehendak URIP yang abadi,memberikan pengadilan,…belajarlah darinya…,dari wajah yang dihamparkan olehNya,…wajah yang menyeratakan keheningan ditubuhnya.

Inilah SEJATINYA PERJALANAN,jangan berhenti jika belum merasakan kepedihan dan penderitaan.Jangan berhenti jika
belum merasakan riak gelombang yang menghempaskan tubuhmu….

Menemukan HAKEKAT KEHIDUPAN,ibarat menemukan akar
pohon,lalu menyiram air pada akar itu.TEKUN dalam kesadaran akan URIP,lebih baik daripada sibuk dalam ber angan-angan akan GUSTI~TUHAN...

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Malem Sabtu Legi 20/02/2015)

SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU

" SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU "

Dalam Sandi Sastra :

Ha – Huripku Cahyaning Allah

Na – Nur Hurip cahya wewayangan

Ca – Cipta rasa karsa kwasa

Ra – Rasa kwasa tetunggaling pangreh

Ka – Karsa kwasa kang tanpa karsa lan niat

Da – Dumadi kang kinarti

Ta – Tetep jumeneng ing dzat kang tanpa niat

Sa – Sipat hana kang tanpa wiwit

Wa – Wujud hana tan kena kinira

La – Lali eling wewatesane

Pa – Papan kang tanpa kiblat

Dha – Dhuwur wekasane endhek wiwitane

Ja – Jumbuhing kawula lan Gusti

Ya – Yen rumangsa tanpa karsa

Nya – Nyata tanpa mata ngerti tanpa diwuruki

Ma – Mati bisa bali

Ga – Guru Sejati kang muruki

Ba – Bayu Sejati kang andalani

Tha – Thukul saka niat

Nga – Ngracut busananing manungsa

Sastra Jendra ya sastra harjendra adalah sastra/ilmu yang bersifat rahasia/gaib.Rahasia,karena pada mulanya hanya
diwedarkan hanya kepada orang-orang yang terpilih dan kalangan yang terbatas secara lisan.Gaib,karena ilmu ini diajarkan oleh Guru Sejati lewat Rasa Sejati.Hayuningrat/yuningrat berasal dari kata hayu/rahayu – selamat dan ing rat
yang berarti didunia.Pangruwating Diyu,artinya meruwat,meluluhkan,merubah,memperbaiki sifat-sifat diyu,raksasa,angkara,durjana.Maka Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu maknanya adalah ilmu rahasia keselamatan untuk meruwat sifat-sifat angkara didunia ini,baik dunia mikro dan makro.Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah merupakan
Ilmu yang berasal dari Allah Yang Maha Esa,yang dapat menyelamatkan segala sesuatu.Maka,tiada kawruh/pengetahuan lain lagi yang dapat digapai oleh manusia,yang lebih dalam dan lebih luas melebihi Sastra Jendra Hayuningrat
Pangruwating Diyu,sebab ini adalah merupakan sastra adi luhung atau ilmu luhur yang merupakan ujung akhir dari segala pengetahuan/kawruh kasampurnan sampai saat ini.Makna/kawruh Yang Terkandung Dalam Sandi Sastra Kalau diurut dari atas kebawah,dari Ha sampai Nga,mengandung makna yang sangat dalam dan sangat luas tentang rahasia gumelaring dumadi,atau pambabaring titah,atau rahasia jati diri,asal-usul/terjadinya manusia.Yaitu terciptanya
manusia dari Nur,Cahaya Allah yang bersifat tiga,Tri Tunggal Maha Suci,yang merasuk busana anasir-anasir sebagai wadah,yaitu badan jasmani halusan dan badan jasmani kasar.Apabila diurut terbalik,dari Nga naik sampai Ha,maka inilah “rahasia” jalan rahayu,ya pangruwating diyu,untuk menuju
kesempurnaan hidup kembali kepada sangkan paraning dumadi.Kembali ke asal mula,ke Alam Sejati mencapai persatuan dengan Allah Yang Maha Agung.Jadi,dari Nga sampai Ha,juga
merupakan urut-urutan panembah,dimulai dari badan jasmani
kasar,dimana titik berat kesadaran kemudian harus dialihkan satu tahap demi tahap ke arah asal-mula,ke Alam Sejati.Syarat mutlak agar kita dapat menyadari/ memahami sesuatu hal,adalah membawa kesadaran kita bergerak masuk berada disitu.Fokus/titik berat kesadaran dapat berpindah.Didalam keseharian hidup,kesadaran kita banyak terfokus dialam badan kasar,alam anasir,diluar Alam Sejati.Maka,satu-persatu tahap dari Nga,Tha,Ba dan seterusnya sampai Nga haruslah dilewati untuk memindahkan tingkat kesadaran dari alam kasar/fana/maya menuju Alam Sejati.Sedangkan tahapan pertama yang harus dilalui yaitu Nga,sedemikian rumit dan sulitnya,maka
dapat dibayangkan tidak begitu mudah untuk dapat memindahkan titik berat/focus kesadaran ke Alam Sejati.Namun itulah intinya perjalanan spiritual yang harus kita tempuh.

Secara “garis besar”, Ha-Na-Ca-Ra-Ka-Da-Ta-Sa-Wa-La-Pa-Dha-Ja-Ya-Nya-Ma-Ga-Ba-Tha-Nga......kalau diuraikan adalah sebagai berikut (garis besar saja,karena detailnya begitu luas/multi dimensi tak terkira penuh dengan kawruh kasunyatan sejati yang tak habis diuraikan dalam bahasa kewadagan apalagi tulisan).

Dan dibawah ini adalah garis besar uraian dari sisi spiritualnya guna dipakai sebagai “mile stones” dalam menempuh jalan rahayu untuk dapat kembali ke ”SANGKAN PARANING DUMADI“.

1. Ha – Huripku Cahyaning Allah
(Hidupku adalah Cahaya Allah).Sebelum ada apa-apa,sebelum alam semesta beserta isinya ini tercipta,adalah Sang Hidup ya Allah ya Ingsun yang ada dialam awung-uwung yang tiada awal dan akhir,yaitu alam/kahanan Allah yang masih rahasia/Alam Sejati.Itulah Kerajaan Allah ya Ingsun.Sebelum alam semesta tercipta,Allah berkehendak
menurunkan Roh Suci,ya Cahaya Allah.Ya Cahaya Allah itulah Hidupku,Hidup kita yang Maha Suci.Alam Sejati adalah alam yang tidak mengandung anasir-anasir
(unsur-unsur hawa,api,air dan bumi/tanah) yang berada didalam badan manusia,dimana Cahaya Allah bersemayam.Alam Sejati diselubungi/menyelubungi dua alam beranasir yaitu
halus dan kasar.Dapat pula diartikan,badan manusia berada didalam Alam Sejati.

2. Na – Nur Hurip Cahya wewayangan (Nur Hidup Cahya yang membayang).Hidup merupakan kandang Nur yang memancarkan Cahaya
Kehidupan yang membayang yang merupakan rahasia Allah.Kehidupan yang Maha Mulia.Tri Tunggal Mahasuci berada
dipusat Hidup.Ya itulah Kerajaan Allah.Sang Tritunggal adalah Allah ta’ala/Gusti Allah/Pengeran/Suksma Kawekas,Ingsun/Rasul Sejati/Guru Sejati/Suksma Sejati/Kristus dan Roh Suci/Nur Pepanjer/Nur Muhammad.Diuraikan diatas,bahwa ketiga alam yaitu badan kasar,badan halus dan Alam Sejati,mengambil ruang didalam badan jasmani kasar secara bersamaan.Namun kebanyakan kita manusia tidak atau belum menyadari akan Alam Sejati,atau samar-samar.Nur
Hidup bagaikan cahaya yang samar membayang.

3. Ca – Cipta rasa karsa kwasa (Cipta rasa karsa kuasa).Nur Hidup memberi daya kepada Rasa/Rahsa Jati/Sir,artinya
Cahaya/Nur/Roh Suci menghidupkan Rasa/Rahsa Jati/Sir yang merupakan sumber kuasa.Maka bersifat Maha Wisesa.Rasa/Rahsa Jati/Sir menghidupkan roh/suksma yang mewujudkan adanya cipta.Maka bersifat Maha Kuasa.

4. Ra – Rasa kwasa tetunggaling pangreh (Rasa kuasa akan adanya satu-satunya wujud kendali/yang memerintah).Rasa Sejati yang memberi daya hidup roh/suksma sehingga roh/suksma dapat menguasai nafsu (sedulur lima),sehingga
terjadilah sifat Maha Tinggi.

5. Ka – Karsa kwasa kang tanpa karsa lan niat (Karsa kuasa tanpa didasari oleh kehendak dan niat).Yang mendasari adanya kuasa agung adalah kasih yang tulus,tanpa kehendak,tanpa niat.Pamrihnya hanyalah terciptanya
kasih yang berkuasa memayu hayuning jagad kecil dan jagad agung.

6. Da – Dumadi kang kinarti (Tumitah/menjadi ada/terjadi dengan membawa maksud,rencana dan makna).Ini berkaitan dengan Karsa Allah menciptakan manusia,makhluk lain dan alam semesta beserta isinya yang sesuai dengan Rencana Allah.

7. Ta – Tetep jumeneng ing dzat kang tanpa niat (Tetap berada dalam dzat yang tanpa niat).Dat atau zat tanpa bertempat tinggal,yang merupakan awal mula adalah dat Yang Maha Suci yang bersifat esa,langgeng dan eneng.Hidup sejati kita menyatu dengan dat,ada didalam dat.Maka didalam kehidupan saat ini agar selalu eksis selaras dengan dat Yang Maha Suci,situasi tanpa niat atau mati sajroning urip (mati didalam hidup) dengan kata lain hidup didalam kematian,seyogyanya selalu diupayakan.

8. Sa – Sipat hana kang tanpa wiwit (Sifat ada tanpa awal).Ini adalah sifat Sang Hidup,Allah,di Alam Sejati,tiada awal dan
tiada akhir, “AKUlah alpha dan omega”.Demikian pula “hidup” sejati nya manusia sudah ada sebelumnya,tiada awal mula,bersatu di Alam Sejati yang langgeng,yang merupakan Kerajaan
Allah,ya Sangkan Paraning Dumadi.

9. Wa – Wujud hana tan kena kinira (Wujud ada tiada dapat diuraikan/dijelaskan).Ada nya wujud namun tiada dapat diuraikan dan dijelaskan.Ini
adalah menerangkan keadaan Allah,yang sangat serba samar,tiada rupa,tiada bersuara,bukan lelaki bukan perempuan bukan waria,tiada terlihat,tiada bertempat,dijamah disentuh tiada dapat.Sebelum adanya dunia dan akherat,yang ada adalah Hidup Kita.

