Kamis, 29 Desember 2016

TAHAJJUD CINTA

Maha Anggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Maha Agung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya  tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Maha Anggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada,kecuali cinta kau lukai hatinya...

Senin, 14 November 2016

" Sampai Di Singahsana Cinta illahi "

"Sampai Di Singgahsana Cinta illahi"

Wejangan ini bak sungai panjang mengalir
Tak memerlukan panduan pelayaran
Siapkan saja perahu
Berlayarlah sejauh-jauhnya

Singgah di sungai kalbu,akan menyingkap sungai-sungai yang lain
Di perairan segar beraroma mawar dan cemara
Burung-burung indah kicau berterbangan
Tapi ikutilah irama seruling yang tak kelihatan peniupnya
Kidung yang terus mengundangmu
Ke taman-taman wardah aneka warna

Jangan berhenti di tikungan putus-asa
Jika perahumu belum sampai ke tempat tujuan
Mentari harapan tetap menunggu
Dengan sambutan kemeriahan cahaya

Cepatlah turun ke sungai
Walaupun orang yang amat menyayangimu
menakut-nakutkan dirimu kepada deras gelombang
Usah biarkan dirimu kerdil dan tertiup
Hidup sekedar ikan-ikan peliharaan
dalam perangkap akuarium kaca berbau amis
Bertemankan bongkah-bongkah kerikil
Kau sewajarnya menjadi pembesar
Memiliki berhektar-hektar ladang tanaman
Selama kelopak mata zahirmu jadi penghalang
Justru tak dapat kau lihat seluruh alam hakikat
Pergilah ke seluruh pasar-pasar dunia
Tanyakan kepada para saudagar di kedai busana
Adakah busana-busana yang lebih mahal
Selain busana wujud yang tak berwarna ego diri

Tidakkah kau sadar apa yang sedang kau cari
Ketika singgah di tapak perkebunan hijau
Tentu saja kemanisan yang tersembunyi
dalam rahasia ranumnya buah-buahan
Jika benar itulah tujuanmu
Kau sebenarnya tengah mencari siapa dirimu
Jasadmu umpama pohon tebu tegak berdiri
keras dan angkuh
Remaslah ia sampai hancur lumat
Sampai mengalir serat roh yang manis
itulah gula sejati...
Jadilah seperti sang lebah,kecaplah kemanisan sepuas-puasnya
Selama berenang di lautan madu
Tak juga ia lemas atau sayapnya patah

Sekarang keluarlah dari waktu dan masuklah ke pasar
Kau harus rela menafkahkan dirimu
Tanpa mendambakan pertolongan orang lain
Jualkan apa saja kebendaanmu
Yang tak lagi diperlukan dalam hidupmu
Agar perjalananmu tidak menanggung beban
Dan hasilnya kaulaburkan saja ke negeri abadi
Tapi jangan kau jualkan jubah tambalan robekmu
Dengan harga termurah
Kelak kau akan ditertawakan oleh mereka yang terlalu jahil untuk mengerti sari hidup yang pernah kau lalui

Dunia adalah perkarangan penjara
Mentarinya berada di bawah kejap tanah gelap gulita
Keajaiban-keajaibannya tidak akan nampak berhasil
Andai kau tidak gigih mengusahakannya
Suburkanlah pemandangan hijau kebun dan ladang
Ditumbuhi buah-buahan dan bunga-bunga semerbak
Raihkan hari bahagia semata
Laksana memberi jamuan di majelis perkawinan
Semua tetamu adalah sahabat-sahabat kita
Ini bukanlah sekadar ilusi
Hakikatnya kita telah sampai ke titik evolusi

Suatu hari kau akan duduk bermenung
Mencela semua mimpi-mimpi buruk
Yang mengotorkan cermin kalbumu
Gara-gara terlena dalam kawah hangat pemikiran
Sedangkan di perkebunan rohani nan luas
Sarana buah-buahnya memberikan suntikan rasa
Lebih halus,dingin dan nyaman
Memasrahkan keajaiban
Tanpa menimbangkan akal dan dalil
Cinta itu mengeluarkan uap udara
Dari tanah dan air
Berkepaklah burung-burung cenderawasih
Hanya kala kau menghembuskan nafas
Dari sarang hati nan ikhlas

Makrifat adalah seperti Ibrahim
Yang merasakan pengalaman api secara benar
Bukan bertingkah tentang asap atau iklim pembakar
Aksara sufi
Tidak dipersuratkan di kertas-kertas kosong
Selain terpahat di gunung kalbu seputih salju
Usahlah menulis puisi karena memburu nama pena
Jadilah penyairNya yang sejati
Berdiamlah,biarkan Dia saja yang langsung berbicara
Melalui puisi-puisimu
Lidahmu itu adalah pintu gerbang istana
Kau pun tahu siapa penghuni di dalamnya
Tutuplah pintu gerbang itu serapat-rapatnya
Demi ada harta yang harus sentiasa dijaga
dan harta itu tak pernah ditinggalkan pemiliknya

Hati bukanlah sekedar dinding kaca
Yang menebarkan Nur illahi
Namun itulah pintu gerbang utama
Yang menghela terus ke alam-alam ghaib
Biasakanlah melihat cahaya semesta
Tidak hanya dari balik jendela kamar sunyimu
Lihatlah dengan cahaya di atas cahaya
Andai bingkai jendelamu akhirnya rapuh
Agar matamu tak silau terus memandang

Masjid hakiki ialah kesadaran rohanimu
Di sinilah dewan musollah untuk para ibadah
Tanpa mengira waktu
Mereka menyelami kurnia illahi
Di peringkat semua alam belum diciptakan
Mereka mengenali wujud
Sebelum jasad dilahirkan
Mereka melihat benih
Sebelum tanaman menghasilkan padi dan gandum
Mereka mencari manikam
Walau pun tiada samudera terbentang

Langit dan bumi
Terlalu sempit untuk menampung keberadaanNya
DIA hanya berdiam di singgahsana luas
Yang dipenuhi cinta di hati para pencintaNya
Carilah DIA di sana
DIA ingin kau mengenaliNya
Di majelis pertemuan yang begitu intim
Saat DIA berbagi rahasia bersama dirimu
Cinta telah mengiringmu ke mihrab cinta itu sendiri
Cinta menyodorkan manis untuk segala kepahitan
Cinta merubah timah menjadi emas
Cinta menyuburkan padi hijau setelah layu kekeringan
Cinta melamar sang raja menjadi rakyat jelata

Usah kau mengira
Terlalu mudah mencapai makrifat
Bahwa kau telah tahu siapa dirimu
Lepaskanlah citra dirimu itu
Selagi kau memandang wajahmu saja
yang berada di dalam bingkai cermin permainan
KAU tidak akan dapat melihat DIA
KAU bukanlah KAU
KAU adalah samudera nan luas
Di dalamnya ada berjuta KAU
sedang menyelam

Kata penyembah,DIA ada di depan
Padahal di sisi hakikatNya
Si penyembah sendiri tidak ada
Umpama kain warna celupan
Sekali tenggelam
Seluruh kain berubah tak berwarna
Penyembah ialah apa yang DIA gambarkan
Seperti melukis mawar di kebun mawar
Begitulah Dia menzahirkan cinta
Bukan sebagai sangkar perhambaan
Semua pintu terbuka
Dari kelopak-kelopak mawar
DIA adalah DIA yang menceritakan ayat-ayat mawarNya
DI adalah DIA yang mencari CintaNya sendiri
DIA adalah DIA yang jatuh cinta dengan keindahan DiriNya...

by:Agoeng Deworuci,Malem Minggu Kliwon 05/11/2016

Rabu, 10 Agustus 2016

MAUJUD

" MAUJUD "

Manusia hanyalah metafora
Untuk menyatakan kewujudanNya
Maka manusialah metafora paling lengkap
sesuai dan sempurna
Berbanding makhluk-makhluk lain di alam ini
Baik dari sudut tubuh kegelapan dan batiniah cahaya
Sebagai wadah untuk menerima tajalli(penampakan)Tuhan
Dari awal dan akhir
Meskipun manusia adalah penampakan Tuhan
Dari sudut pendzahiranNya secara kesuluruhan
Namun pada hakikatnya manusia itu tiada
dan sekadar bingkai khayali
Untuk mencitrakan maujud dirinya itu bersandarkan kepada wujud Allah
Maujud itu disangkakan ada karena penampakan bentuk imaji
Yang boleh disentuh serta berpotensi
Seolah-olah berdirinya ia dengan sendirinya
Namun apabila dihancurkan imaji tersebut
Maka pembentukannya itu akan musnah dan kembali semula kepada bekas bahan asalnya
Ibarat bentuk kursi setelah dileburkan
Lalu tampaklah kayu dan lenyaplah kursi

