Senin, 14 November 2016

" Sampai Di Singahsana Cinta illahi "

"Sampai Di Singgahsana Cinta illahi"

Wejangan ini bak sungai panjang mengalir
Tak memerlukan panduan pelayaran
Siapkan saja perahu
Berlayarlah sejauh-jauhnya

Singgah di sungai kalbu,akan menyingkap sungai-sungai yang lain
Di perairan segar beraroma mawar dan cemara
Burung-burung indah kicau berterbangan
Tapi ikutilah irama seruling yang tak kelihatan peniupnya
Kidung yang terus mengundangmu
Ke taman-taman wardah aneka warna

Jangan berhenti di tikungan putus-asa
Jika perahumu belum sampai ke tempat tujuan
Mentari harapan tetap menunggu
Dengan sambutan kemeriahan cahaya

Cepatlah turun ke sungai
Walaupun orang yang amat menyayangimu
menakut-nakutkan dirimu kepada deras gelombang
Usah biarkan dirimu kerdil dan tertiup
Hidup sekedar ikan-ikan peliharaan
dalam perangkap akuarium kaca berbau amis
Bertemankan bongkah-bongkah kerikil
Kau sewajarnya menjadi pembesar
Memiliki berhektar-hektar ladang tanaman
Selama kelopak mata zahirmu jadi penghalang
Justru tak dapat kau lihat seluruh alam hakikat
Pergilah ke seluruh pasar-pasar dunia
Tanyakan kepada para saudagar di kedai busana
Adakah busana-busana yang lebih mahal
Selain busana wujud yang tak berwarna ego diri

Tidakkah kau sadar apa yang sedang kau cari
Ketika singgah di tapak perkebunan hijau
Tentu saja kemanisan yang tersembunyi
dalam rahasia ranumnya buah-buahan
Jika benar itulah tujuanmu
Kau sebenarnya tengah mencari siapa dirimu
Jasadmu umpama pohon tebu tegak berdiri
keras dan angkuh
Remaslah ia sampai hancur lumat
Sampai mengalir serat roh yang manis
itulah gula sejati...
Jadilah seperti sang lebah,kecaplah kemanisan sepuas-puasnya
Selama berenang di lautan madu
Tak juga ia lemas atau sayapnya patah

Sekarang keluarlah dari waktu dan masuklah ke pasar
Kau harus rela menafkahkan dirimu
Tanpa mendambakan pertolongan orang lain
Jualkan apa saja kebendaanmu
Yang tak lagi diperlukan dalam hidupmu
Agar perjalananmu tidak menanggung beban
Dan hasilnya kaulaburkan saja ke negeri abadi
Tapi jangan kau jualkan jubah tambalan robekmu
Dengan harga termurah
Kelak kau akan ditertawakan oleh mereka yang terlalu jahil untuk mengerti sari hidup yang pernah kau lalui

Dunia adalah perkarangan penjara
Mentarinya berada di bawah kejap tanah gelap gulita
Keajaiban-keajaibannya tidak akan nampak berhasil
Andai kau tidak gigih mengusahakannya
Suburkanlah pemandangan hijau kebun dan ladang
Ditumbuhi buah-buahan dan bunga-bunga semerbak
Raihkan hari bahagia semata
Laksana memberi jamuan di majelis perkawinan
Semua tetamu adalah sahabat-sahabat kita
Ini bukanlah sekadar ilusi
Hakikatnya kita telah sampai ke titik evolusi

Suatu hari kau akan duduk bermenung
Mencela semua mimpi-mimpi buruk
Yang mengotorkan cermin kalbumu
Gara-gara terlena dalam kawah hangat pemikiran
Sedangkan di perkebunan rohani nan luas
Sarana buah-buahnya memberikan suntikan rasa
Lebih halus,dingin dan nyaman
Memasrahkan keajaiban
Tanpa menimbangkan akal dan dalil
Cinta itu mengeluarkan uap udara
Dari tanah dan air
Berkepaklah burung-burung cenderawasih
Hanya kala kau menghembuskan nafas
Dari sarang hati nan ikhlas

Makrifat adalah seperti Ibrahim
Yang merasakan pengalaman api secara benar
Bukan bertingkah tentang asap atau iklim pembakar
Aksara sufi
Tidak dipersuratkan di kertas-kertas kosong
Selain terpahat di gunung kalbu seputih salju
Usahlah menulis puisi karena memburu nama pena
Jadilah penyairNya yang sejati
Berdiamlah,biarkan Dia saja yang langsung berbicara
Melalui puisi-puisimu
Lidahmu itu adalah pintu gerbang istana
Kau pun tahu siapa penghuni di dalamnya
Tutuplah pintu gerbang itu serapat-rapatnya
Demi ada harta yang harus sentiasa dijaga
dan harta itu tak pernah ditinggalkan pemiliknya

Hati bukanlah sekedar dinding kaca
Yang menebarkan Nur illahi
Namun itulah pintu gerbang utama
Yang menghela terus ke alam-alam ghaib
Biasakanlah melihat cahaya semesta
Tidak hanya dari balik jendela kamar sunyimu
Lihatlah dengan cahaya di atas cahaya
Andai bingkai jendelamu akhirnya rapuh
Agar matamu tak silau terus memandang

Masjid hakiki ialah kesadaran rohanimu
Di sinilah dewan musollah untuk para ibadah
Tanpa mengira waktu
Mereka menyelami kurnia illahi
Di peringkat semua alam belum diciptakan
Mereka mengenali wujud
Sebelum jasad dilahirkan
Mereka melihat benih
Sebelum tanaman menghasilkan padi dan gandum
Mereka mencari manikam
Walau pun tiada samudera terbentang

Langit dan bumi
Terlalu sempit untuk menampung keberadaanNya
DIA hanya berdiam di singgahsana luas
Yang dipenuhi cinta di hati para pencintaNya
Carilah DIA di sana
DIA ingin kau mengenaliNya
Di majelis pertemuan yang begitu intim
Saat DIA berbagi rahasia bersama dirimu
Cinta telah mengiringmu ke mihrab cinta itu sendiri
Cinta menyodorkan manis untuk segala kepahitan
Cinta merubah timah menjadi emas
Cinta menyuburkan padi hijau setelah layu kekeringan
Cinta melamar sang raja menjadi rakyat jelata

Usah kau mengira
Terlalu mudah mencapai makrifat
Bahwa kau telah tahu siapa dirimu
Lepaskanlah citra dirimu itu
Selagi kau memandang wajahmu saja
yang berada di dalam bingkai cermin permainan
KAU tidak akan dapat melihat DIA
KAU bukanlah KAU
KAU adalah samudera nan luas
Di dalamnya ada berjuta KAU
sedang menyelam

Kata penyembah,DIA ada di depan
Padahal di sisi hakikatNya
Si penyembah sendiri tidak ada
Umpama kain warna celupan
Sekali tenggelam
Seluruh kain berubah tak berwarna
Penyembah ialah apa yang DIA gambarkan
Seperti melukis mawar di kebun mawar
Begitulah Dia menzahirkan cinta
Bukan sebagai sangkar perhambaan
Semua pintu terbuka
Dari kelopak-kelopak mawar
DIA adalah DIA yang menceritakan ayat-ayat mawarNya
DI adalah DIA yang mencari CintaNya sendiri
DIA adalah DIA yang jatuh cinta dengan keindahan DiriNya...

by:Agoeng Deworuci,Malem Minggu Kliwon 05/11/2016