10. La – Lali eling wewatesane (Lupa dan Ingat adalah batasannya).Untuk dapat selalu berada didalam jalan hayu/rahayu maka haruslah selalu eling/ingat akan sangkan paraning dumadi dan eling/ingat akan Yang Menitahkan/ Sumber Hidup.Selalu ingat akan tata laku setiap tindak tanduk yang dijalankannya agar
selaras dengan Karsa Allah.Lali/lupa akan menjauhkan dari sangkan paraning dumadi dan menjerumuskan kealam
kegelapan.Contoh lupa adalah bagaikan Begawan Wisrawa dalam menguraikan Sastra Jendra Hayuningrat kepada Dewi
Sukesi.Tak tahan akan goda/ tak kuasa ngracut,mengendalikan nafsu-nafsu keempat saudara,maka sang Begawan kesengsem birahi kepada Dewi Sukesi yang harusnya menjadi menantunya.

11. Pa – Papan kang tanpa kiblat (Papan tak berkiblat).Ini adalah menerangkan Alam Sejati,ya Kerajaan Allah yang tiada dapat diterangkan bagaimana dan dimana orientasinya,bagaikan papan yang tiada utara-selatan-barat-timur-atas-bawah.

12. Dha – Dhuwur wekasane endhek wiwitane (Tinggi/luhur pada akhirnya,rendah pada awalnya).Untuk memperoleh tingkatan luhuring batin menjadi insan sempurna memang tidak dapat seketika,mesti diperoleh setapak-setapak dari bawah.Demikian pula dalam hal ilmu kasampurnan,dalam mencapai tataran ma’rifat tidaklah dapat langsung
meloncat.Untuk bisa mengetahui dan memahami makna Ha,maka haruslah dicapai dari Nga.Sebelum mencapai sembah rasa,haruslah dilalui sembah raga dan sembah kalbu/sembah jiwa terlebih dahulu.Pertama,adalah panembah raga/ kawula terhadap Roh Suci,kedua adalah panembah Roh Suci kepada Guru Sejati,dan terakhir adalah panembah Guru Sejati/Ingsun kepada Allah Yang Maha Agung ya Suksma Kawekas.

13. Ja – Jumbuhing kawula lan Gusti (Bersatunya antara hamba dan Tuan nya).Bersatunya titah dan Yang Menitahkannya.Untuk mencapainya maka kesempurnaan hiduplah yang diupaya yaitu sesuai apa yang dimaksud dalam syahadat.Maka semasa hidup di
mayapada/dunia,bersatunya/sinkronisasi Roh Sejati,Ingsun yang jumeneng pribadi dan busana-busana haruslah terjaga.Bagaikan keris manjing dalam warangkanya dan warangka manjing
didalam keris.Untuk dapat mencapai kesatuan antara kawula dan Gusti maka tuntunan seorang guru yaitu Guru Sejati menjadi dominan.Untuk memperoleh nya maka tidaklah mudah,haruslah dengan disiplin keras bagaikan kerasnya usaha seorang Bima menemukan Dewa Ruci,yaitu wujud Bima dalam ujud yang kecil (manusia telah menemukan AKU nya sendiri) dalam mencari tirta pawitra.

14. Ya – Yen rumangsa tanpa karsa (Kalau merasa tanpa kehendak).Hanya dengan rila/rela,narima,sumarah/pasrah kepada Allah tanpa pamrih lain-lain,namun dorongan karena kasih sajalah yang akhirnya dapat menjadi perekat yang kuat antara asal dan tujuan,sini dan sana.

15. Nya – Nyata tanpa mata ngerti tanpa diwuruki (Melihat tanpa dengan mata,mengerti tanpa diajari).Kalau anugerah Allah telah diterima,maka dapat melihat hal-hal yang kasat mata,karena mata batin telah “terbuka”.Selain itu,kuasa-kuasa agung akan diberikan oleh Allah lewat Guru Sejatinya sendiri ya Suksma Sejatinya,sehingga kegaiban-kegaiban yang merupakan misteri kehidupan dapat dimengertinya dan diselaminya.Mendapatkan ilmu kasampurnan dari dalam sanubarinya,tanpa melalui perantaraan otak/akal.

16. Ma – Mati bisa bali (Mati bisa kembali).Kasih Allah yang luar biasa selalu memberikan ampunan kepada
setiap manusia yang “mati” terjatuh dalam dosa dan salah.Matinya raga atau badan wadag hanyalah matinya keempat
anasir yang tadinya tiada,kembali ketiada.Namun roh yang sifatnya kekal tiada pernah mati,namun kembali ke Alam Sejati ya Kerajaan Allah yang tiada awal dan akhir.Namun,apabila selama hidupnya di mayapada tidak sesuai dengan Karsa Allah,melupakan Allah dan ajaran Guru Sejati,tiada dapat ngracut
busana kamanungsan nya untuk tindakan-tindakan budi luhur,maka tidaklah dapat langsung kembali ke Alam Sejati,namun terperosok ke alam-alam yang tingkatannya lebih rendah sesuai
dengan bobot kesalahannya,atau dititahkan kembali,yang kesemua itu untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya.

17. Ga – Guru Sejati kang muruki (Guru Sejati yang mengajari).Sumber segala sesuatu adalah Allah yang dipancarkan lewat Sang Guru Sejati/Ingsun/Rasul Sejati.Maka hanya kepadaNya lah tuntunan harusnya diperoleh.Petunjuk Guru Sejati hanya dapat didengar dan diterima apabila sudah dapat berhasil
meracut busana kamanungsan nya.Disinilah akan tercapai
guruku ya AKU,muridKU ya aku.

18. Ba – Bayu Sejati kang andalani (Dengan bantuan Bayu Sejati).Daya kekuatan sejati yang merupakan bayangan daya kekuatan Allah lah yang mendorong “pencapaian” tingkat-tingkat yang lebih tinggi atau maksud-maksud spirituil yang berarti.

19. Tha – Thukul saka niat (Tumbuh/muncul dari niat).Niat menuju kearah sangkan paraning dumadi yang didasari
kesucian,tanpa kehendak dan keinginan ataupun pamrih keduniawian.Timbulnya niat suci karena dasarnya adalah cinta/kasih Illahi.

20. Nga – Ngracut busananing manungsa (Merajut/menjalin pakaian-pakaian ke-manusiaan-nya).Busana kamanungsan adalah empat anasir,yang
dimanifestasikan dalam wujud-wujud sedulur empat,serta lima sedulur lainnya.Kesembilan saudara tersebut harus dikuasai,diracut/dijalin dengan memahami kelebihan dan kekurangannya,agar tercapai “iklim” harmoni/balance dalam perjalanan manusia hidup di maya pada ini,yang pada akhirnya tercapailah kesempurnaan hidup..............

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Malem Sabtu Legi 20/02/2015)

Kamis, 19 Februari 2015

Ketika Tuhan Menjadi Konsumsi DOKTRIN SANGKAR Keagamaan

" Ketika Tuhan Menjadi Konsumsi DOKTRIN SANGKAR Keagamaan "

Terjadi dialog antara Guru Sejati & Santri
Gundhul tentang hakekat ketuhanan,dan doktrin sangkar keagamaan.Dialog ini dapat terjadi kapan saja,di mana saja,pada setiap pribadi tanpa sadar maupun benar-benar disadari.Dari hasil dialog berikut,tidak akan mencari siapa pemenangnya,karena hal itu tidaklah penting.Yang lebih utama adalah
bagaimana kita belajar berdialog dengan tema yang sangat sensitif dan krussial.Siapapun bila sering melakukan dialog dengan diri sendiri (kontemplasi) paling tidak akan mendapat hasil minimal berupa mental yang lebih matang dan emosi yang lebih stabil.Maka semakin sering kita melakukan kontemplasi
terutama hal-hal yang sangat kontradiktif akan membawa sikap mental kita lebih arif dan bijak dalam memahami dan
memandang kehidupan yang teramat kompleks ini...

Santri Gundhul : agama adalah jalan kebenaran.

Guru Sejati : menurutku agama adalah jalan menggapai kebaikan,kearifan,dan kebijaksanaan dalam hidup.

Santri Gundhul : berarti kebenaran menjadi tidak penting ?

Guru Sejati : memang apa pentingnya berbicara kebenaran,jika hasilnya membuat kerusakan di muka bumi dan bencana kemanusiaan ? Jika kita bicara kebenaran,terlalu repot melakukan verifikasi kebenaran itu sendiri.Sebab kebenaran bukan hanya sekedar jargon,tembung omongane,jarene,kata ini
dan kata itu.Tapi buktikan sendiri.Kebenaran bukan ada dalam kulit yg penuh keberagaman.Itulah sebabnya,kamu baru menyaksikan kebenaran dengan mudahnya pada saat memasuki dimensi HAKEKAT.Hakekat,adalah nilai yg merambah universalitas universe,dapat dirasakan oleh seluruh makhluk,oleh manusia segala macam bangsa,suku,dan semua umat berbagai agama.Jika hanya dirasakan oleh salah satu suku,ras,agama,golongan,hal itu belumlah merupakan nilai hakekat.Artinya,nilai-nilai masih terkait dengan cara pandang subyektif,dan sarat demi kepentingan pribadi.

Santri Gundhul : contohnya ?

Guru Sejati : gula pasir itu manis,merupakan sesuatu yg pasti,dan lidah semua org bisa merasakan bahwa gula itu manis.Gula adalah unsur ragawi atau “kulit” (sembah raga),sementara rasa manis adalah hakekatnya (sembah rasa).Nah,rasa manis tidak hanya dimiliki oleh gula pasir,ada gula jawa,gula merah,gula aren,gula-gula,sakarin,madu,sari bunga,getah pohon,jagung,sari buah,dan sebagainya.Itulah agama atau keyakinan,yang sepadan dengan berbagai materi yg manis tersebut.Kamu ingin merasakan rasa manis,kamu bebas memilih mau pake gula merah,gula pasir,gula aren,sakarin atau pemanis buatan,sari buah,madu,jagung(tropicana),atau yg lainnya semua terserah pilihan kamu,mana yang paling kamu sukai dan pas dengan selera lidah kamu.Nah…apa yg terjadi dengan umat beragama di
dunia ini ? Yaitu tadi…berebut saling mengklaim bahwa rasa manis hanya bersumber dari gula pasir,umat yg lain bilang salah itu keliru dan sesat,karena yang bener sumber rasa manis adalah berasal dari sakarin.Hahaha….seperti org buta yg pegang gajah.Tapi orang buta tersebut suka menuduh org lain sebagai
orang buta yg pegang gajah.

