Sabtu, 20 Juni 2015

KONTEMPLASI RAMADHAN - MELURUSKAN KONSEP BULAN SUCI

KONTEMPLASI RAMADHAN-MENCOBA MELURUSKAN KONSEP BULAN SUCI

*EMPAT DIMENSI SUCI*
Memasuki bulan suci Ramadhan,diawali dengan “siraman”
mensucikan raga dengan air ( sembah raga ),sekaligus sebagai
simbol pentingnya mensucikan pikiran dan hati ( sembah kalbu ),dan
mensucikan batin ( sembah jiwa ) dari segala hal yang dapat
mengotorinya,yang membuat POLUSI dalam hati,pikiran,dan batin
kita.Dengan target utama yakni hakekat hidup yang suci ( sembah
rahsa ).
*MASA TRAINING*
Umat muslim memiliki jadwal untuk memusatkan pelatihan diri
selama sebulan.Hanya satu bulan dalam setahun.Yakni pada bulan
suci Ramadhan yang pada hakekatnya adalah saat di mana menjadi
konsentrasi pelatihan diri selama sebulan.Dengan KESADARAN
bahwa bulan suci hanyalah sebagai pemusatan PELATIHAN DIRI
DALAM BERIBADAH,justru akan bermanfaat
besar menjadikan sikap kita semakin ELING dan WASPADA,bahwa
beribadah yang sejatinya adalah dalam praktek kehidupan sehari-
hari setelah bulan Ramadhan berlalu.
*ASUMSI TERBALIK*
Boleh saja berasumsi bahwa bulan suci merupakan puncak
ibadah.Namun kenyataannya asumsi itu banyak membuat umat jadi
TERLENA.Setelah bulan suci usai, ibarat seorang napi yang baru
saja lepas dari penjara.Berbaur dalam kehidupan masyarakat,menj
alani “laku” perbuatan sehari-hari dengan cara menggasak sana-sini
apapun yang ditemui dan di ingininya.Hanya
karena sikap mentang-mentang merasa sudah bukan bulan suci
lagi,lantas dianggapnya tidak lagi menjadi sakral.Kembali
mengumbar nafsu golek menange dewe,golek butuhe dewe,golek
benere dewe.
*BULAN SUCI YANG SESUNGGUHNYA*
Bagi saya pribadi,bulan puasa tidak lain sebagai pemusatan
pelatihan diri.Saya umpamakan sebagai Gathotkaca yang ingin
mbabar jati diri harus melewati “ tapa brata ” dengan tapa kungkum
direndam di dalam panasnya kawah candradimuka terlebih
dahulu.Sang Gathotkaca tidak pernah BERHARAP PAHALA manakala
menjalani tapa kungkum (berendam diri dalam air) di dalam kawah
candradimuka yang mendidih itu.Apa yang ia harapkan hanyalah
mencapai kesadaran diri yang tinggi ( highest
consciousness ).Kesadaran yang tinggi diperlukan sebagai BEKAL
dalam menjalani perBERIBADATan yang sesungguhnya.Yakni
menjalani kehidupan habluminannas setelah bulan suci
usai.Mempraktekan hasil
latihan dan gemblengan selama sebulan merupakan hal yang lebih
utama.Tanpa adanya keberhasilan dalam mempraktekan hasil dalam
kehidupan sehari-hari selama setahun,apa yang dicapai selama
sebulan hanyalah sia-sia belaka.