Apabila bekas daripada maujud itu akhirnya tersingkap bukan wujud sejati
bersifat baru dan binasa
Tiadalah maujud kecuali Allah jua
Umpama bayangan wajah
Yang tampak di dalam cermin
Dia tapi bukan Dia,bukan Dia tapi Dia

Begitulah tatkala penurunan tajalli(penampakan)Tuhan
Dari martabat Ahadiyah
Sampai ke martabat Alam Mitsal
Ketika Dia berhasrat melihat DiriNya di luar diri
Dan rindu untuk dikenal
Alam Mitsal persis cermin
Memantulkan hakikat tajalli(penampakan)Tuhan
Yang terbendung di dalam martabat Wahidiyah
Sudah pun ada secara rinci
Tetapi masih bersifat batin
Tanpa rupa...
Tanpa bentuk...
Tanpa warna...
Tanpa nama...itulah Hakikat Insan
Apa yang ingin ditajallikan Tuhan
Selain dari DiriNya itu
Adalah penampakan DiriNya jua
Dari kesan tindakan WujudNya
Namun tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya
Atas perintahNya ‘Kun’ dan diperintah ‘Faya kun’
Sampailah turun ke martabat Alam Arwah
Menyingkap tabir Alam Mitsal
Di sinilah bentuk citra itu sudah pun terperi

Di dalam cermin
Merupakan perbendaharaan
Yang tidak lagi tersembunyi
Namun masih belum nyata
Belum lagi bernama dan bersifat

Alam Arwah inilah tabir Tuhan yang terakhir
Tatkala Dia yang menyingkap tabirNya sendiri
Dialah Maha Benar
Bahwa Dia itulah hakikat segala sesuatu
Tiada yang bersertaNya...
Tiada sebelumNya...
Tiada sesudahNya...
Tiada di dalamNya...
Melainkan Dia juga...
Sepertimana firmanNya,“Bukankah Aku Tuhanmu?”
Maka dijawab oleh roh-roh penyaksi,“Bukan!Engkaulah Tuhan kami!”

Namun setelah penurunan tajalli(penampakan) ke alam paling luar
Sampai ke peringkat debu-debu atom
Yang bernama Alam Ajsam
Maka hijab itupun tertutup kembali dengan hijab-hijab
Unsur air...
Unsur api...
Unsur angin...
Unsur tanah...
Hakikat wujud Tuhan pun tidak lagi terpandang
Pada sesuatu dan luaran bentuk manusia itu
Kecuali kepada manusia
Yang dapat mengenalNya
Dengan pengenalan haqiqi
Di dalam diri sejati
Manusia yang mengenalNya itulah bergelar
Manusia khalifah Insan al-Kamil

Dia menjadikan Adam itu menurut rupaNya
Bukanlah Zat Yang Mutlak itu berjisim atau bertukar kepada bentuk pembaharuan
Sedangkan sediaNya bersifat Maha Suci dan Qadim
Dia tidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya
WajahNya tak mungkin diketahui atau tercapai dengan penglihatan mata kasar
Dia pada martabat Ahadiyah
Tiada pengetahuan yang sampai kepada ZatNya
Tiada sesuatu yang boleh menjangkauNya
Melainkan Dia juga yang mengenal dan sampai kepada DiriNya sendiri
WajahNya adalah semata-mata Kunhi Zat tanpa ada yang lain bersertaNya
Maha Esa dan tidak membutuhkan kepada sifat
Dia tetap tanzih dan tidak pernah berubah kepada tasybih
Meskipun Dia dapat dikenali melalui tasybih
Dia yang sekarang adalah Dia yang dahulu
dengan keEsaan
Keagungan dan kesempurnaanNya
Namun pula jika Dia hanya kekal di dalam tanzihnya
Bagaimanakah pula Dia dapat dikenal tanpa makhlukNya?
Dan untuk tujuan apakah
Dia menjadikan alam dan manusia khalifah?
Dia adalah Perbendaharaan Yang Tersembunyi
Dia rindu untuk dikenali
Maka Dia jadikan makhluk supaya ZatNya dikenali
Maka dengan sendirinya
tasybih itu tak mungkin dapat dinafikan atau dipisahkan dari tanzih

Ketika Dia ingin mentajallikan
Bahwasanya Dia melihat dengan ZatNya
Mendengar dengan ZatNya
Berkata-kata dengan ZatNya
Beriradat dengan ZatNya
Berkodrat dengan ZatNya
Mengetahui dengan ZatNya
Hidup dengan ZatNya
Maka Dia pun memaknawiyahkan sifat-sifat ma'aniNya
Padahal itu tiada lain adalah ZatNya jua
Dan tidak menambahkan kepada Zat
Sifat-sifat ma'ani itu adalah HAYAT/HIDUP
Qudrat...
Iradat...
Sama’...
Ilmu...
Bashar...
Kalam...
Maka dengan ke semua sifat ma'ani itu
DiterjemahkanNya ke Alam Mitsal dan mendzahirkan pula suatu citra
Yang tak berbentuk dan bernama
tetapi qadim sebagai penampakan WajahNya
Kemudian disalinkan ke Alam Jasad
Menjadi citra wajah Adam
NisbahNya ini dirumuskan sebagai ‘Titik’
‘Titik” tidak ada awalan dan akhiran...
Tidak ada perbandingan...
Tidak ada persamaan...
Tidak dapat diketahui...
Tidak dapat dirupakan...
Tidak ada warna...
Tidak ada nama...
kecuali semata-mata adalah ‘Titik’...

Dari ‘Titik menzahirkan ‘Alif’
Sebagai Wujud hakikat huruf-huruf lainnya
Jika kau dapat melihat hakikat Alif itu
Ada dalam persamaan semua huruf
Maka terbukalah tabir rahsia huruf-huruf itu

Tidak lain adalah Alif jua
Baik di luar atau di dalam
Hakikatnya Alif adalah ‘Titik’
Dalam pandangan Yang Satu

Bashar menjadi dua mata Adam
Sama’ menjadi dua telinga Adam
Kalam menjadi lidah Adam
Hayat menjadi hidung Adam
Iradat menjadi dahi Adam
Ilmu menjadi ubun-ubun Adam
Qudrat menjadi otak Adam

Manusia itulah nyawa alam semesta ini
Alam semesta inilah tubuhnya manusia
Cobalah kaubayangkan
Jika alam semesta ini tanpa manusia
Sudah pastilah penciptaan alam semesta ini akan merupakan hasil karya Tuhan
Seumpama patung yang sia-sia
Jika kaulihat manusia
Sebagai makhluk semata-mata
Tidak kaulihat Dia yang nyata

“RahsiaKu Rahsia Insan...
Rahsia Insan RahsiaKu!”...
Insan itu ZahirNya...
Dialah Yang Batin...
seInsan-Insan itu adalah Dia Yang Maha Meliputi...................

Agoeng Deworuci,Malem Kemis Kliwon 08/06/2016

Sabtu, 23 Juli 2016

"dialah NAFASKU"

Dialah NafasKu..............
Yang Kuhembuskan
Melalui Ubun-Ubun Adam
Dia tidak di timur tidak pula di barat
Dia turun ke bawah tidak terbatas
Dia naik ke atas tidak terhingga
Dia terhenti di tengah-tengah
Pada titik bernama Qalbu
Di tengah-tengah
Dia nampak Yang Satu
Pada yang banyak
Nampak yang banyak
Pada Yang Satu
Dalam Yang Satu
Dia nampak hanya Yang Satu

Dialah rohKu.............
Dialah khalifah seluruh makhluk
Dialah yang mewakili nama-nama besar
di alam kabir dan di alam saghir
Dialah yang merupakan bukti penampakan DzatKu
Dialah yang dibatasi dengan tujuh puluh ribu tabir
Antara gelap dan terang
Dialah yang berada di bawah naungan urusanKu
Dialah yang bergelar Nur
Dalam penampakannya di alam semesta
Dialah kitab yang terang dan nyata
Dialah perbendaharaan yang segala sesuatu
Terhimpun di dalamnya
Dialah yang tidak karenanya tidak akan tercipta langit dan bumi
Dialah tempat penzahiran segala ilmu uluhiyyah
Dialah rahasia hakikatKu dari semua penglihatan kaum
Dialah yang mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya
Dialah pertemuan dua lautan
Antara kemakhlukan dan ketuhanan
Dialah NAFASKU..........................

"DIALAH NAFASKU"
Malem Minggu Kliwon,23/07/2016

Sabtu, 16 Juli 2016

MAHAKARYA "LAILAHA ILLA ANA"

"Maha Karya Lailaha Illa Ana"

Dalam permainan bahasa
Ada permainan kata-kata

Dalam permainan kata-kata
Ada permainan filsafat

Dalam permainan filsafat
Ada permainan metafisik

Dalam permainan metafisik
Ada permainan mistik

Dalam permainan mistik
Ada permainan makna

Dalam permainan makna
Ada permainan rahasia

Dalam permainan rahasia
Ada  permainan Tuhan

Dalam  permainan Tuhan
Tak ada Tuhan

Dalam tak ada Tuhan
Ada Kekosongan

Dalam Kekosongan
Ada Pribadi

Dalam Pribadi
Ada Maha Esa

Dalam Maha Esa
Ada AKU

Lailaha illa Ana
Tiada wujudKU melainkan AKU.............