Santri Gundhul : loh..bukankah agama mempunyai misi menyebarkan kebenaran di muka bumi..?!

Guru Sejati : waaaahh,daya pikir rasio kamu kok terbatas banget ya Ndhul ?. Kok ramudheng-mudheng to !.Yah...begitulah misi agama,bahkan banyak agama misinya ya demikian itu…menyebar dan mengkampanyekan kebenaran,tapi itu tidak menjamin dunia ini tenteram dan damai ?

Santri Gundhul : loh kok kontradiksi dengan misinya ?

Guru Sejati : sudah jelaskan … apa hasilnya? masing-masing agama saling berebut dirinyalah yg paling bener,bahkan terkesan memaksakan diri mbener-benerke ajarane dewe-dewe !

Santri Gundhul : tapi bukankah hanya ada satu agama yg benar ?!

Guru Sejati : semua agama bisa mengklaim demikian,dirinyalah yg paling benar.

Santri Gundhul : ahh…jadi bingung saya !

Guru Sejati : agar tidak bikin bingung, …hormati saja agama yg menebarkan kebaikan.Bukan agama yg cari benere dewe !

Santri Gundhul : agama yg menebarkan kebaikan belum tentu benar !

Guru Sejati : juga belum tentu TIDAK benar !

Santri Gundhul : lantas bagaimana kita harus mensikapi agama supaya lebih arif dan bijak ??

Guru Sejati : agama hanya perlu keyakinan kamu !

Santri Gundhul : berarti saya cukup yakin saja ?

Guru Sejati : semua agama hanya berdasarkan keyakinan.Rasakan saja…jangan pake nalar,agama yg paling pas dengan jiwa dan membuat nurani kamu tenteram.

Santri Gundhul : tidak semua agama hanya berdasarkan keyakinan saja,artinya...agama atas dasar kebenaran !

Guru Sejati : mana buktinya ?!

Santri Gundhul : agamaku !

Guru Sejati : itulah contoh orang yg barusan kita bahas,merasa diri paling bener !

Santri Gundhul : lalu bagaimana idealnya sikap saya terhadap agama saya ?

Guru Sejati : saya ulangi,cukup dengan yakin,dan jadilah orang yg bijak dan arif kepada siapa saja,jangan menyakiti hati dan mencelakai orang lain,dan seluruh makhluk.Tak usah membeda-bedakan apa agama yg dianutnya.Lihat saja
perbuatannya yg bisa kamu lihat.Jangan menebak-nebak isi hatinya untuk memvonis apakah seseorang baik atau buruk.Kamu menebak hati sendiri saja susahnya bukan main,apalagi menebak hati org lain !

Santri Gundhul : kan… seseorang yg tidak punya agama dinamakan kafir,orang kafir pasti celaka hidupnya dan masuk neraka.

Guru Sejati : binatang dan tumbuhan adalah “makhluk” hidup,mereka kafir semua,tetapi hidupnya bukan hanya mendapatkan berkah ilahi,justru lebih mulia menjadi berkah bagi alam semesta termasuk berkah bagi manusia !

Santri Gundhul : hmmm…??

Guru Sejati : mereka itulah “ umat ” yg paling taat pada perintah tuhan,paling setia pada kodrat alam,paling patuh terhadap rumus-rumus alam semesta.Mereka tak pernah menganiaya
manusia dan lingkungan alamnya.Tidak seperti manusia.

Santri Gundhul : lalu…?

Guru Sejati : saya balik tanya…lebih tepat mana,agama yg menyiarkan kebenaran,atau agama yg menyiarkan kebaikan,bagaimana manusia harus berperilaku baik..?

Santri Gundhul : ya jelas…agama yg menyiarkan kebenaran.

Guru Sejati : berarti kamu terlalu telmi (telat mikir) atas apa yg dibahas di atas.Carilah agama yg paling ikhlas dan jujur !!

Santri Gundhul : bagaimana agama yg ikhlas dan jujur ?

Guru Sejati : Agama yg paling ikhlas adalah agama yang hanya mengajak seluruh manusia berbuat arif dan bijak,berperilaku terpuji dan budi pekertinya luhur (akhlakul karim) tanpa perlu mengajak-ajak,bahkan setengah memaksa orang lain utk bergabung ke dalam institusi agama tersebut.Mau bergabung silahkan mau enggak juga enggak apa-apa.Itulah agama paling ikhlas dan fairplay (jujur).

Santri Gundhul : kalau agama yg selalu berusaha mencari pengikut yg sebanyaknya ?

Guru Sejati : itu tak ubahnya “agama” PARPOL.Kegiatannya adalah agitasi,propaganda,kampanye,dirinyalah partai yg paling baik dan benar.Diam-diam institusi agama sudah berubah misi
menjadi institusi politik.Mencari pengikut sebanyaknya supaya menjadi kuat dan semakin kuat untuk menyerang dan melawan keberadaan keyakinan orang lain yg tdk seagama dianggapnya sebagai musuh.

Santri Gundhul : kalau nggak ada musuh?

Guru Sejati : ya...dibuatlah musuh imajiner,musuh yg dibuat-buat dan diada-adakan.

Santri Gundhul : kan musuh agama biasanya agama lainnya?.

Guru Sejati : itu merupakan kecurigaan kamu pribadi,bahkan rasa curiga kamu akan meretas kecurigaan umat lain pada kamu,begitulah kecurigaan dan sentimen antar agama sudah menjadi “lingkaran iblis” yg sulit dimusnahkan.Jadinya kerjaan umat hanyalah saling curiga-mencurigai.Bahkan di antara umat dalam
satu agama pun terjadi perilaku saling mencurigai.Agama menjadi bahan peledak yg setiap saat akan menghancurkan bumi,alias membuat “kiamat” planet bumi ini.Tak ubahnya
agama lah yg menciptakan “neraka” bagi manusia.

Santri Gundhul : kenapa bisa begitu ?

Guru Sejati : karena agama keluar dari misi sucinya,yakni menebarkan kedamaian,ketentraman dan kebaikan bagi alam semesta seisinya.Agama juga lebih mengutamakan kampanye dirinyalah yg paling benar.

Santri Gundhul : apa salahnya ?

Guru Sejati : salahnya,bukankah kebenaran itu perlu kepastian,seperti ilmu pasti,dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan,teknologi dan sains.Itu barulah kebenaran pasti,yg real.Sementara agama merupakan sistem kepercayaan,atau keyakinan.

Santri Gundhul : lho…dalam ajaran agama kan ada beberapa kejadian dan sinyalemen atau gejala akan suatu kebenaran dalam realitas alam semesta.

Guru Sejati : sejak abad keberapa kitab-kitab suci semua agama itu ada ? umurnya masih muda bukan ? sementara itu manusia sudah ada sejak (paling tidak) 2 juta tahun silam.Bumi ini ada
sejak bermilyar tahun silam.Sebelum agama-agama dengan kitab-sucinya ada,manusia pun telah menemukan berbagai kebenaran tak terbantahkan dalam menjalani kehidupan.Itu juga
karena welas asih dan keadilan tuhan.Isi ajaran agama tidak termasuk kebenaran pasti,tetapi berisi ajaran kebaikan,semacam aksioma yang runut dan logis.Namun bisa ditafsirkan dengan multi interpretasi sesuai kepentingan dan kemauan pembacanya.Maka dikatakan kitab itu fleksibel sesuai perkembangan zaman.Ini pengertian yg bias sekali.Alias,isi kitab selamanya tak akan pernah bertentangan dengan penafsiran manusia.Karena sadar atau tidak manusialah yg selalu berusaha (baca; memaksakan diri) utk menundukkan pola
pikir dan persepsinya sendiri agar sesuai dengan isi kitab.Itulah kebiasaan manusia selama ini,membiarkan kesadaran dirinya di dalam sangkar emas.Sementara agama banyak mengajarkan ttg kegaiban,lalu manusia buru-buru menyimpulkan bahwa akal
manusia sangat terbatas utk memahami kegaiban.Bagi saya kegaiban itu sangat masuk akal,jika tak masuk akal berarti
belum tahu rumus-rumus yg berlaku di alam gaib.Jika mengkamulkan isi kitab pun kenyataannya sudah mengalami
perluasan dan penyempitan makna setelah ditranslate ke dalam berbagai bahasa oleh banyak orang yg memiliki penafsiran beragam corak dan warnanya.

Santri Gundhul : apa buktinya … ?

Guru Sejati : lihat saja,begitu banyaknya aliran dan faham dalam satu agama saja.Tidak hanya puluhan bahkan ratusan jumlahnya.Semua itu sudah menjadi hukum alam,bahwa aliran dan faham (mazab) akan selalu bermunculan dan kian banyak seiring perjalanan waktu,sesuai dengan kompleksitas rasio
manusia,dan daya nalar yg menimbulkan persepsi dan penafsiran beragam.Apa jadinya kalau mereka saling mengklaim
dirinya paling benar ?

Santri Gundhul : yaaah…berebut kebenaran atau golek benere dewe.Yang menimbulkan perpecahan,perselisihan,permusuhan,saling curiga,saling menjatuhkan,saling bunuh,saling fitnah.

Guru Sejati : akar segala macam fragmentasi dan kehancuran di dalam satu agama,tidak lain disebabkan oleh penafsiran,persepsi dan pemahaman setiap individu,pengikutnya,dan akhirnya menjadi kelompok besar yg siap bersimbah darah demi kesadaran palsunya.

Santri Gundhul : hmmmm…jadi..? agar supaya agama turut andil menciptakan ketenangan batin,ketentraman,dan kedamaian dunia ini,idealnya tak usah menekankan akan kebenaran dirinya,tetapi lebih mengutamakan kampanye untuk selalu berbuat baik kepada seluruh makhluk.Nah kebaikan kan relatif,masing2 org punya penafsiran pula yg berbeda-beda akan nilai kebaikan
itu… ? apa patokannya ? sama saja kan…harus kembali “pemurnian diri” ke kitab dan sunah thok thil.Makin bingung
saya !

Guru Sejati : pandanganmu itu terlalu menyempitkan realitas kemaha luasan hakekat Tuhan Yang Maha luas tiada batas.Idealnya,suatu perbuatan barulah menjadi kebaikan,dengan syarat,tidak menerjang kodrat universe.Kodrat alam semesta.Nilai yang paling universal dan tidak menabrak kodrat alam,adalah setiap perbuatan yang kita lakukan selalu didasari dengan rasa KASIH SAYANG yg tiada bertepi, “ rasa welas-asih kadya
samudra tanpa tepi,welas tanpa alis “ ,kasih sayang yg TULUS,tanpa pamrih.Kecuali berharap saling memberi dan menerima kasih sayang kepada dan dari seluruh makhluk dalam jagad raya
ini............