*POLA PIKIR YANG ANEH*
Logika dan konsep berfikir sang Gathotkaca sangat ideal,manakala
berfikir bahwa habluminannas atau beribadah kepada sesama
manusia dan seluruh makhluk ciptaan Hyang Widhi beserta seluruh
alam semesta ini merupakan JEMBATAN utama
menuju habluminallah.Sang Gatotkaca tidak terkecoh oleh mind
set sebaliknya,bahwa habluminallah sebagai sarana mengumpulkan
pahala sebanyak-banyaknya.Umat yang merasa sudah berhasil
mengumpulkan pahala yang banyak sehingga membuat lupa
diri,timbul sikap mentang-mentang gemar
melecehkan dan menuduh orang lain sebagai kafir dan
fasikun.Kesombongan itu hanya karena dirinya sudah merasa
mendapatkan malam lailatul qadar sebanyak 7 kali (7000 bulan)
yang kurang lebih diumpamakan sebagai sembahyang selama 560
tahun.Angka pahala itu tentu sudah lebih dari cukup,malah sisa
banyak sekali jika dibanding umur manusia.Yah,Sang Gathotkaca
merasa logika demikian sebagai sebuah kejahiliahan tersembunyi
dan sangat halus,sehingga membuat sang Gathotkaca sadar diri
perlu merubah mind set yang aneh itu.
*SIKAP “aneh” si TOGOG(SEMAR)*
Sang TOGOG(SEMAR)menambah kritikan lagi,togog menganggap
aneh
kenapa jalma manusia sibuk menghitung-hitung pahala.Padahal
apa yang dilakoninya hanyalah sebagai sarana latihan atau dalam
rangka menjalani sekolah.Togog menyuruh Mbilung mawas diri dan
melakukan instropeksi mendalam.Disuruhnya Mbilung
membayangkan,seandainya kita bersekolah,bukankah harus bayar
ke
pihak pengelola sekolahan??Kenapa logikamu justru terbalik Lung???
kamu malah minta dibayar atau diupah dari pihak sekolah.Wah,bet
ul-betul aneh kamu ya…??!sergah Togog kepada Mbilung.Togog
masih menyumpah-serapahing kegoblokan Togog….,”Enggak tahu
diuntung, nggak tahu diri kamu Lung!!Pantas saja kalau orang-orang
seperti dirimu itu akan kaget manakala ajal telah menjemput...!!!
Ternyata kesibukannya menghitung-hitung pahala sewaktu hidup
tidak berguna sama sekali.Justru membuat dirimu terlena dan tidak
eling,tidak waspada Lung...Mbilung sejenak mengernyitkan dahi lalu
bergumam,”… Ya,ya,aku pikir yang aneh bukan alam pikirmu Gog
..!,melainkan pikiran kebanyakan orang seperti aku selama ini.Hati-
hati kamu lho Lung…!! sahut Petruk kanthong bolong yang tiba-tiba
nongol ingin menantang Mbilung berkelahi seperti adat kebiasaan
mereka berdua jika bertemu.Kata Petruk dengan sok tahu,“ katanya
lebih banyak umat yang akan masuk neraka.Jangan-jangan gara-
gara masalah logika pikir yang aneh seperti alam pikirannya siMb
ilung…Lantas yang bener mungkin memang alam pikirannya si
Togog.Ya,paling tidak Togog bisa berperilaku dan ambil sikap lebih
hati-hati,eling dan waspada dari pada sikap si Mbilung yang sok
PeDe,sok tahu juga,dan besar kepala merasa sudah tak nggendong
kemana-mana pahala segede rumah.