Agoeng Deworuci,MALEM JUM'AT LEGI 14/07/2016

BEDA NAMA SATU MAKNA

AL - HALLAJ mengungkapkanNYA...ANA AL HAQ

ABU YAZID mengungkapkanNYA...SUBHANI MA ‘ADHAMA SYA'NI

AL - GHAZALI mengungkapkanNYA...FANA FILLAH BAQA BILLAH

JALALLUDIN AL RUMI mengungkapkanNYA...CINTA SEJATI

IBNU AL ARABI mengungkapkanNYA...WAHDAT AL-WUJUD

ABDUL QADIR AL - JAILANI mengungkapkanNYA...SIRRUL ASRAR

ABDUL KARIM AL - JILLI mengungkapkanNYA...INSAN AL - KAMIL

AHMAD SIRHINDI mengungkapkanNYA...WAHDAT AL - SYUHUD

FADULLAH BURHANPURI
mengungkapkanNYA MARTABAT TUJUH

HAMZAH FANSURI mengungkapkanNYA...WUJUDIYYAH

SYECH SITI DJENAR mengungkapkanNYA...MANUNGGALING KAWULO GUSTI

R.M NGABEHI RANGGAWARSITA mengungkapkanNYA...WIRID HIDAYAT DJATI

" BEDA NAMA SATU MAKNA "
Agoeng Deworuci,Malem Sabtu Pahing 16/07/2016

Kamis, 07 Juli 2016

WAJAH

" WAJAH "

Bayangan bukan DIA

Tetapi tidak lain dari DIA

Hakikat segala sesuatu adalah DIA

Walaupun DIA tetap tanzih

Tidak menyerupai dengan yang lain

Namun DIA dapat dikenal melalui tasybih

Penampakan yang tersangat jelas dan hampir

ialah wajah kita dengan WajahNYA

DIA ialah Noktah maha ghaib

Dan kitalah bentuk penzahiranNYA

Justru itu DIA adalah Yang Mutlak

Yang tiada persamaan dan bandingan

Tiada sekutu bagiNYA

Sedangkan kita hanyalah penampakan sifat-sifatNYA

Yang banyak dan berbeda

Perbedaan itu kerana persaingan kualitasnya

Bagaikan semua kitab

Tersembunyi di dalam kalimat-kalimat

Kalimat-kalimat tersembunyi di dalam perkataan-perkataan

Perkataan-perkataan tersembunyi di dalam huruf-huruf

Huruf-huruf tersembunyi di dalam tanda-tanda

Dan tanda-tanda tersembunyi di dalam Noktah Yang Satu

Hati itu adalah cermin

Pandangan dalam cermin tidak mendustakan apa yang dilihat

Berkata Maulana Jalaluddin Rumi,“Jika kau ingin melihat gambaranNya tataplah wajah manusia di situ Zat Allah begitu terang dalam senyuman!”

MAKRIFAT HAJI

MAKRIFAT HAJI

1.Menuju ke Baitullah artinya Menemukan Titik Misykat

2.Menuju ke Arafah artinya Setelah Titik Adalah Fana

3.Menuju Mudzalifah Mengutip Tujuh Biji Batu artinya Mengenal Diri Kita Yang Tujuh Sifatnya...Hayat,Kudrat,Iradat,Sama’,Basar,Ilmu dan Kalam

4.Menuju ke Mina Melontar Jamrah Aqabah artinya Mengembalikan Tujuh Sifat
Yang Diamanahkan Allah Kepada Manusia...Laa Haiyun,Laa Qadiirun,Laa Muriidun,Laa Samii’un,Laa Basiirun,Laa Aalimun,Laa Mutakallimun

5.Berada Di Mina Pada Tiga Hari Tasyrik Melontar Tiga Jamrah Menyelesaikan Lontaran Sebanyak Tujuh Puluh Biji Batu...Mengapa tiga hari...???Tiga Hari Adalah Menyingkap Tiga Alam...Nasut,Malakut dan Jabarut...Tujuh Biji Batu Laksana Tujuh Puluh Ribu Hijab Antara Insan dan Allah...Ahadiyah,Wahdah,Wahidiyah

6.Tawaf Haji Kembali Ke Titik artinya setelah Menanggalkan Tujuh Sifat atau Keakuan Insan...Kini Insan Itu Pada Hakikatnya Tiada Ke Manapun Kamu Mengadap,Di Situlah Wajah Allah

7.Sa’i Berjalan Ulang-Alik Tujuh Kali Antara Safa dan Marwah artinya Mikraj Ke Tujuh Langit Mencari dan Menemui Allah...Tahallul artinya Bebas Dari Wujud,Insan Mengenal Dirinya...Lamaujuda bi Haqqi illallaah..Wa Dzohiri Wa Bathinu Wa Awwalu Wa Akhiru..."KUGULUNG ALAM INI DALAM NAFASKU"

CERMIN DIRI

CERMIN DIRI

Cermin itu KOSONG
Namun KOSONG di dalam cermin itu
Bukanlah semata-mata KOSONG
KOSONG itulah YANG ADA

Maka YANG ADA
Itulah Si Maha Ada
Si Maha Ada itulah
yang menciptakan cermin
Dari tiada kepada ada
sebagai hakikat cermin
Si Maha Ada pun menampakkan wujudNya
pada berbagai bentuk wajah diri
Demi hasrat mengenalkan keesaanNya
sebagai Dzat Yang Mutlak

Akhirnya di dalam cermin
Si Maha Ada pun berkata
“tiada seorang pun
yang setara dengan WajahKu”

" Embun Tajjali "

Jika kau hadir padaNya demi semata-mata menghadapkan permohonanmu
Maka kau sebenarnya terhijab dariNya
Kau tak bisa melihatNya
Walau pandangan matamu setajam matahari
Menyirnakan embun Tajalli...

Pandanglah hanya pada WajahNya
Itulah sholatmu yang hakiki
Pertemuan tanpa tirai

Di dalam relung Masjidil Haram
Ada yang sholat di depan Ka’bah
Ada yang sholat di dalam Ka’bah
Ada yang sholat langsung tak nampak Ka’bah

Kekasih membawa sajadahnya ke mana-mana
Berjalan di lorong hati yang senyap
Akan menuntun kau ke mihrabNya
Sedang kau berdiri dengan alas sajadah
SIAPA YANG MENYEMBAH
Dan SIAPA PULA YANG DISEMBAH

Ketika mata kewujudanmu tertutup
Mata hatimu pun terbuka
Dan kau bisa melihat DIA
Sepertimana DIA akan memperlihatkan DiriNya
Kepada penghuni syurga
Jadilah penghuni rumahNya
Dan tinggalkan bayang-bayang makhluk di padang keakuan diri

Tatkala DIA mengangkat selubungNya
Maka semua hari yang mutlak adalah MAKRIFAT
Tugas kita adalah membuka pintu diri ini
Kerana kerajaanNya ada di dalam

Kata sang semut kepada Nabi Sulaiman,“kami ini makhluk kecil nyaris tak terlihat dunia,justru bagaimana cinta agungNya bisa berada di dalam kewujudan kami?”

Ya Rabb..........
Sepatutnya dalam berdoa
Aku yang harus menuruti segala keinginanMu
Bukan KAU pula yang harus memenuhi segala keinginanku
Di padang keraguan
Jubah-jubah berhimpun keluh-kesah
Waktu telah tiba
Namun KAU belum jua menepati permohonan
Mata hati menjadi cair dan kabur
Suara-suara bertanya
“Mengapa KAU masih diam menangguh hingga membuat kami begitu gusar,mungkinkah kerana amalan kami tidak mencukupi atau kami abai menyempurnakan kewajiban??”

MAKRIFAT itu karunia teragungMu
Di saat KAU membuka pintu semesta
Tak siapa menyadari
Kau mau memperkenalkan diriMu
Sedangkan segala persembahan amalan
Hanya berupa hadiah dibalas dengan hadiah

Benih cinta...
Yang tidak disemadikan ke dalam tanah tidak akan tumbuh sebagai pohon yang sempurna

Langit hitam itulah hati
ia hanya terang jika Tuhan ternampak di dalamnya
Andai kau masih tidak melihat DIA di bentangan luas kosmos  ini
Kau juga tidak akan melihat DIA di negeri akhirat kekal abadi
Kau memerlukan misykat pelita terang-benderang
Demi melihat DIA pada dirimu
Tiada apa pun yang menghijab DIA
Yang lain dari DIA adalah DIA juga
Laksana kaca gilang-gemilang tanpa tersentuh api
Tidak di timur tidak di barat
Kaca itulah cahaya,cahaya itulah kaca
Bias keindahanNya tampak jelas pada segala sesuatu

Sebenarnya Tuhan tidak ghaib
Maka untuk menujuNya
Perlukah sampai mencari dalil??
Sebenarnya Tuhan juga tidak jauh
Dari permadani kosmos ini
Maka untuk menyatukan diri kepadaNya
Perlukah tabir yang memisahkan??