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Jum'at Kliwon 20/02/2015

APA TUJUAN BER-AGAMA

"APA TUJUAN BER-AGAMA"

Jika kita renungkan,agama tampaknya merupakan fenomena paling membingungkan dalam kehidupan umat manusia.Dengan spirit agama,umat manusia bisa melambung ke puncak
kemanusiaannya dengan mengkekspresikan segenap kemuliaan,cinta kasih,pengorbanan,dan berbagai sikap lain yang sangat
mengesankan.Namun,pada saat yang sama,agama acapkali menjadi sumber keributan paling spektakuler di muka bumi : atas nama agama orang bisa berperang bahkan saling menghancurkan.Mengapa bisa demikian??Kita bisa menjawabnya dengan merenungkan makna agama bagi kehidupan kita sendiri.Jika kita menjadikan agama sebagai identitas kelompok,atau sebagai dasar afiliasi politik,atau sebagai topeng kekuasaan,maka perilaku kita akan cenderung agresif,ofensif.Kita menjadikan agama sebagai wasilah untuk memenuhi hasrat-hasrat jiwa
rendah atau hawa nafsu kita.Maka,banyak orang kemudian
justru menjadi tak nyaman oleh agama kita.Alih-alih menjadi rahmat bagi semesta alam,kita sebagai manusia beragama justru menjadi laknat bagi semesta alam.Namun,ketika kita menjadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk selalu berpegang teguh terhadap hati nurani ataupun rahsa
sejati (sebuah istilah Kejawen yang menyimbolkan Kuasa Ilahi di dalam diri kita),maka sikap kita akan menjadi reflektif.Hati menjadi lembut,karena agama kita tempatkan ibarat setetes
embun yang membasahi jiwa.Agama yang demikian,menjadi cahaya yang menerangi jiwa,sehingga pikiran,sikap,hati kita,menjadi lapang.Maka,orang-orang di sekeliling kitapun menjadi nyaman…kita bertransformasi menjadi rahmat bagi semesta alam.

Sejatinya…menengok ajaran-ajaran dasar agama..semestinya agama memang menjadi pemandu kita menaiki ketinggian ruhani...menyelami hakikat kebenaran yang bersembunyi di kedalaman samudera hati kita…dan mengantarkan kita untuk merapat dengan Sangkan
Paraning Dumadi...yaitu Hyang Tunggal,Gusti Allah,Gusti Ingkang
Murbeng Dumadi.Ingatlah kembali sabda Kanjeng Nabi Muhammad..."Inna buitstu
liutammimu makarimal akhlak..Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.."

Ketinggian akhlak manusia terwujud ketika manusia mencapai taraf takholuk bi akhlaqilah...Berakhlak dengan akhlak Tuhan.Agama adalah medium agar kita perlahan-lahan bisa menyerap sifat-sifat Ilahi,sehingga kita menjadi Insan Mulia..yang pikirannya,perasaannya,sikapnya,hasratnya,dan tindakannya,mencerminkan Dia Yang Maha Sempurna.Dalam konsep pengajaran Tauhid Syeikh Siti Jenar,dinyatakan bahwa sesungguhnya Sifat 20 bagi Allah,juga merupakan sifat
bagi kaum mukmin sejati.Mempelajari Tauhid artinya mengupayakan agar kita sadar akan Keberadaan Dzat Yang
Tunggal dengan 20 sifatnya itu,mulai wujud,qidam,baqo,dan seterusnya...lalu menyerap sifat-sifat itu ke dalam diri kita.Sehingga kita menjadi sosok yang wujud...karena memang di dalam diri kita Ruh Ilahi yang abadilah bertahta setelah hawa nafsu tertaklukkan...Keberadaan kita menjadi sejati,tak lagi palsu…karena kita bisa keluar dari kungkungan raga yang sesungguhnya tak lebih dari bayang-bayang…Kita menjadi
baqa'...karena esensi diri kita yang abadi itulah yang menjadi gambaran diri sejati...Kita pun menjadi mandiri...karena sudah bisa memberdayakan qudrat dan iradat-Nya yang dititipkan ke
dalam diri kita…dan seterusnya.

Segenap aturan dalam agama,yang kita sebut dengan syariat,sebetulnya adalah jalan agar Cahaya Tuhan memasuki diri kita sehingga kitapun sanggup berakhlak dengan akhlak-Nya,menjadi cermin kemuliaan-Nya.Segenap ritual,shalat,puasa,zakat,dan lainnya,tak lebih dari sekadar sebagai latihan ( ritual ) agar sifat-sifat mulia melekat kepada diri kita.Ukuran kemuliaan diri pribadi kita,kita sadari justru terletak pada bagaimana kualitas keseharian kita menyangkut hubungan kita dengan Tuhan,sesama manusia,dan alam semesta.Jika kita selalu dalam keadaan eling lan waspada (senantiasa berdzikir kepada-Nya,dan selalu waspada kepada segenap keburukan hawa nafsu),lalu kitapun konsisten menebar welas asih kepada sesama,itu artinya kita adalah makhluk yang mulia.Dengan demikian,kita tak lagi memperebutkan kebenaran agama,apalagi berperang atas nama agama.Karena yang penting adalah
apakah agama sudah menerangi hati kita...dan itu tak ada hubungannya dengan orang lain.Semuanya,sebetulnya tak lebih merupakan soal “peperangan” di dalam diri kita sendiri…apakah kita
tunduk kepada hawa nafsu atau nurani…???

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Malem Jum'at Kliwon 19/02/2015)

Rabu, 11 Februari 2015

INTI AJARAN TASAWUF/MAKRIFAT JAWA

INTI AJARAN TASAWUF/MAKRIFAT JAWA

* Pengenalan Amalan Dzat Menurut Tasawuf/Makrifat Jawa *

Ini adalah isi wirid yang menjadi bekal bagi murad/guru serta maksudnya,sebagai pembuka Hidayat yang menjadi petunjuk untuk memahami ilmu makrifat.Berasal dari dalil,hadist,ijma dan qiyas.

Dalil maksudnya penjelasan tentang firman Allah.Hadist berisi tentang keteladanan Rasulullah.Ijma adalah kumpulan wejangan para wali.Qiyas adalah penyebaran ajaran para pandhita/ulama.

Kesemuanya ini menjadi pembuka dalam proses penjelasan rahasia ghaib tentang kesejatian hidup,agar hidupnya tentram,lestari dari awal sampai akhir.Setidak-tidaknya,sebagai hamba apabila sudah sampai ajal yang telah di tentukan mudah-mudahan bahagia dalam kesempurnaan hakikat,mulia keadaanya di alam baka jangan sampai jatuh kedalam alam kesesatan.

Adapun yang menjadi intisari ilmu makrifat ini bersumber dari hadist sabda kanjeng Nabi Muhammad,yang beliau wejangkan kepada Sayyidina Ali.Yakni tentang adanya Dzat sebagaimana tersebut dalam dalil utama,dari firman Tuhan Yang Maha Suci,yang dibisikkan melalui telinga kiri.

Bunyinya sebagai berikut : "Sesungguhnya tidak ada apa-apa,karena ketika masih awung-awung/kosong belum ada sesuatupun.Yang ada saat
itu hanyalah Aku.Tidak ada Tuhan selain Aku,Dzat sejati yang maha suci,yang meliputi sifat-ku,menyertai namaku,dan menandai perbuatanku.

Pengertiannya sebagai berikut : Sesungguhnya yang mengatakan bahwa Dzat adalah maha suci itu tiada lain adalah hidup kita sendiri,karena ketitipan rahasia Dzat yang agung.Yang meliputi sifat ini tiada lain adalah rupa kita sendiri,karena ketambahan warna Dzat yang elok.Yang menyertai nama itu tiada lain adalah nama kita sendiri,karena telah diakui sebagai sebutan bagi Dzat yang
maha kuasa.Buktinya bisa dilihat bahwa tingkah laku kita sendiri benar-benar
mencerminkan perbuatan Dzat yang sempurna.Bisa dikatakan,Dzat itu mengandung sifat,sifat menyertai nama,nama memberikan tanda bagi perbuatan,dan perbuatan menjadi wahana bagi Dzat.Hubungan antara Dzat dan sifat ini bisa diumpamakan seperti madu dan manisnya.Jelas keduanya tidak bisa dipisahkan.Sifat menyertai nama ini dapat diumpamakan seseorang yang bercermin dengan bayangan dalam cermin tersebut.Tentu,apa saja yang dilakukan seseorang tadi akan diikuti oleh bayangannya.Jadi sebenarnya,yang di sebut Dzat itu adalah tajjali/penampakan Muhammad.Sedangkan yang bernama Muhammad itu adalah
wahana cahaya yang meliputi badan.Ia berada dalam hidup kita.Hidup itu sendiri mandiri tanpa ada yang menghidupkan,oleh karena itu ia berkuasa,mendengar,mencium,berbicara dan merasakan rasa.Semua itu berasal dari kodrat Dzat kita sendiri.Maksudnya,Dzat Tuhan yang maha suci melihat dengan mata kita,mendengar dengan telinga kita,mencium dengan hidung kita,bersabda dengan mulut kita,dan merasakan semua rasa dengan alat perasa kita.Tidak perlu khawatir dalam pikiran karena wahana wahyu dzatmiko ada dalam diri kita.Maksudnya,lahir batinnya Allah sudah ada dalam hidup kita pribadi.Jika diperibahasakan,lebih tua Dzat manusia dari pada sifat Allah,karena kejadian Dzat itu lebih
terdahulu pada zaman azali serta kekal,paling dahulu di kala masih
hampa keadaan kita.Sedangkan kejadian sifat itu adalah baru ketika berada di alam dunia.Akan tetapi keduanya saling tarik-menarik menguatkan.Semua Dzat pasti mengandung sifat dan semua yang bersifat pasti memiliki Dzat.