*PANDANGAN JAWANISME*
Kegiatan di bulan suci ramadhan bukanlah klimaksnya rangkaian
“peribadatan” selama 11 bulan sebelumnya.Sebaliknya,bulan Puasa
merupakan PERSIAPAN diri menuju garis start (starting
point).Preparing to the starting point.Going to the real
game.Sebaliknya di mana sebagian orang menganggap bulan
ramadhan
sebagai PEMUNCAK segala “peribadatan”.Mind set itu akan
beresiko besar membuat diri menjadi lupa,bahwa perjuangan yang
sesungguhnya baru akan dimulai.Adalah sebuah teori Gossen
dimana setelah klimaks pasti akan terjadi anti klimaks.Klimaks
merupakan posisi di mana nilai kepuasan mencapai titik jenuh.Yang
kemudian nilai kepuasan akan meluncur ke bawah bagaikan roller
coaster sebagai gerak anti klimaks menuju kehambaran dan
kehampaan lagi.Maka dalam konsep tradisi Jawa,justru klimaks
dicapai pada saat bulan arwah,atau Bulan Ruwah,satu bulan
sebelum bulan puasa.Di mana dipuncaki dengan berbagai acara
misalnya bersih bumi,ruwat bumi,meliputi bersih-bersih
desa,sungai,hutan,sawah dsb.Ada dalam rangkaian tradisi
nyadran,dengan acara menghaturkan sembah bekti dan mendoakan
kepada para arwah leluhur masing-masing dengan harapan agar
beliau-
beliau mendapat tempat kemuliaan di alam keabadian.Semua itu
dilakukan sebagai langkah konkrit mensyukuri nikmat dan anugerah
Tuhan Yang Mahakuasa serta tanda terimakasih yang sebesarnya
kepada generasi pendahulu yang telah berhasil
menjaga kelestarian alam sehingga dapat mewariskan harta karun
berupa desa,sungai,hutan,laut,alam semesta dalam keadaan yang
baik dan tidak rusak.Setelah klimaks dipuncaki pada bulan
Ruwah,bulan selanjutnya,umat mulai menata diri,mawas
diri,melakukan evaluasi dan kontemplasi atas apa yang bisa
dilakukan selama ini.Coba bandingkan dengan ulah manusia sok
suci dan sok tahu di zaman sekarang ini???adoh sungsate…!!
*BULAN UNTUK BERPESTA PORA..??*
Siapa pun orangnya yang merasa sukses menjalani gemblengan
selama bulan puasa,perasaan itu hanyalah sekedar penilaian
subyektif terhadap diri sendiri.Bahkan saya menawarkan cara paling
sederhana mengukur tingkat keberhasilan anda menjalani ibadah
bulan suci ramadhan.Timbanglah berat badan anda pada saat
memasuki bulan ramadhan.Setelah itu,timbanglah lagi pada saat
sore hari setelah lebaran hari raya Iedul Fitri.Jika berat badan anda
mengalami kenaikan,hendaknya tidak perlu GR bahwa diri telah siiip
dan sukses menjalani gemblengan diri di
bulan suci.Apakah mayoritas umat Islam di Indonesia sukses
menjalani ibadah di bulan suci..???Saya sangat meragukan...!!!Coba
anda kontemplasi sejenak,bukankah harga sembako melambung
tinggi setiap memasuki bulan suci Ramadhan dari tahun ke
tahun,bahkan mengalami kenaikan harga hingga 50%.Hebat!!!Artinya
apa semua itu??masyarakat yang sedang menjalani ibadah
puasa,justru melakukan stokisasi,penumpukan cadangan
sembako,bahkan sampai mengada-ada melebihi kebutuhan normal
sehari-hari pada bulan-bulan biasa.Tidak hanya itu saja,pelaku
puasa menuntut menu konsumsi makanan yang jauh lebih mewah
dibanding hari-hari biasa.Sehingga permintaan kebutuhan sembako
meningkat tajam,sementara jumlah barang tetap atau jika ada
tambahan stok pun tidak signifikan dengan kenaikan permintaan
barang-barang sembako,sehingga mengakibatkan
lonjakan harga yang relatif besar.Apakah dengan kondisi
demikian,anda masih tidak merasa malu mengatakan,”…. kita baru
prihatin,kita sedang latihan mengendalikan nafsu,kita sedang
menjalani ibadah suci !!.Apakah kesucian identik dengan
pemborosan dan kemewahan yang berlebihan..???Marilah kita rubah
MIND SET “hebat” tersebut dengan meningkatkan kesadaran jati
diri,eling dan waspada.Mungkin fenomena itu
merupakan gambaran perilaku massal sok suci,sok soleh solikhah
yang menjangkiti umat tanpa disadari.Adalah kenyataan,bahwa
bulan ramadhan merupakan bulan berpesta,bahkan seolah bulan
di mana umat mendapat legitimasi untuk berbuat secara
berlebihan...Rahayu Sagung Dumadi
(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Sabtu Kliwon 20 Juni 2015)