Mata hatimu sendiri menyaksikan
Hakikatmu tiada
Usah kau menunggang keledai
Dari alam ke alam yang lain
Kau harus berhijrah serta tinggalkan segera
Semua alam ciptaanNya
Dan renungkanlah
Di manakah kini DIA menempatkanmu

Pada kasih-sayangMu aku bermohon
Jangan KAU usir diriku
Ketika kuhadir di depan pintuMu
Jangan KAU jauhkan diriku
Ketika kuhampir pada batasMu
Nafsu telah mendorongku tampil kepadaMu
Setelah menjeratku sebagai orang tawanan
KAUlah penyelamatku
Di medan tempur percintaan
Kini bagaimana aku bisa bermunajat kepadaMu
Sehabis sahaja pertempuran
Seluruh padang kosmos ini lenyap
Di dalam singgasanaMu

Kudahagakan minuman
Dari gelas cintaMu yang jernih
Bagaimana harus kuungkapkan
KAU sebenarnya ada
Di sebalik hati yang berselaput debu-debu bumi
KAU senantiasa berjalan di padang sahara jiwaku
Membawa rohku bersamaMu
Demi asyik akan cinta terhadapMu
Aku tersingkir dari tasbih orang-orang awam
Puisi menjadikan hubungan lebih mesra dan akrab
Dari ucap dzikir di bibir

Semua hasrat di hati telah sirna
Sebaik saja melihat KAU datang
Membawa harapan-harapan sejati
Tanpa rasa cinta anugerahMu
Tak kan kutahu siapa diriku
Aku yakin benar
Telah menyaksikanMu dalam jiwaku
Namun yang melihatMu dari sisi luar
Menjangkakan bumi ini bukan tempat kunjunganMu
KAU tetap berada selamanya
Di atas singgasana langitMu
Malam sehabis munajat
Mereka pulang lalu menutup pintu-pintu rumahMu
Mereka padamkan semua lampu
Mereka mengosongkan mihrabMu hingga fajar
Sementara hati orang-orang yang tak pernah tidur
Sepanjang malamnya dapat melihatMu dengan jelas dan nyata
Mereka memohon keampunan dariMu
Sebelum datang kematian yang dijanjikan.................

" Embun Tajjali "
Agoeng Deworuci,Malem Rabu Wage 07/06/2016

Minggu, 10 April 2016

IBADAH = NGAWULO = MELAYANI

IBADAH = NGAWULO = MELAYANI

Ibadah kepada Tuhan

Jika kita mendengar kata “ ibadah “,maka yang tertangkap oleh pikiran kita adalah bentuk tindakan ritual agama.Lalu,kalau ada orang yang tidak menjalankan ritual formal tersebut,kita akan katakan bahwa orang itu tidak “beribadah“.Akibatnya,suburlah formalitas dalam kehidupan ini.Orang akan takut dicap atau dikatakan “ kafir “, maka rajinlah ia ketempat-tempat ibadah.Tetapi kezaliman dalam bentuk korupsi,manipulasi dan kong-kalikong,curiga terhadap orang lain yang tidak se ide atau segolongan tetap langgeng dalam prakteknya.Orang lebih
mementingkan “kesatuan ” daripada persatuan.Orang lebih suka terhadap “ keseragaman “ dari pada “ keberagaman “.Kalau ini yang terjadi,bukan ibadah yang subur tetapi merupakan bentuk
ibadah upacara….!.

Manusia tidak bisa diseragamkan,karena masing-masing memiliki kadar dan batasannya sendiri-sendiri.Persatuan
memang harus dibangun,tetapi bukan “ kesatuan atau keseragaman “.Menyeragamkan orang-orang yang batasnya jauh berbeda akan menghancurkan “ tatanan kehidupan “ bagi masyarakat.Ini sama artinya kita telah menerima hal-hal yang
bersifat “ Thaghut “ atau melampaui batas.Sudah semestinya kita ini memandang bahwa semua agama
diajarkan oleh para nabi-nabi berdasarkan “ realitas “,bukan atas dasar budi yang tidak terpimpin.Kita juga harus sadar bahwa ketika Nabi-nabi mengajarkan agama kepada manusia memang ( maaf mengambil istilah Jawa ) “ Bener dan Pener “.Bener karena agama diajarkan oleh para nabi diterima oleh beliau dari Tuhan.Pener karena agama diajarkan oleh beliau sendiri yang
disesuaikan dengan kondisi,budaya,serta tingkat peradaban dan dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh masyarakat yang menerimanya pada masa itu.Agar agama itu tetap dianut masyarakatnya secara “ hanif “atau lurus,makanya di dalam sebuah teks book Kitab Suci banyak ayat yang memerintahkan
manusia untuk “ berpikir,bertafakkur,bertadzabur,bertazakkur dan bernalar “.Tujuannya apa…?.Supaya kita-kita ini dalam beribadah tidak memperturutkan “ hawa nafsu “ atau Ego .Mengikuti hawa nafsu,memperturutkan keinginan tanpa pikir,dapat menjatuhkan diri ke dalam dunia hampa yang penuh kegelapan.Karena itu dari segala jenis berhala yang paling berbahaya bagi manusia adalah “ mempertuhan hawa nafsu “ alias thaghut.Jangan sampai keimanan kita gugur gara-gara secara tak sadar kita telah ber Tuhan pada hawa nafsu kita sendiri…..!!.

Jelas,bahwa inti hidup manusia beragama adalah mengingkari
bentuk “ thaghut “ yaitu menolak ber-Tuhan pada hawa nafsu.Sikap demikian yang seharusnya kita tampilkan,aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.Biarkan orang-orang bekerja diladangnya dengan tenang.Biarkan orang saling menolong
sesuai kemampuannya dengan nyaman.Jangan ganggu orang yang melakukan ritual keagamaan berdasarkan keyakinan dan
pemahamannya.Jangan paksa orang untuk menjalankan syariat yang
dirasakan asing baginya.Sebab menjalankan syariat yang sama sekali tidak dimengerti,dipahami manfaatnya,ibarat orang yang berjalan tetapi tidak tahu kemana tujuannya.Hal ini sama saja beribadah dengan “kepalsuan penuh kepura-puraan“ dan
membohong diri sendiri.Sudah semestinya dalam beribadah terlebih dahulu kita harus memahami makna “ iyya kana’budu “ hanya kepada Tuhan kami beribadah,betul-betul kita resapi,dihayati dan diamalkan dalam
kehidupan bermasyarakat dengan wujud dan karya nyata.Bukan hanya beribadah dalam konteks “ritualnya” ,melainkan dengan aksi,tindakan dan perbuatan yang bisa dirasakan manfaatnya oleh sesama.Bagaimana bisa disebut ibadah hanya kepada Tuhan bila yang kita lakukan masih dalam bentuk ikut-ikutan
yang berhenti dan mandheg pada stasiun apa katanya…?.Apakah bisa disebut ibadah kepada Tuhan jika yang kita lakukan karena bentuk-bentuk ketakutan…?.Apakah bisa disebut ibadah
kepada Tuhan jika yang kita lakukan karena mengharap pahala dan surga…?.Apalagi karena keterpaksaan mengikuti sebuah perintah hadis dan teks book Kitab Suci…!.Seseorang yang telah mengerjakan ladangya dengan benar,lalu menanam benih ke dalam lubang sambil mengingat Tuhan Yang
Mahakuasa,itu disebut ibadah.Seorang karyawan yang bekerja di Perusahaan dengan benar dan mengikuti segala aturan yang ada di dalamnya,itu juga bentuk dari pada ibadah.Jadi prinsipnya ibadah adalah bentuk-bentuk pengabdian yang nyata…!!.Bukan berbuat atas dasar angan-angan,kalau yang demikian namanya kita beribadah dalam hayalan.Jika seseorang ingin kenyang ya harus makan,jika ingin punya uang ya harus bekerja.Kalau kita ingin “ ilaihi raji’un “ kembali kepada Tuhan ya
harus tahu jalannya….!.Jalan itu telah dibuat oleh Tuhan di dalam diri kita masing-masing.Jadi kalau kita mau beribadah dengan benar,yah…sudah
seharusnya kita cari dalam diri kita….!!Karena Tuhan itu sudah ada dalam diri manusia dan tak perlu jauh-jauh manusia dalam mencari Tuhan-Nya…!!. Sebagaimana yang telah tersirat dalam
suratan Kitab Suci (QS. Al Hadid. 4) yang terjemahannya demikian :
“ …………….Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “.