Tentang urutan kejadian Dzat dan sifat ini disebutkan pada dalil kedua,dari firman Tuhan yang maha suci sebagai berikut :

Sesungguhnya Aku adalah Dzat yang maha pencipta dan maha kuasa,yang berkuasa menciptakan segala sesuatu,terjadi dalam seketika,sempurna lantaran kodrat-Ku.Sebagai pertanda perbuatan-Ku,sebagai kenyataan kehendak-Ku.Mula-mula Aku menciptakan Hayyu bernama Syajaratul Yakin.Tumbuh dalam Alam Adam Makdum yang azali abadi.Setelah itu cahaya bernama Nur Muhammad,cermin bernama Mir’atul Haya’i,nyawa bernama Roh idhafi,lampu bernama Kandil,permata bernama Dharrah, dan
dinding Jalal bernama Hijab yang menjadi penutup hadirat-Ku

Maksudnya sebagai berikut :

1. Syajaratul Yakin
Tumbuh dalam alam hampa yang sunyi senyap azali abadi.Ia adalah pohon kehidupan yang berada dalam ruang hampa dan sunyi senyap selamanya,belum ada sesuatupun.Ia merupakan Hakikat Dzat Mutlak yang Qadim.Artinya,ia adalah hakikat yang pasti dan paling dahulu,yaitu Dzat Atma yang menjadi wahana bagi Alam
Ahadiyat.

2. Nur Muhammad
Artinya cahaya yang terpuji.Dikisahkan dalam hadist,ia seperti burung merak,berada dalam permata putih dan berada pada arah Syaratul Yakin.Itulah hakikat cahaya yang diakui tajalli Dzat,berada dalam nukat ghaib,merupakan sifat atma dan menjadi wahana bagi Alam Wahdah.

3. Mir’atul Haya’i
Artinya adalah kaca wira’i.Dikisahkan dalam hadist,ia berada di depan Nur Muhammad.Ia adalah hakikat pramana yang diakui rahsa Dzatnya,sebagai nama bagi atma serta menjadi wahana bagi Alam Wahidiyat.

4. Roh Idhafi
Artinya adalah nyawa yang jernih.Dikisahkan dalam hadist,ia berasal dari Nur Muhammad.Ia adalah Hakikat Suksma yang diakui sebagai keadaan Dzat,serta merupakan perbuatan atma.Ia menjadi wahana bagi Alam Arwah.

5. Kandil
Artinya adalah lampu tanpa api.Dikisahkan dalam hadist,ia berupa
permata,cahaya berkilauan,serta bergantung pada alat pengait.Itulah keadaan Nur Muhammad dan tempatnya berkumpul semua ruh.Ia adalah Hakikat angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat,bingkai bagi atma dan menjadi wahana Alam Misal.

6. Dharrah
Artinya adalah permata.Dikisahkan dalam hadist,ia memiliki sinar yang beraneka warna,satu tempat dengan para malaikat.Ia menjadi hakikat budi,yang diakui sebagai perhiasan Dzat,pintu nama,dan menjadi wahana Alam Ajsam.

7. Hijab
Artinya adalah dinding yang agung dan disebut sebagai dinding jalal.Dikisahkan dalam hadist,ia adalah yang timbul dari permata beraneka warna.Pada saat bergerak akan menimbulkan buih,asap,dan air.Ia adalah hakikat jasad,merupakan tempat bagi atma,dan menjadi wahana bagi alam Insan Kamil.

Menurut keterangan dai ijma’ dan qiyas,dinding agung yang berupa
buih,asap,dan air tadi dibagi menjadi 3 bagian :

1.BUIH,mengeluarkan tiga hijab yaitu :
a. HIJAB KISMA,menjadi perwujudan jasad luar seperti kulit,daging,dan sebagainya.

b.HIJAB RUKMI,menjadi perwujudan jasad dalam,seperti otak,manik,hati,jantung,dan sebagainya.

c.HIJAB RETNA,menjadi perwujudan jasad yang lembut seperti mani,darah,sumsum,dan sebagainya.

2. ASAP
a.HIJAB KEGELAPAN,menjadi perwujudan nafas dan yang lainya

b.HIJAB GUNTUR,menjadi perwujudan panca indra

c. HIJAB API,menjadi perwujudan nafsu.

3. AIR
a. HIJAB EMBUN AIR HIDUP,menjadi perwujudan suksma

b. HIJAB NUR RAHSA menjadi perwujudan rahsa

c. HIJAP NUR CAHAYA yang sangat terang,menjadi perwujudan atma.

Semua itu merupakan dinding bagi Dzat yang berada pada insan kamil atau manusia sempurna.Tidak perlu kuatir karena keadaan Arsy,kursi,lauh mahfudz,kalam,timbangan, jembatan shiratal
mustaqim, surga, neraka, bumi,langit,dan semua isinya ini sudah termasuk dalam tabir yang diimbasi oleh Dzat kita yang maha agung.Ia terpancar menjadi keelokan sifat kita yang tunggal,menyertai nama kita yang berkuasa,menandai kekuasaan perbuatan kita yang sempurna.

Sesungguhnya Aku menciptakan Adam berasal dari empat unsur yakni tanah,api,angin dan air.Semuanya menjadi perwujudan sifat-Ku,untuk Aku masuki lima macam mudah yaitu nur,rahsa,roh,nafsu, dan budi untuk menjadi penutup wajah-Ku yang maha suci.Maksudnya,mudah itu adalah Dzat hamba,wajah itu adalah Dzat gusti yang bersifat kekal. Dalam suatu hadist.Disebutkan bahwa:masuknya mudah kedalam jasad melalui lima macam proses.Bermula dari ubun-ubun,berhenti di otak,turun ke mata,turun ke telinga,turun ke hidung,turun ke ulu hati,turun kedada,tersebar ke seluruh tubuh,dan akhirnya sempurna menjadi Insan Kamil.

Inilah kehendak tambahan dari Dzat yang maha suci.Ia menciptakan singgasana Dzat ,diatur dalam Baitullah menjadi tiga
susunan.Semua itu merupakan kenyataan.Segala sesuatu merupakan ciptaan Dzat yang maha agung,maha mulia,maha kekal tanpa ada perubahan.

Disebutkan dalam tiga buah firman Tuhan yang maha suci :

1. Ayat pertama tentang susunan singgasana dalam Baitul Makmur.Sesungguhnya Aku mengatur singgasana dalam Baitul Makmur,yaitu
rumah tempat kesukaanku.Tempat itu berada dalam kepala adam.Dalam kepala itu ada otak,dalam otak itu ada manik,dalam manik itu ada budi,dalam budi ada nafsu,dalam nafsu ada suksma,dalam suksma ada rahsa,dalam rasa ada Aku.Tidak ada Tuhan selain Aku,Dzat yang meliputi semua keadaan.

2. Ayat kedua tentang susunan dalam Baitul Muharram.Sesungguhnya Aku mengatur singgasana berada dalam Baitul Muharram,yaitu rumah tempat pingitanku.Tempat itu berada di dalam dada adam, didalam dada adam ada hati hati, didalam hati
itu ada jantung, didalam jantung itu ada budi, didalam budi itu ada
jinem/angan-angan,didalam jinem ada suksma,didalam suksma ada rahsa,didalam rahsa ada Aku,tidak ada Tuhan selain Aku,Dzat yang meliputi semua keadaan.

3.Ayat ketiga tentang susunan singgasana Baitul Muqaddas.Sesungguhnya Aku mengatur singgasana di dalam Baitul Muqaddas.Itu adalah rumah,tempat yang Aku sucikan.Berada dalam kontholnya adam.Dalam konthol itu ada pringsilan/buah pelir,diantara pringsilan itu ada nutfah yaitu mani,didalam mani ada itu
ada madi,di dalam madi ada wadi,didalam wadi itu ada manikem,dalam manikem ada itu ada rahsa,dalam rahsa itu ada Aku,tidak
ada Tuhan selain Aku,Dzat yang meliputi semua keadaan,bertakhta dalam nukat gaib,turun menjadi jauhar awal.Disitulah alam ahadiyat berada/alam wahdah dan alam wahidiyat,alam arwah,alam misal,alam ajsam,dan alam insan kamil,menjadi manusia sempurna yaitu sifatku yang sejati.Setelah memahami firman Tuhan diatas,maka bijaksanalah dalam hati sebagai perwujudan syukur karena telah menerima anugerah/hidayah

Anugerah/hidayah itu adalah pemahaman tentang Dzat Tuhan,yakni
menerima sifat sebagai hamba yang telah manunggal dengan Tuhan tanpa batas dalam badan kita.Penjelasan dari ayat di atas adalah sebagai berikut:

Pertama,tentang unsur-unsur yang terdapat dalam Baitul Makmur,artinya rumah yang makmur.Kepala adalah bentuk lahir dari Baitul Makmur :

*Otak adalah keadaan Kontha,yang dapat menarik terangnya cahaya dan merupakan pembuka bagi pemahaman tentang Dzat.

*Manik adalah keadaan Pramana,memperjelas warna,dan menjadi pangkal penglihatan.

*Budi adalah keadaan Pranawa,memperjelas kehendak,dan menjadi pangkal dalam berbicara.

*Nafsu adalah keadaan Hawa,memperjelas suara,dan menjadi pangkal bagi pendengaran.

*Suksma adalah keadaan Nyawa,memperjelas cipta,dan menjadi pangkal penciuman.

*Rahsa adalah keadaan Atma,memperjelas kuasa,dan menjadi pangkal bagi perasaan.

Berdasarkan penjelasan diatas,maka para guru yang mengajarkan tentang susunan singgasana dalam baitul makmur ini berpesan agar tidak makan otak dan manik.Bahkan jangan sampai ada keinginan untuk makan keduanya.Manfaatnya,menurut pengalaman yang sudah-sudah,ilmunya akan diterima.

Kedua,tentang unsur-unsur yang terdapat dalam Baitul Muharram,artinya rumah tempat bagi hal-hal yang dilarang :

*Dada adalah bentuk lahir keadaan baitul muharram.

*Hati adalah keadaan panca indra,memperjelas nafsu,dan menjadi
pangkal munculnya nafas.

*Jantung adalah keadaan panca maya,memperjelas rasa birahi,dan
menjadi pangkal timbulnya denyutan.

*Budi adalah keadaan pranawa,memperjelas kehendak,dan menjadi pangkal munculnya pembicaraan.

*Jinem adalah keadaan angan-angan,memperjelas suara,dan menjadi pangkal munculnya pendengaran.

*Suksma adalah keadaan nyawa,memperjelas cipta,dan menjadi
pangkal bagi timbulnya penciuman.

*Rahsa adalah keadaan atma,memperjelas kekuasaan,dan menjadi pangkal munculnya perasaan.

Guru yang mengajarkan ilmu tentang susunan singgasana dalam baitul muharram ini juga berpesan agar tidak makan hati dan jantung.Bahkan jangan sampai ada keinginan untuk memakan
keduanya.Manfaatnya,menurut pengalaman yang sudah-sudah,sering di
terima ilmunya.