Atmosfir yang berkembang dalam komunitas agama,ibadah baru dipahami hanya sebatas “menyembah” kepada Tuhan.Ibadat atau dalam bahasa Arab berarti a-ba-da,yang memiliki arti jamak berupa melayani,menyembah,menghambakan diri,menundukkan diri,mencintai dan memuliakan.Jika seseorang melayani Tuhan,maka Tuhan akan melayani orang tersebut.Bukankah hal ini juga telah tertulis dalam Kitab Suci QS.Al Baqaarah 152 dikatakan “ Berdzikirlah kalian kepada-Ku,niscaya Aku berdzikir kepadamu “.Lalu diayat yang lain QS.Al Baqaarah 156 “ Aku mengabulkan
permohonan orang yang meminta kepada-Ku,maka hendaklah
mereka itu memenuhi permintaan-Ku dan beriman kepada-Ku “.Dan,apa kira-kira bentuk permintaan Tuhan itu…?.Ternyata di dalam Kitab Suci,manusia dilarang untuk berbuat zalim,merusak alam beserta isinya dan segala bentuk tindakan yang “ memperturutkan hawa nafsu “.Disamping ada permintaan yang bersifat larangan,ada pula yang bersifat perintah.Dan,yang diperintah oleh Tuhan kepada manusia adalah seseorang harus berbuat baik dan adil terhadap sesama,menebarkan kasih sayang,membangun persaudaraan antara sesama dalam lintas agama,budaya dan bangsa.Seseorang juga disuruh untuk memberikan pertolongan dan perlindungan bagi yang lemah.Permintaan ini harus dibarengi pula dengan keimanan kepada Tuhan.Yang mesti kita pahami,iman bukan hanya sekedar percaya dalam bentuk ucapan,kalau yang ini anak kecil saja pun bisa,tetapi iman merupakan perwujudan dari hati yang aman dan jiwa yang rela….!!.Aman dari apa…?.Tentu saja aman dari sifat-sifat kedengkian,hasud,dendam,kesombongan,iri hati,dan berbagai macam sifat negatif lainnya.

Dalam komunitas pendaki spiritual,untuk bisa beribadah guna mendapat bimbingan dari Tuhan,manusia harus bertahali,mengosongkan hati ( qalbu ) dari berbagai sifat negatif.Bertahali
yaitu menghiasi qalbu dengan berbagai sifat positif.Nah bila hati ( qalbu ) manusia sudah aman dan tenang,maka akan bersemayamlah Tuhan di dalam hatinya.Bukankah langit,bumi dan segala isinya tak akan mampu menjangkau Tuhan…?.Tetapi hati orang mukminlah yang mampu menjadi tempat bersemayam-Nya Tuhan.Makna ibadah yang lain adalah mengikatkan diri kepada Tuhan.Juga disebut dengan menundukkan diri kepada Tuhan.Dalam
makna ini seseorang yang beribadah haruslah jauh dari segala pamrih terhadap sesamanya.Cara untuk menundukkan diri pun tidak bisa diprogram,dipola dan diatur oleh orang lain.Sama dengan orang yang mau makan,batas kenyang seseorang tidak
dapat ditentukan oleh orang lain.

Mengikuti diri sendiri tidak sama dengan berperilaku semena-mena,semau gue,sak kepenak-e udele dhewe.Mengikuti diri sendiri itu terlahir dari “ pencarian makna “ hidup,bukan karena bentuk “ kefrustasian ” menjalani kehidupan..............

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Di Keheningan 1/3 Malem Kemis Pon 05/03/2015)

Selasa, 08 Maret 2016

" SEMEDI/DZIKIR/MEDITASI/KONTEMPLASI "

"SEMEDI/DZIKIR/MEDITASI/KONTEMPLASI"

Barangkali kita semua tidaklah merasa asing mendengar judul yang saya buat diatas,namun sejenak saya hanya ingin mencoba memberikan penjabaran berdasarkan pengalaman yang saya miliki.
Apa sih sebenarnya tujuan Meditasi atau Kontemplasi itu yang sesungguhnya…??.Meditasi bisa disamakan dengan DZIKIR,malahan dalam istilah Jawa hal ini biasanya disebut dengan “ manekung “ yang berasal dari kata “ tekung “ yang bermakna sebagai sikap yang “ tunduk “ atau menundukkan diri. Dalam khazanah pendaki Spiritual ( sufisme ) dzikir berarti secara terus-menerus menyebut kata-kata tertentu secara berulang-ulang.Biasanya berupa kata “ pujian “ terhadap Tuhan Hyang Moho Tunggal yang pada intinya dzikir adalah sebagai formula untuk mengingat-ingat akan keberadaan Tuhan.Dalam praktiknya dzikir berupa aktifitas menuangi pikiran
dan hati dengan nama atau pujian terhadap Tuhan.Atau menuangkan “ Asma “ Tuhan ke dalam hati dan pikiran sehingga tak ada nama lain dalam hati dan pikiran tadi selain Asma-Nya.

Lalu apa yang disebut dengan Meditasi..??.Meditasi adalah
MERENUNGKAN atau MERESAPKAN dan bisa juga bermakna PIKIRAN yang amat DALAM yang bertujuan untuk mencapai
KESADARAN DIRI dan untuk mencapai OBYEK SPIRITUAL,guna menjadi manusia-manusia yang TERCERAHKAN.Sehingga dalam
prakteknya dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan bisa menjadi manusia yang penuh KEARIFAN,BIJAK dan KASIH SAYANG terhadap sesama makhluk dalam segala tindakan dan
perbuatannya.
Kang sinedyo tineken Hyang Widi… ( Yang diinginkan dikabulkan oleh Tuhan )

Kang kinasara dumadakan keno… ( Yang dikehendaki tiba-tiba didapat )

Tur sisihan Pangerane… ( dan dikasihi oleh Tuhan )

Nadyan tan weruh iku… ( Meskipun dirinya tidak tahu )

Lamun nedyo muja semedi… ( Akan tetapi ketika dia hendak melakukan semedi )

Sesaji neng segoro… ( Dia memberikan sesajian di Samudera/Hati/Qalbu )

Dadya ngumbaraku… ( Jadilah pengembaraan itu )

Dumadi sariro tunggal… ( Untuk menjadi SATU DIRI )

Tunggal jati swara ono ing Hartati… ( Satu kesejatian suara yg ada dalam QALBU )

Kang aran Sekar Jempina… ( Itulah yang disebut Bunga Jempina )

Yah..yah..orang yang dijaga oleh Tuhan sudah tentu semua kehendak akan dikabulkan-Nya.Yang dijaga oleh Tuhan adalah orang-orang yang dapat mengendalikan “ daya nafsu “ yang ada
dalam dirinya.Daya nafsu tersebut hanya dikendalikan saja bukan untuk dibasmi…!!.Membasmi daya nafsu sama dengan menyalahi KODRAT manusia itu sendiri.Daya dorong kearah positif dan negatif harus diselaraskan,diharmoniskan dan selalu dijaga keseimbangannya.Jika daya nafsu bisa kita kendalikan dengan baik,itu sama artinya kita telah bergerak untuk menyatukan DIRI dengan Tuhan Hyang
Moho Tunggal.Menyatukan yang saya maksudkan bukanlah dalam pengertian menyatunya Dzat manusia dengan Dzat Tuhan loh…??.Bukan demikian..!!