Ketiga,tentang unsur-unsur yang terdapat dalam baitul muqaddas,artinya rumah yang disucikan :

*Konthol adalah bentuk lahir dari baitul muqaddas.

*Buah pelir adalah keadaan purba,diresapi rasa birahi,serta menimbulkan asmaranala yakni tertariknya hati.

*Mani adalah keadaan kontha,diresapi hawa nafsu,serta menimbulkan asmaratura yakni tertariknya penglihatan

*Madi adalah keadaan warna,diresapi oleh kehendak,serta menimbulkan asmaraturida yakni tertariknya pendengaran.

*Wadi adalah keadaan rupa,diresapi daya pemikiran,serta menimbulkan asmaradana yakni tertariknya kesamaan pembicaraan.

*Manikem adalah keadaan suksma,diresapi oleh perasaan,serta
menimbulkan asmaratantra,yakni rasa tertarik karena bersinggungan.

*Rahsa adalah keadaan atma,diresapi rasa kuasa,serta menimbulkan asmaragama,yakni kesenangan yang timbul dalam bersenggama.

Guru yang mengajarkan tentang ilmu susunan singgasana dalam baitul muqaddas ini berpesan agar tidak makan daging buah pelir dan semacamnya.Setidaknya jangan sampai mengobral kata mani.Manfaatnya menurut pengalaman yang sudah-sudah,akan diterima ilmunya.

Setelah paham, sebaiknya ia mengamalkan amalan yang dapat
memperteguh kekuatan iman,yakni Syahadat Djati yang dibaca di dalam hati.
Bunyi syahadat tersebut adalah :

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Aku.Dan Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah utusanku"

Setelah memahami makna Syahadat Djati ini,kemudian mengangkat janji terhadap sanak saudara kita,yaitu semua makhluk yang tersebar di penjuru dunia seperti langit,bumi,matahari,bintang,bulan,api,angin,air dan sebagainya...agar semuanya menjadi saksi bahwa kita telah mengaku menjadi Dzat Tuhan yang maha suci.Menjadi sifat Allah yang sesungguhnya,menyebut dalam batin sebagai berikut :

"Aku bersaksi kepada Dzatku sendiri bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku.Dan Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan-Ku.Sesungguhnya yang bernama Allah itu adalah badanku.Rasul itu adalah Rahsaku.Muhammad itu adalah
cahayaku.Akulah yang senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati.Akulah yang selalu ingat dan tidak akan pernah lupa.Akulah yang kekal abadi dan tidak pernah mengalami perubahan dalam
keadaan apapun.Akulah yang bijaksana.Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-ku.Akulah Yang Maha Kuasa.Berkuasa lagi bijaksana.Tidak ada kekurangan dalam pengertian.Sempurna terang benderang.Tidak dapat diraba.Tidak kelihatan.Hanya aku yang
meliputi alam semesta karena kodrat-Ku"

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci Rabu Legi 11/02/2015)

Senin, 09 Februari 2015

MEMAHAMI NYAWA SHOLAT

" Memahami Nyawa Shalat "

Setiap yang hidup pasti mempunyai nyawa.Sesuatu tidak bisa dikatakan hidup jika tidak memiliki nyawa.Pada sebuah doa,atau ketika melakukan shalat secara syariat,maka kita harus mengetahui nyawa sebuah shalat.Kalau kita tidak mengetahui nyawa sebuah shalat,maka tidak akan bisa mengetahui "ruh" dari shalat itu.Intinya,jika kita tidak mengetahui nyawa dan "ruh" shalat yang kita lakukan,maka shalat kita hanya sekedar gugur kewajiban semata...

Shalat itu adalah senantiasa eling dan menyembah pada GUSTI ALLAH.Bahwa ada 2 hakekat hidup di dunia yaitu:

1.Tansah eling lan manembah marang GUSTI ALLAH (shalat)

2.Apik marang sak pada-padaning ngaurip (berbuat baik pada sesama makhluk)

Salah satu cara eling lan manembah marang GUSTI ALLAH itu jika dilakukan menurut syariat adalah dengan jalan melakukan shalat.Banyak dari kita yang tidak tahu/mungkin belum tahu dimanakah nyawa dalam sebuah shalat yang kita lakukan.Padahal jika mengetahui nyawa shalat itu sendiri,dg shalat kita seakan akan berdialog dengan GUSTI ALLAH.

Dimanakah nyawa syariat shalat yang dilakukan itu? Jawabannya: "nyawa shalat itu ada pada surat Al-Fatihah"

Lho kok bisa? Ya sangat jelas sekali.Karena sebuah shalat yang kita lakukan tidak akan sah jika tidak membaca surat Al-Fatihah.Jadi,ketika shalat dan membaca surat Al-Fatihah,konsentrasi kita haruslah penuh untuk bisa berdialog dengan GUSTI ALLAH.Lain halnya dengan shalat dimana seseorang membaca surat Al-Fatihah dengan cepat,tentu saja tidak akan mampu untuk berdialog dengan GUSTI ALLAH.Apa sih ayat-ayat dalam surat Al-Fatihah itu? Tentu banyak dari kita yang sudah
mengetahuinya.Surat Al-Fatihah tersebut antara lain berbunyi:

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin

Ar Rahmaani rrahiim

Maaliki yaumid diin

Iyyaaka na’budu wa iyyaaka
nasta’iin

Ihdinas shiraatal mustaqiim

Siraathal ladzii na’an ‘amta
‘alaihim

Ghairil maghduu bi’alaihim

Walad dhaalliin

Amin

Terjemahannya:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang

Segala puji bagi Allah

Tuhan alam semesta Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Yang menguasai hari pembalasan/kiamat

Hanya padamu kami menyembah,dan hanya padamu kami memohon pertolongan

Tunjukkanlah kami Jalan yang Lurus

Jalan yang penuh nikmat

Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat.

Perhatikan dengan seksama,betapa
hebat dan berbobotnya surat Al-Fatihah itu.Surat Al-Fatihah tersebut jika dibaca dengan konsentrasi pada GUSTI ALLAH akan sangat bermanfaat bagi yang membacanya.Tidak salah jika surat Al-Fatihah tersebut menjadi Ummul
Kitab (surat pembuka Al'Quran).Nyawa Surat Al-Fatihah seperti sudah disebutkan diatas bahwa tidak banyak orang yang tahu bahwa Al-Fatihah sebagai nyawa sebuah shalat,demikian juga tidak banyak orang yang tahu bahwa surat Al-Fatihah itu sendiri juga mempunyai nyawa di dalamnya.Jadi,bisa dikatakan nyawa sebuah shalat adalah Al-Fatihah,dan surat Al-Fatihah itu sendiri juga mempunyai nyawa ataupun "ruh".Apa nyawa dari surat Al-Fatihah? Nyawa ataupun "ruh" dari surat Al-Fatihah itu adalah pada ayat yang berbunyi "Iyyaaka na’budu,wa iyyaaka nasta’iin".
Mengapa ayat tersebut menjadi nyawa dari surat Al-Fatihah? Karena ayat tersebut merupakan perpisahan antara doa yang dipanjatkan pada GUSTI ALLAH dan doa untuk diri manusia itu sendiri yang menunjukkan kepasrahan kita sebagai makhluk.

Coba perhatikan surat Al-Fatihah beserta terjemahannya sekali lagi.

Bismillahirrahmaanirrahiim
(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih & Penyayang) (Doa untuk ALLAH) 

Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin (Segala puji bagi Allah,Tuhan Semesta Alam) (Doa untuk ALLAH)

Ar Rahmaani rrahiim (Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang) (Doa Untuk ALLAH) 

Maaliki yaumid diin (Yang Menguasai hari pembalasan/kiamat) (Doa untuk ALLAH) 

Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin
(Hanya padaMU Kami Menyembah,dan hanya padaMU kami memohon pertolongan)(Doa Kepasrahan kita)

Ihdinas shiraatal mustaqiim (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus)(Doa untuk si manusia)

Siraathal ladzii na’an ‘amta ‘alaihim,(Jalan yang penuh nikmat)(Doa untuk si manusia) 

Ghairil maghduu bi’alaihim,walad
dhaalliin (Bukan jalan orang yang Engkau Murkai dan bukan jalan yang sesat)(Doa untuk si manusia)

Nah,perhatikan doa tersebut.Dimanakah perpisahan antara doa untuk Allah dan doa untuk kepentingan si manusia itu sendiri?Perpisahan tersebut adalah pada "Iyyaaka na’budu,wa iyyaaka nasta’iin" yang menunjukkan bahwa manusia itu tidak mempunyai kekuatan apapun dan pasrah pada kuasa dari GUSTI ALLAH.Jadi,berkonsentrasilah ketika membaca perpisahan antara doa untuk ALLAH dan doa untuk kepentingan si manusia,karena hal itu menunjukkan kepasrahan kita pada GUSTI ALLAH KANG MOHO KUOSO...GUSTI KANG AKARYO JAGAD GUMELAR...sing nduweni KAREP kuwi GUSTI,manungso wajibe mung PASRAH





(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci di Keheningan 1/3 Malem Sabtu Pahing)

HAKIKAT BASMALLAH

HAKIKAT BASMALLAH

Bahwa dengan (menyebut) Asma Allah,berarti asma-asma Allah Ta’ala diproyeksikan yg menunjukkan
keistimewaan-Nya,yg berada di atas sifat-sifat & Dzat Allah Ta’ala.Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan arah-Nya,sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.Allah
itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan.Dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri.Bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya,begitu pula bukan bagi pengertian tidak membuat penyifatan.

“Ar- Rahman” adalah predikat yg melimpah terhadap wujud & keparipurnaan secara universal menurut relevansi hikmah,dan relevan dengan penerimaan di permulaan pertama.

“Ar-Rahiim” adalah yang melimpah bagi keparipurnaan maknawi yg ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya.Karena itu sering disebutkan,“Wahai Yang Maha Rahman bagi Dunia & Akhirat,dan Maha Rahim bagi akhirat”.Artinya,adalah proyeksi kemanusiaan yang sempurna,dan rahmat menyeluruh,baik secara umum maupun khusus,yang merupakan manifestasi dari Dzat illahi.Dalam konteks inilah Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku diberi anugerah globalitas Kalam,dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) paripurna akhlak”.Karena kalimat-kalimat merupakan hakikat-hakikat wujud & kenyataannya.Sebagaimana Isa as,disebut sebagai Kalimah dari Allah,sedangkan keparipurnaan akhlak adalah predikat &
keistimewaannya.Predikat itulah yg menjadi sumber perbuatan-perbuatan yg terkristal dalam jagad kemanusiaan.Memahaminya sangat halus.Di sanalah para Nabi - alaihimus salam meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud.Kenyataan ini bisa ditemukan dlm periode Isa as,periode Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah,dan sebagian masa sahabat,yg secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.Disebutkan,bahwa Wujud ini muncul dari huruf Baa’ dari Basmalah.Karena Baa’ tersebut mengiringi huruf Alif yang tersembunyi,yg sesungguhnya adalah Dzat Allah.Disini ada indikasi terhadap akal pertama,yg merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah,yang disebutkan melalui firman-Nya, “Aku tidak menciptakan makhluk
yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu,dan denganmu Aku memberi,denganmu Aku mengambil,denganmu Aku
memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa”.

Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf.Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf.Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah.maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.Delapan belas huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasikannya dengan jumlahnya.18 ribu alam,Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah.Alif merupakan induk dari seluruh strata yg tidak lagi ada hitungan setelah Alif.Karena itu dimengerti sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai Alam Jabarut,Alam
Malakut,Arasy,Kursi,Tujuh Langit,dan empat anasir (tanah,air,api,angin) serta tiga kelahiran yang masing2 terpisah dlm bagian2 tersendiri.Sedangkan makna sembilan belas,menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan.Walau pun masuk kategori alam hewani,namun alam
insani itu menurut konotasi kemuliaan & universalitasnya atas seluruh alam dlm bingkai wujud,ada alam lain yg memiliki ragam jenis yg prinsip...ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat.Tiga Alif yg tersembunyi yg merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah,merupakan petunjuk pada Alam Ilahi Yang Haq,menurut pengertian Dzat.Sifat & Af ‘aal Yaitu tiga Alam ketika dipisah-pisah,dan Satu Alam ketika dinilai dari hakikatnya.Sementara tiga huruf yg tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam2 tersebut pada tempat penampilannya yg bersifat agung dan manusiawi.Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi,ketika Rasulullah SAW,ditanya soal Alif yang melekat pada Baa’, “dari mana hilangnya Alif itu?” Maka Rasulullah SAW,menjawab “Dicuri oleh Syetan”.Diharuskannya memanjangkan huruf Baa’nya Bismillah pada penulisan,sebagai ganti dari Alifnya,menunjukkan penyembunyian Ketuhanannya predikat Ketuhanan dlm gambaran Rahmat yg tersebar.Sedangkan penampakannya dalam potret manusia,tak akan bisa dikenal kecuali oleh ahlinya.Karenanya,dalam hadist disebutkan, “Manusia diciptakan menurut gambaran Nya”.Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat,dan Sifat tersembunyikan oleh Af’aal...Af’aal tersembunyikan oleh jagad-jagad dan makhluk.Oleh sebab itu,siapa pun yang meraih Tajallinya Af’aal Allah dengan sirnanya tirai jagad raya,maka ia akan tawakkal.Sedangkan siapa
yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya tirai Af’aal,ia akan Ridha & Pasrah.Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan terbukanya tirai Sifat,ia akan fana dalam kesatuan.Maka ia pun akan meraih Penyatuan Mutlak.Ia berbuat,tapi tidak berbuat.Ia membaca tapi tidak membaca

“Bismillahirrahmaanirrahiim”.

Tauhidnya af’aal mendahului tauhidnya Sifat,dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat.Dalam trilogi inilah Nabi Muhammad,bermunajat dlm sujudnya,“Tuhan...Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksaMu,Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarah dendamMu,Aku berlindung denganMu dari diriMu”.

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Selasa Pahing 10/02/2015)

DZAT WUJUD (Menggali Ajaran Kanjeng Syech Siti Djenar)

" DZAT WUJUD (Menggali Ajaran Kanjeng Syech Siti Djenar) "

Sejarah telah dibukukan,Hitam dan Putih adalah Warna Kehidupan.Memahami Syariat dengan Syariat.Hakikat dengan
Hakikat.Makrifat dengan Makrifat agar kita memperoleh manfaatnya...

“Hyang Widi,wujud yg tak nampak oleh mata,mirip dengan ia sendiri,sifat-sifatnya mempunyai wujud,seperti penampakan raga yg tiada tampak.Warnanya melambangkan keselamatan,tetapi tanpa cahaya atau teja,halus,lurus terus-menerus,menggambarkan kenyataan tiada berdusta,ibaratnya kekal tiada bermula,sifat dahulu yg meniadakan permulaan,karena asal dari diri pribadi.”

Pribadi adalah pancaran roh,sebagai tajalli atau pengejawantahan Tuhan.Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah,Manuggaling Kawula-Gusti,sebagai puncak dan substansi tauhid.Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri.Dengan manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia,berdasarkan ukurannya sendiri.Namun keselamatan itu adalah efek bagi terjawantah-NYA Allah melalui kehadiran manusia.Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan manusia berlangsung secara natural (sunnatullah),bukan karena hasil sublimasi manusia,baik melalui kebijakan ekonomi,politik,rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini terjadi.

Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah.Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya,akan menghasilkan manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidak akan terjadi,sifat merasa ingin menguasai,sifat ingin mencari kekuasaan,memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi.Dan tentu saja pertentangan antar manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan,perbedaan agama dan sejenisnya juga pasti tidak akan terjadi.

“Sabda sukma,adhep idhep Allah,kang anembah Allah,kang sinembah Allah,kang murba amisesa.” .

Pernyataan Syekh Siti Jenar di atas sengaja saya nukilkan dalam bahasa aslinya,dikarenakan multi-interpretasi yang dapat muncul dari mutiara ucapan tersebut.Secara garis besar maknanya adalah,“Pernyataan roh,yang bertemu-hadapan dengan Allah,yang menyembah Allah,yang disembah Allah,yang meliputi segala sesuatu.”

Ini adalah salah satu sumber pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar yang maksudnya adalah sukma (roh di kedalaman jiwa) sebagai pusat kalam (pembicaraan dan ajaran).Hal itu diakibatkan karena di kedalaman roh batin manusia tersedia cermin yang
disebut mir’ah al-haya’ (cermin yang memalukan).Bagi orang yang sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya serta mencapai fana’...cermin tersebut akan muncul,yang menampakkan kediriannya
dengan segala perbuatan tercelanya.Jika ini telah terbuka maka tirai-tirai rohani juga akan tersingkap,sehingga kesejatian dirinya beradu-satu (adhep-idhep), “aku ini kau,tapi kau aku”.
Maka jadilah dia yang menyembah sekaligus yang disembah,sehingga dirinya sebagai kawula-Gusti memiliki wewenang murba amisesa,memberi keputusan apapun tentang dirinya,menyatu iradah dan kodrat kawula-Gusti.

“Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera.Pancaindera ini merupakan barang pinjaman yang jika sudah diminta oleh yang empunya,akan menjadi tanah dan membusuk,hancur lebur bersifat najis.Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.Demikian pula budi,pikiran,angan-angan dan kesadaran,berasal dari pancaindera,tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup.Akal dapat menjadi gila,sedih,bingung,lupa tidur,dan seringkali tidak jujur.Akal itu pula yang siang malam mengajak dengki,bahkan merusak kebahagiaan orang lain.Dengki
dapat pula menuju perbuatan jahat,menimbulkan kesombongan,untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan,sehingga menodai nama dan citranya.Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya,baru orang menyesalkan perbuatannya.”

Menurut Syekh Siti Jenar,baik pancaindera maupun perangkat akal
tidak dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup.Sebab semua itu bersifat baru,bukan azali.Satu-satunya yang bisa dijadikan gondhelan dan gandhulan hanyalah Zat Wajibul Maulana,Zat Yang
Maha Melindungi.Pancaindera adalah pintu nafsu,dan akal adalah pintu bagi ego.Semuanya harus ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib Memimpin.Karena itu Dialah yang menunjukkan semua budi baik.Jadi pencaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang
Penguasa Budi atau Yang Maha Budi.Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakan nama tertentu.Sebab nama bukanlah hakikat.Nama itu bisa Allah,Hyang Widhi,Hyang Manon,Sang Wajibul Maulana,dan sebagainya.Semua itu produk akal sehingga nama tidak perlu
disembah.Jebakan nama dalam syari’at justru malah merendahkan Nama-Nya.

“Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging,urat,tulang,sungsum,bisa rusak dan bagaimana cara Anda
memperbaikinya?Biarpun bersembahyang seribu kali setiap harinya
akhirnya mati juga.Meskipun badan Anda,Anda tutupi akhirnya menjadi debu juga.Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan,Apakah para Wali dapat membawa pulang dagingnya,saya rasa
tidak dapat.Alam semesta ini baru.Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru,dalilnya "layabtakiru hilamuhdil" yang artinya:"tidak membuat sesuatu
wujud lagi tentang terjadinya alam semesta sesudah dia membuat
dunia.” .

Dari pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut,nampak bahwa Syekh Siti Jenar memandang alam semesta sebagai makrokosmos sama dengan mikrokosmos (manusia).Sekurangnya kedua hal itu merupakan barang baru ciptaan Tuhan yang sama-sama akan
mengalami kerusakan,tidak kekal dan tidak abadi.Pada sisi yang lain,pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut juga memiliki muatan makna pernyataan sufistik, “Barangsiapa mengenal
dirinya,maka ia pasti mengenal Tuhannya.” MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD ARAFA RABBAHU...Sebab bagi Syekh Siti Jenar,manusia yang utuh dalam jiwa raganya merupakan wadag
bagi penyanda,termasuk wahana penyanda alam semesta.Itulah
sebabnya pengelolaan alam semesta menjadi tanggungjawab manusia.Maka,mikrokosmos manusia tidak lain adalah blueprint dan gambaran adanya jagat besar termasuk semesta.

Bagi Syekh Siti Jenar,manusia terdiri dari jiwa dan raga yang intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (sang Pribadi).Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yang dilengkapi pancaindera,berbagai organ tubuh seperti daging,otot,darah dan tulang.Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang
pinjaman yang suatu saat setelah manusia terlepas dari pengalaman
kematian di dunia ini,akan kembali berubah menjadi tanah.Sedangkan rohnya yang menjadi tajalli Ilahi,manunggal ke dalam
keabadian dengan Allah.Manusia tidak lain adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah.Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al,sebab af’al digerakkan oleh dzat.Sehingga af’al yang menyatu menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat,ke mana af’al itu dipancarkan.

“Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalah af’al (perbuatan) Allah.Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga.Jadi keliru dan sesat pandangan yang mengatakan bahwa yang baik dari
Allah dan yang buruk selain Allah.” “…Af’al Allah harus dipahami dari dalam dan luar diri.Saat manusia menggoreskan pena
misalnya,di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya,yakni kemampuan kodrati gerak pena.Di situlah berlaku dalil Wa Allahu khalaqakum
wa ma ta’malun (QS. Ash-Shaffat:96),yang maknanya Allah yang
menciptakan engkau dan segala apa yang engkau perbuat.Di sini terkandung makna mubasyarah.Perbuatan yang terlahir dari itu disebut al-tawallud.Misalnya saya melempar batu.Batu yang terlempar dari tangan saya itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan saya.Di situ berlaku dalil Wa ma ramaitaidz ramaita
walakinna Allaha rama (QS. Al-Anfal:17),maksudnya bukanlah engkau yang melempar,melainkan Allah jua yang melempar ketika engkau melempar.Namun pada hakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud hakikatnya satu,yakni af’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la quwwata illa bi Allahi al-‘aliyi al-adzimi.Rasulullah
bersabda la tataharraku dzarratun illa bi idzni Allahi,yang maksudnya tidak bergerak satu dzarah pun melainkan atas izin Allah.”

Menurut Syekh Siti Jenar,bahwa al-Fatihah adalah termasuk salah satu kunci sahnya orang yang menjalani laku manunggal (ibadah).Maka seseorang wajib mengetahui makna mistik surat
al-Fatihah.Sebab menurut Syekh Siti Jenar,lafal al-Fatihah disebut lafal yang paling tua dari seluruh sabda-Sukma.Inilah tafsir mistik
al-Fatihah Syekh Siti Jenar:

Bis...kedudukannya...ubun-ubun

Millah...kedudukannya...rasa

Al-Rahman-al-Rahim...kedudukannya...penglihatan (lahir batin)

Al-hamdu...kedudukannya...hidupmu (manusia)

Lillahi...kedudukannya...cahaya

Rabbil-‘alamin...kedudukannya...nyawa dan napas

Al-Rahman al-Rahim...kedudukannya...leher dan jakun

Maliki...kedudukannya...dada

Yaumiddin...kedudukannya...jantung (hati)

Iyyaka....kedudukannya...hidung

Na’budu....kedudukannya...perut

Waiyyaka nasta’in...kedudukannya...dua bahu

Ihdinash...kedudukannya...sentil (pita suara)

Shiratal...kedudukannya...lidah

Mustaqim...kedudukannya...tulang punggung(ula-ula)

Shiratalladzina...kedudukannya...dua ketiak

An’amta...kedudukannya...budi manusia

‘alaihim...kedudukannya...tiangnya
(pancering) hati

Ghairil...kedudukannya...bungkusnya nurani

Maghdlubi...kedudukannya...rempela/empedu

‘alaihim...kedudukannya...dua betis

Waladhdhallin...kedudukannya...mulut dan perut(panedha)

Amin...kedudukannya...penerima

Tafsir mistik Syekh Siti Jenar tetap mengacu kepada Manunggaling
Kawula-Gusti,sehingga baik badan wadag manusia sampai kedalaman rohaninya dilambangkan sebagai tempat masing-masing dari lafal surat al-Fatihah.Tentu saja pemahaman itu disertai dengan penghayatan fungsi tubuh seharusnya masing-masing,dikaitkan dengan makna surahi dalam masing-masing lafadz,maka
akan ditemukan kebenaran tafsir tersebut,apalagi kalau sudah disertai dengan pengalaman rohani/spiritual yang sering dialami.

Konteks pemahaman yang diajukan Syekh Siti Jenar adalah,bahwa al-Qur’an merupakan “kalam” yang berarti pembicaraan.Jadi sifatnya adalah hidup dan aktif.Maka taksir mistik Syekh Siti Jenar bukan semata harfiyah,namun di samping tafsir kalimat,Syekh Siti Jenar menghadirkan tafsir mistik yang bercorak menggali makna di balik simbol yang ada (dalam hal ini huruf,kalimat dan makna
historis).

“Di di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi busuk dan bercampur tanah…Ketahuilah juga,apa yang dinamakan kawula-Gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain.Kawula dan Gusti itu sudah ada dalam diriku,siang malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka.Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-Gusti itu berlaku,yakni selama saya mati.Nanti,kalau saya sudah hidup lagi,gusti dan kawula lenyap,yang tinggal hanya hidupku sendiri,ketentraman langgeng dalam Ada sendiri.Bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dengan tepat dapat dikatakan,bahwa kau masih
terbenam dalam masa kematian.Di sini memang terdapat banyak hiburan aneka warna.Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu.Tetapi kau tidak melihat,bahwa itu hanya akibat
pancaindera.Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap.Gilalah orang yang terikat padanya.Saya tidak merasa tertarik,tak sudi tersesat dalam
kerajaan kematian.Satu-satunya yang kuusahakan,ialah kembali kepada kehidupan.”

Syekh Siti Jenar menyatakan secara tegas bahwa dirinya sebagai Tuhan,ia memiliki hidup dan Ada dalam dirinya sendiri,serta menjadi Pangeran bagi seluruh isi dunia.Sehingga didapatkan
konsistensi antara keyakinan hati,pengalaman keagamaan,dan sikap perilaku dzahirnya.Juga ditekankan satu satu hal yang selalu tampil dalam setiap ajaran Syekh Siti Jenar.Yakni pendapat bahwa manusia selama masih berada di dunia ini,sebetulnya mati,baru sesudah ia dibebaskan dari dunia ini,akan dialami kehidupan sejati.Kehidupan ini sebenarnya kematian ketika manusia dilahirkan.Badan hanya sesosok mayat karena ditakdirkan untuk sirna.Dunia ini adalah alam kubur,di mana roh suci terjerat badan wadag yang dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat yang menguburkan kebenaran sejati,dan berusaha mengubur kesadaran Ingsun Sejati.

“Syekh Siti Jenar berpendapat dan mengganggap dirinya bersifat Muhammad,yaitu sifat Rasul yang sejati,sifat Muhammad yang kudus.Ia berpendapat juga,bahwa hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera.Pancaindera ini merupakan barang pinjaman,yang jika sudah diminta oleh empunya akan menjadi tanah dan membusuk,hancur-lebur bersifat najis.Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.”

“Demikian pula budi,pikiran,angan-angan dan kesadaran,berasal dari pancaindera,tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup.Akal dapat menjadi gila,sedih,bingung,lupa tidur,dan sering kali tidak jujur.Akal itu pula yang siang malam mengajak dengki,bahkan merusak kebahagiaan orang lain.Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat,menimbulkan kesombongan,untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan,sehingga menodai nama dan citranya.”

“Kalau kamu ingin berjumpa dengan Dia,saya pastikan kamu tidak akan menemuinya,sebab Kyai Ageng berbadan sukma,mengheningkan puja ghaib.Yang dipuja dan yang memuja,yang dilihat dan melihat yang bersabda sedang bertutur,gerak dan diam bersatu tunggal.Nah,buyung yang sedang berkunjung,lebih baik kembali saja.”

Ini adalah pandangan Syekh Siti Jenar tentang psikologi dan pengetahuan.Menurut Syekh Siti Jenar,sumber ilmu pengetahuan
itu terdiri atas tiga macam; pancaindera,akal-nalar,dan intuisi
(wahyu).Hanya saja pancaindera dan nalar tidak bisa dijadikan pedoman pasti.Hanya intuisi yang berasal dari orang yang sudah manunggallah yang betul-betul diandalkan sebagai pengetahuan.Oleh karenanya,konsistensi dengan pendapat tersebut,Syekh Siti
Jenar menegaskan bahwa baginya Muhammad bukan semata sosok utusan fisik,yang hanya memberikan ajaran Islam secara gelondongan,dan setelah wafat tidak memiliki fungsi apa-apa, kecuali hanya untuk diimani.Justru Syekh Siti Jenar menjadikan Pribadi Rasulullah Muhammad sebagai roh yang bersifat aktif.Dalam memahami konsep syafa’at,Syekh Siti Jenar berpandangan bahwa syafa’at tidak bisa dinanti dan diharap kehadirannya kelak di kemudian hari.Justru syafa’at Muhammad hanya terjadi bagi orang yang menjadikan dirinya Muhammad,me-Muhammad-kan diri dengan keseluruhan sifat dan asmanya.Rahasia asma Allah dan asma Rasulullah adalah bukan hanya untuk diimani,tetapi harus merasuk dalam Pribadi,menyatu-tubuh dan rasa.Itulah perlunya Nur Muhammad,untuk menyatu
cahaya dengan Sang Cahaya.Dan itu semua bisa terjadi dalam proses Manunggaling Kawula-Gusti.

“Bukan kehendak,angan-angan,bukan ingatan,pikir atau niat,hawa nafsu pun bukan,bukan juga kekosongan atau kehampaan.Penampilanku bagai mayat baru,andai menjadi gusti jasadku dapat
busuk bercampur debu,napasku terhembus ke segala penjuru dunia,tanah,api,air,kembali sebagai asalnya,yaitu kembali menjadi baru.Syekh Siti Jenar belum mau menuruti perintah sultan.Hal ini disebabkan karena bumi,langit,dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia.Manusialah yang memberikan nama.Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.Syekh Siti Jenar menghubungkan antara alam yang diciptakan Allah,dengan konteks kebebasan dan kemerdekaan manusia.Kebebasan alam mencerminkan kebebasan manusia.Segala sesuatu harus
berlangsung dan mengalami hal yang natural (alami),tanpa rekayasa,tanpa pemaksaan iradah dan qudrah.Maka
ketidakmauannya memenuhi penggilan sultan,dikarenakan dirinya hanyalah milik Dirinya Sendiri.Jadi seluruh manusia masing-masing memiliki hak mengelola alam.Alam bukan milik negara atau raja,namun milik manusia bersama.Maka setiap orang harus memiliki dan diberi hak kepemilikan atas alam.Ada yang harus dimiliki secara privat dan ada juga yang harus dimiliki secara kolektif.

Dari wejangan Syekh Siti Jenar tersebut,juga diketahui bahwa hakikat seluruh alam semesta adalah tajaliyat Tuhan (penampakan wajah Tuhan).Adapun mengenai alam yang kemudian memiliki nama,bukanlah nama yang sesungguhnya,sebab segala sesuatu yang ada di bumi ini,manusialah yang memberi nama,termasuk nama Tuhanpun,dalam pandangan Syekh Siti Jenar,diberikan oleh manusia.Dan nama-nama itu seluruhnya akan kembali kepada Sang Pemilik Nama yang sesungguhnya.............

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci bersumber dari Serat Wirid Hidayat Djati karya pujangga besar tanah jawa R.M RANGGAWARSITA)