Manusia tidak perlu menyatukan
DIRINYA dengan Dzat Tuhan,karena Tuhan keberadaan-Nya sudah meliputi segala sesuatu.Yang perlu disatukan itu adalah “ Sifat,Asma dan Af’al “ manusia,agar selaras dengan sifat,asma
dan af’al Tuhan yang telah diberikan kepada semua manusia sebagai KODRAT dan IRADAH yang sudah ada dalam diri setiap manusia.Jadi tugas manusia hanyalah “ MENYELARASKAN,MENYERASIKAN “ dengan Kodrat dan Irodah Tuhan.Untuk bisa menyatukan diri dengan Tuhan,manusia dalam berbagai cara melakukan diantaranya adalah dengan cara MEDITASI,KONTEMPLASI yang dalam hal ini manusia harus bisa
menyatukan segenap PERASAAN dan PIKIRAN dengan nafasnya dalam bermeditasi.Puncak dari adanya penyatuan ini biasanya dalam ukuran minim yang bisa terasa adalah timbulnya “ ketenangan Jiwa “ dan tentramnya Qalbu.Ya..ya.. hanya dengan “ mengingat “ Tuhan lah qalbu/hati bisa menjadi tenang ( QS. Ar-Ra’d . 28 )

Meditasi,Kontemplasi,Dzikir hanyalah sarana dan cara untuk meningkatkan kesempurnaan SPIRITUAL.Dalam hal ini saya membagi dalam 3 ( tiga ) tahapan yang harus dilakukan dalam bermeditasi,kontemplasi,dzikir :

Pertama:
Bagi kita yang hendak melakukan meditasi,dzikir dan kontemplasi harus dapat melakukan dalam khazanah Jawa
disebut “ sesaji ing segoro “ yaitu mengutamakan peranan QALBU,HATI atau NURANI.Kita harus bisa mengendalikan Hati sehingga
pengembaraan dari sang Perasaan,Pikiran dan daya Nafsu
benar-benar menyatu dalam suatu kehendak yang kuat untuk “ mengeleminir “ dorongan hawa nafsu di dalam semedi ( meditasi ).Dalam PUJA SEMEDI itu bertujuan untuk
MENGOSONGKAN HATI dari segala hal yang SELAIN Tuhan.Hasrat yang ada di dalam hati lenyap,pikiran telah diam tak
mengembara lagi,senyap dari segala ILUSI…!! Suara nafas kini sudah tak terdengar lagi,suara Batin tatkala kita melantunkan Dzikir pun telah hilang dan lenyap yang ada hanyalah CAHAYA
KEHENINGAN.Dalam kondisi demikian hanya SUARA ( Qalam ) Illahi yang bisa
masuk dan terekam.He..he…halah..halah….jangan-jangan itu suara SYETAN terkutuk yang
sengaja menggoda kita…? Jangan-jangan itu suara IBLIS yang menyelinap di dalam Hati kita…?? begitu bisikan keragu-raguan yang biasanya ada di dalam benak kita.Syetan,iblis atau apapun namanya TIDAK BAKALAN bisa masuk ke dalam rumah Tuhan ( QALBU ),rumah yang telah dibersihkan dari segala kotoran daya-daya nafsu.Bukankah perasaan dalam
bermeditasi tadi telah SIRNA..?? Segala perasaan IRI,DENGKI,CEMBURU dan MARAH telah berubah menjadi KEHENINGAN…??Hasrat hati dan BIRAHI telah sirna bahkan Angan-anganpun sudah tiada,tak ada lagi sarana dan wahana bagi si syetan dan iblis
untuk masuk dalam Hati ( QALBU ) yang sudah “ Hening dan Heneng “.Kondisi meditasi,dzikir,kontemplasi yang sudah mencapai “ hening dan heneng “ ( diam dan jernih ) tanpa adanya usikan apapun inilah yang dinamakan oleh orang Jawa sebagai “ Sekar Jempina “ Sebuah keadaan yang Jem (tenang,tentram),pi
( sunyi,sepi,tersembunyi ),na ( diam dan berhenti ).Dengan demikian puncak daripada Semedi,Kontemplasi dan Dzikir
adalah tercapainya kondisi yang Jempina...

Kedua:
Semedi,dzikir,Meditasi atau Kontemplasi merupakan cara untuk membersihkan diri dari program lama yang masih melekat pada pita kaset kehidupan ini.Pita hidup ini harus diisi dengan program yang lebih baik tentunya.Program lama diisi dengan
Dzikir ( mengingat ) dan program baru harus disikan,melalui perbuatan “ Amal Shaleh “ berupa segala tindakan dan perbuatan yang bermanfaat,baik bagi diri kita maupun bagi orang lain dan
lingkungannya.Dalam hidup ini semua kenangan pahit harus dikubur dalam-dalam.Selama Semedi,Meditasi,Dzikir atau Kontemplasi pita hidup harus dibersihkan dan dikosongkan agar
QALAM Illahi yang tanpa suara dan kata-kata itu bisa terekam oleh KESADARAN DIRI.Selanjutnya akan bersemilah benih-benih CINTA KASIH dan KERINDUAN untuk berbuat KEBAJIKAN terhadap sesama.Secara lahiriah Kebajikan itu dibuktikan dengan “ Budi Pekerti “ yang Hanif,Arif dan Ma’ruf dalam bersosialisasi dengan kelompok masyarakat.Misalkan saja kita
harus taat hukum ( aturan ) bagi siapa saja.Kesadaran Diri ( Sukma Jati,Diri Sejati,Sirr ) keberadaanya akan selalu
berdampingan dengan yang namanya “ angan-angan dan keinginan “ karena angan-angan dan keinginan ini terbit dan
keluar dari adanya RASA.Dalam hidup ini,angan-angan dan keinginan merupakan pasangan hidup dari Diri Sejati.Ia senantiasa mengikuti sang Diri,baik dalam kehidupan sekarang
ini maupun nanti setelah mati.Angan-angan dan keinginan tak pernah sirna,ia merupakan bagian dari pada hidup.Bukankah hidup tak pernah mati…?? Yang mengalami mati itu hanyalah Jasad badan kasar yang dikubur dalam tanah.Sukma Jati ( Diri
sejati,Sirr ) tidak akan ikut mati ia tetap “ Langgeng tan keno Owah-Gingsir ing kahanan jati “ Jika sudah menyelesaikan
tugasnya sebagai Khalifah di bumi,yah..ia akan kembali kepada Hyang Moho Tunggal,kembali ke Hadirat-Nya di alam
kedamaian Puncak..!!. Sebagaimana firman Tuhan bahwa “ segala yang berasal dari-Nya akan kembali kepada-Nya “ dan siapa yang bener-bener akan kembali ke Hadirat-Nya..??
(QS. Al Fajr 27-30) telah menjawab dengan tegas.Hanya Jiwa yang tenang
saja yang akan kembali ke Hadirat-Nya…!.Bila angan-angan dan keinginan itu terus menerus dituruti,ia semakin lengket pada sang Sukma Jati dan sulit untuk bisa ditinggalkan.Meskipun Jasad badan kasar telah mati dan terkubur dalam tanah,namun ia akan terus melekat pada sang Sukma Jati.Jika dalam kehidupan di Bumi angan-angan dan keinginan ini telah menyesatkan manusia,maka setelah matinya Jasad badan kasar tadi sang Sukma Jati akan mengalami Kesesatan.Perilaku buruk merupakan produk dari angan-angan
dan pikiran yang kotor.Pekerti yang buruk merupakan wujud dari keinginan yang tidak bener.Angan-angan,pikiran dan tingkah laku yang buruk melekat pada sang Sukma Jati.Dan,mungkinkah Sukma Jati,Diri Sejati,Sirr yang telah TERSESAT
selama di dunia ini akan bisa kembali di Hadirat-Nya…??

Ketiga:
Bila semedi,meditasi atau kontemplasi yang dilakukan benar-benar sempurna.Angan-angan,keinginan,pikiran dan ilusi telah lenyap,maka batin sang meditasi akan sentosa.Dia bebas dari segala macam gangguan batin.Kecemasan dan kekhawatiran
juga lenyap.Tak ada lagi ketakutan dimana-mana sama saja yang ada hanyalah ketenangan dalam hidup.Di Kota dan di desa tiadalah berbeda hidup serasa merdeka.Karena sama-sama dalam perlindungan Gusti Hyang Moho Tunggal.Jika sudah demikian akan tumbuh dan berkembanglah sebuah sikap untuk “ Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng “ terhadap Alam
semesta ini.Jika ungkapan ini terwujud,maka tiada lagi petaka dan bencana.Jika bumi ini tetap terpelihara dan dijaga keseimbangannya,bumipun akan tumbuh dengan subur dan tentunya akan memberikan berkah dan kemakmuran bagi manusia.Manusia-manusianya akan hidup dalam ketentraman dan kesenangan.Pikiran jernih,keinginan hanya sebatas yang
dibutuhkan oleh diri dan keluarga serta bangsa.Akhirnya sang Sukma Jati pun akan meninggi dalam keheningan yang
menyelimuti sang pelaku semedi,dzikir,meditasi atau kontemplasi.Jiwanya akan selalu dalam kedamaian.Dengan demikian hidup di dunia dan akherat senantiasa dalam
kesejahteraan ( khazanah ) dan akan dijauhkan oleh API BATINIAH yang menyala-nyala dan menjilat-njilat.........

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Malem Kamis Legi 25/02/2015)

Senin, 18 Januari 2016

" AJARAN SYECH SITI DJENAR & KEJAWEN DALAM MEMANDANG KETUHANAN,DOSA/NERAKA,PAHALA/SURGA "

PERBANDINGAN ANTARA AJARAN SYECH SITI DJENAR & PANDANGAN KEJAWEN

Mengenai Ketuhanan,Alam,dan Manusia

Syech Siti Djenar (Lemah Abang) dalam Mengenal Tuhan Ajaran Siti Jenar memahami Tuhan sebagai ruh yang tertinggi,ruh maulana yang utama,yang mulia yang sakti,yang suci tanpa kekurangan.Itulah Hyang Widhi,ruh maulana yang tinggi dan suci menjelma menjadi diri manusia.Hyang Widhi itu di mana-mana,tidak di langit,tidak di bumi,tidak di utara atau selatan.Manusia tidak akan menemukan biarpun keliling dunia.Ruh maulana ada dalam diri manusia karena ruh manusia sebagai penjelmaan ruh maulana,sebagaimana dirinya yang sama-sama menggunakan hidup ini dengan indera,jasad yang akan kembali pada asalnya,busuk,kotor,hancur,tanah.Jika manusia itu mati ruhnya kembali bersatu ke asalnya,yaitu ruh maulana yang bebas dari segala penderitaan.Lebih lanjut Siti Jenar mengungkapkan sifat-sifat hakikat ruh manusia adalah ruh diri manusia yang tidak berubah,tidak berawal,tidak berakhir,tidak bermula,ruh tidak lupa dan tidak tidur,yang tidak terikat dengan rangsangan indera yang meliputi jasad manusia.Syeh Siti Jenar mengaku bahwa, “ aku adalah Allah,Allah adalah aku ”.Lihatlah,Allah ada dalam diriku,aku ada dalam diri Allah.Pengakuan Siti Jenar bukan bermaksud mengaku-aku dirinya sebagai Tuhan Allah Sang Pencipta ajali abadi,melainkan kesadarannya tetap teguh sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan.Siti Jenar merasa bahwa dirinya bersatu dengan “ruh” Tuhan.Memang ada persamaan antara ruh manusia dengan “ruh” Tuhan atau Dzat.Keduanya bersatu di dalam diri manusia.Persatuan antara ruh Tuhan dengan ruh manusia terbatas pada persatuan manusia denganNya.Persatuannya merupakan persatuan Zat sifat,ruh bersatu dengan Zat sifat Tuhan dalam gelombang energi dan frekuensi yang sama.Inilah prinsip kemanunggalan dalam ajaran tentang
Manunggaling Kawula Gusti atau Jumbuhing Kawula Gusti.Bersatunya dua menjadi satu,atau dwi tunggal.Diumpamakan wiji wonten salebeting wit .

*Pandangan Syeh Siti Djenar (Lemah Abang) Tentang Manusia

Dalam memandang hakikat manusia Siti Jenar membedakan antara jiwa dan akal.Jiwa merupakan suara hati nurani manusia yang merupakan ungkapan dari zat Tuhan,maka hati nurani harus ditaati dan dituruti perintahnya.Jiwa merupakan kehendak Tuhan,juga merupakan penjelmaan dari Hyang Widhi (Tuhan) di dalam jiwa,sehingga raga dianggap sebagai wajah Hyang Widhi.Jiwa yang berasal dari Tuhan itu mempunyai sifat zat Tuhan yakni kekal,sesudah manusia raganya mati maka lepaslah jiwa dari belenggu raganya.Demikian pula akal merupakan kehendak,tetapi angan-angan dan ingatan yang kebenarannya tidak sepenuhnya dapat dipercaya,karena selalu berubah-ubah...perbedaan karakter jiwa dan akal yang bertolak belakang dalam pandangan Siti Jenar,disebabkan oleh adanya garis demarkasi yang menjadi pemisah antara sifat hakikat jiwa dan akal-budi.Jiwa terletak di luar nafsu,sementara akal-budi letaknya berada di dalam nafsu.Mengenai perbedaan jiwa dan akal,dalam wirayat Saloka Jati diungkapkan bahwa akal-budi umpama kodok kinemulan ing leng atau wit jroning wiji (pohon ada di dalam biji).Sedangkan jiwa umpama kodok angemuli ing leng atau wiji jroning wit (biji ada di dalam pohon).
Bagi Syeh Siti Jenar,proses timbulnya pengetahuan datang secara bersamaan dengan munculnya kesadaran subyek terhadap obyek.Maka pengetahuan mengenai kebenaran Tuhan akan diperoleh seseorang bersama dengan penyadaran diri orang itu.Jika ingin mengetahui Tuhanmu,ketahuilah (terlebih dahulu) dirimu sendiri.Syeh Lemah Abang percaya bahwa kebenaran yang diperoleh dari hal-hal di atas ilmu pengetahuan,mengenai wahyu dan Tuhan bersifat intuitif.Kemampuan intuitif ini ada bersamaan dengan munculnya kesadaran dalam diri seseorang.

*Pandangan Syeh Lemah Abang Tentang Kehidupan Dunia

Pandangan Syeh Siti Jenar tentang dunia adalah bahwa hidup di dunia ini sesungguhnya adalah mati.Dikatakan demikian karena hidup di dunia ini ada surga dan neraka yang tidak bisa ditolak oleh manusia.Manusia yang mendapatkan surga mereka akan mendapatkan kebahagiaan,ketenangan,kesenangan.Sebaliknya rasa bingung,kalut,muak,risih,menderita itu termasuk neraka.Jika manusia hidup mulia,sehat,cukup pangan,sandang,papan maka ia dalam surga.Tetapi kesenangan atau surga di dunia ini bersifat sementara atau sekejap saja,karena betapapun juga manusia dan sarana kehidupannya pasti akan menemui kehancuran.Syeh Siti Jenar mengumpamakan bahwa manusia hidup ini sesungguhnya mayat yang gentayangan untuk mencari pangan pakaian dan papan serta mengejar kekayaan yang dapat menyenangkan jasmani.Manusia bergembira atas apa yang ia raih,yang memuaskan dan menyenangkan jiwanya,padahal ia tidak sadar bahwa semua kesenangan itu akan binasa.Namun begitu manusia suka sombong dan bangga atas kepemilikan kekayaan,tetapi tidak menyadari bahwa dirinya adalah bangkai.Manusia justru merasa dirinya mulia dan bahagia,karena manusia tidak menyadari bahwa harta bendanya merupakan penggoda manusia yang menyebabkan keterikatannya pada dunia.Jika manusia tidak menyadari itu semua,hidup ini sesungguhnya derita.Pandangan seperti itu menjadikan sikap dan pandangan Siti Jenar menjadi ekstrim dalam memandang kehidupan dunia.Hidup di dunia ini adalah mati,tempat baik dan buruk,sakit dan sehat,mujur dan celaka,bahagia dan sempurna,surga dan neraka,semua bercampur aduk menjadi satu.Dengan adanya peraturan maka manusia menjadi terbebani sejak lahir hingga mati .Maka Syeh Siti Jenar sangat menekankan pada upaya manusia untuk hidup yang abadi agar tahan mengalami hidup di dunia ini.Siti Jenar kemudian mengajarkan bagaimana mencari kamoksan (mukswa/mosca ) yakni mati sempurna beserta raganya lenyap masuk ke dalam ruh (warongko manjing curigo ).Hidup ini mati,karena mati itu hidup yang sesungguhnya karena manusia bebas dari segala beban dan derita.Karena hidup sesudah kematian adalah hidup yang sejati,dan abadi.Syeh Siti Jenar Mengkritik Ulama dan Para Santrinya,
Alasan yang mendasari mengapa Syeh Siti Jenar mengkritik habis-habisan para ulama dan santrinya karena dalam kacamata Syeh Siti,mereka hanya berkutat pada amalan syariat (sembah raga ).Padahal masih banyak tugas manusia yang lebih utama harus dilakukan untuk mencapai tataran kemuliaan yang sejati.Dogma-dogma,dan ketakutan neraka serta bujuk rayu surga justru membelenggu raga,akal budi,dan jiwa manusia.Maka manusia menjadi terkungkung rutinitas lalu lupa akan tugas-tugas beratnya.Manusia demikian menjadi gagal dalam upaya menemukan Tuhannya.Kritik Syeh Lemah Abang Atas Konsep Surga-Neraka.Konsep surga-neraka dalam ajaran Siti Jenar berbeda sekali dengan apa yang diajarkan oleh para ulama.Menurut Syeh Siti Jenar,surga dan neraka adalah dalam hidup ini.Sementara para ulama mengajarkan surga dan neraka merupakan balasan yang diberikan kepada manusia atas amalnya yang bakal diterima kelak sesudah kematian (akherat).Menurut Syeh Siti Djenar,orang mukmin telah keliru karena mengerjakan shalat jungkir balik,mengharap-harap surga,sedang surga sesudah kematian itu tidak ada,shalat itu tidak perlu dan orang tidak perlu mengajak orang lain untuk shalat.Shalat minta apa,minta rizki ? Tuhan toh tidak memberi lantaran shalat.Santri yang menjual ilmu dengan siapa pun mau menyembah Tuhan di masjid,di dalamnya terdapat Tuhan yang bohong.Para ulama telah menyesatkan manusia dengan menipu mereka jungkir balik lima kali,pagi,siang,sore,malam hanya untuk memohon-mohon imbalan surga kelak.Sehingga orang banyak tergiur oleh omongan palsunya,dan orang menjadi gelisah tak enak ketika terlambat mengerjakan shalat.Orang seperti itu sungguh bodoh dan tak tau diri,jikalau pun seseorang menyadari bahwa shalat itu dilakukan karena merupakan kebutuhan diri manusia sendiri untuk menyembah Tuhannya,manusia ternyata tidak menyadari keserakahannya;dengan minta-minta imbalan/hadiah surga.Orang-orang telah terbius oleh para ulama,sehingga mereka suka berzikir,dan disibukkan oleh kegiatan menghitung-hitung pahalanya tiap hari.Sebaliknya,lupa bahwa sejatinya kebaikan itu harus diimplementasikan kepada sesama (habluminannas).Lebih lanjut Syekh Siti Jenar menuduh para ulama dan murid mereka sebagai orang dungu dan dangkal ilmu,karena menafsirkan surga sebagai balasan yang nanti diterima di akhirat.Penafsiran demikian adalah penafsiran yang sangat sempit.Hidup para ulama adalah hidup asal hidup,tidak mengerti hakekat,tetapi jika disuruh mati mereka menolak mentah-mentah.Surga dan neraka letaknya pada manusia masing-masing.Orang bergelimang harta,hidupnya merasa selalu terancam oleh para pesaing bisnisnya,tidur tak nyeyak,makan tak enak,jalan pun gelisah,itulah neraka.Sebaliknya,seorang petani di lereng gunung terpencil,hasil bercocok tanam cukup untuk makan sekeluarga,menempati rumah kecil yang tenang,tiap sore dapat duduk bersantai di halaman rumah sambil memandang hamparan sawah hijau menghampar,hatinya sesejuk udaranya,
tenang jiwanya,itulah surga.Kehidupan ini telah memberi manusia mana surga mana neraka.Syeh Siti Jenar memandang alam semesta sebagai makrokosmos dan mikrokosmos (manusia) sekurangnya kedua hal ini merupakan barang baru ciptaan Tuhan yang sama-sama akan mengalami kerusakan,tidak kekal dan tidak abadi.Manusia terdiri atas jiwa dan raga yang intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan zat Tuhan.Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yang dilengkapi pancaindera,sebagai organ tubuh seperti daging,otot,darah,dan tulang.Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yang suatu saat,setelah manusia terlepas dari kematian di dunia ini,akan kembali berubah asalnya yaitu unsur bumi (tanah).Syeh Lemah Abang,mengatakan bahwa;
“ Bukan kehendak angan-angan,bukan ingatan,pikiran atau niat,hawa nafsu pun bukan,bukan pula kekosongan atau kehampaan.Penampilanku sebagai mayat baru,andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu,nafasku terhembus di segala penjuru dunia,tanah,api,air,kembali sebagai asalnya,yaitu kembali menjadi baru .Bumi langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia,manusialah yang memberi nama”.

*Kesimpulan Pandangan Syeh Siti Djenar ; tentang terlepasnya manusia dari belenggu alam kematian yakni hidup di alam dunia ini,berawal dari konsepnya tentang
ketuhanan,manusia dan alam.Manusia adalah jelmaan zat Tuhan.Hubungan jiwa dari Tuhan dan raga,berakhir sesudah manusia menemui ajal atau kematian duniawi.Sesudah itu manusia bisa manunggal dengan Tuhan dalam keabadian.Pada saat itu semua bentuk badan wadag (jasad) atau kebutuhan jasmaniah ditinggal karena jasad merupakan barang baru (hawadist) yang dikenai kerusakan dan semacam barang pinjaman yang harus dikembalikan kepada yang punya yaitu Tuhan sendiri.Terlepas dari ajaran Siti Jenar yang sangat ekstrim memandang dunia sebagai bentuk penderitaan total yang harus segera ditinggalkan rupanya terinspirasi oleh ajaran seorang sufi dari Bagdad,Hussein Ibnu Al Hallaj,yang menolak segala kehidupan dunia.Hal ini berbeda dengan konsep Islam secara umum yang memadang hidup di dunia sebagai khalifah Tuhan.

*Pandangan Kejawen Tentang Kehidupan di Dunia

Pandangan Kejawen tentang makna hidup manusia dunia ditampilkan secara rinci,realistis,logis dan mengena di dalam hati nurani;bahwa hidup ini diumpamakan hanya sekedar mampir ngombe,mampir minum,hidup dalam waktu sekejab,dibanding kelak hidup di alam keabadian setelah raga ini mati. Tetapi tugas manusia sungguh berat,karena jasad adalah pinjaman Tuhan.Tuhan meminjamkan raga kepada ruh,tetapi ruh harus mempertanggungjawabkan “barang” pinjamannya itu.Pada awalnya Tuhan Yang Mahasuci meminjamkan jasad kepada ruh dalam keadaan suci,apabila waktu “kontrak” peminjaman sudah habis, maka ruh diminta tanggungjawabnya,ruh harus mengembalikan jasad pinjamannya dalam keadaan yang suci seperti semula.Ruh dengan jasadnya diijinkan Tuhan “turun” ke bumi,tetapi dibebani tugas yakni menjaga barang pinjaman tersebut agar dalam kondisi baik dan suci setelah kembali kepada pemiliknya,yakni Gusti Ingkang Akaryo Jagad.Ruh dan jasad menyatu dalam wujud yang dinamakan manusia.Tempat untuk mengekspresikan dan mengartikulasikan diri manusia adalah tempat pinjaman Tuhan juga yang dinamakan bumi berikut segala macam isinya;atau mercapada.Karena bumi bersifat “pinjaman” Tuhan,maka bumi juga bersifat tidak kekal.Betapa Maha Pemurahnya Tuhan itu,bersedia meminjamkan jasad,berikut tempat tinggal dan segala isinya menjadi fasilitas manusia boleh digunakan secara gratis.Tuhan hanya menuntut tanggung jawab manusia saja,agar supaya menjaga semua barang pinjaman Tuhan tersebut,serta manusia diperbolehkan memanfaatkan semua fasilitas yang Tuhan sediakan dengan cara tidak merusak barang pinjaman dan semua fasilitasnya.Itulah tanggung jawab manusia yang sesungguhnya hidup di dunia ini; yakni menjaga barang “titipan” atau “pinjaman”,serta boleh memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan Tuhan untuk manusia dengan tanpa merusak,dan tentu saja menjaganya agar tetap utuh,tidak rusak,dan kembali seperti semula dalam keadaan suci.Itulah “perjanjian” gaib antara Tuhan dengan manusia makhlukNya.Untuk menjaga klausul perjanjian tetap dapat terlaksana,maka Tuhan membuat rumus atau “aturan-main“ yang harus dilaksanakan oleh pihak peminjam yakni manusia.Rumus Tuhan ini yang disebut pula sebagai kodrat Tuhan;berbentuk hukum sebab-akibat.Pengingkaran atas isi atau “klausul kontrak” tersebut berupa akibat sebagai konsekuensi logisnya.Misalnya;keburukan akan berbuah keburukan,kebaikan akan berbuah kebaikan pula.Barang siapa menanam,maka mengetam.Perbuatan suka memudahkan akan berbuah sering dimudahkan.Suka mempersulit akan berbuah sering dipersulit.

*Konsep Kejawen Tentang Pahala dan Dosa dan Pandangan Kejawen tentang Kebaikan-Keburukan

Ajaran Kejawen tidak pernah menganjurkan seseorang menghitung-hitung pahala dalam setiap beribadat.Bagi Kejawen,motifasi beribadat atau melakukan perbuatan baik kepada sesama bukan karena tergiur surga.Demikian pula dalam melaksanakan sembahyang manembah kepada Tuhan Yang Maha Suci bukan karena takut neraka dan tergiur iming-iming surga.Kejawen memiliki tingkat kesadaran bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukan seseorang kepada sesama bukan atas alasan ketakutan dan intimidasi dosa-neraka,melainkan kesadaran kosmik bahwa setiap perbuatan baik kepada sesama merupakan sikap adil dan baik pada diri sendiri.Kebaikan kita pada sesama adalah KEBUTUHAN diri kita sendiri.Kebaikan akan berbuah kebaikan.Karena setiap kebaikan yang kita lakukan pada sesama akan kembali untuk diri kita sendiri,bahkan satu kebaikan akan kembali pada diri kita secara berlipat.Demikian juga sebaliknya,setiap kejahatan akan berbuah kejahatan pula.Kita suka mempersulit orang lain,maka dalam urusan-urusan kita akan sering menemukan kesulitan.Kita gemar menolong dan membantu sesama,maka hidup kita akan selalu mendapatkan kemudahan.Menurut pandangan Kejawen,kebiasaan mengharap dan menghitung pahala terhadap setiap perbuatan baik hanya akan membuat keikhlasan seseorang menjadi tidak sempurna.Kebiasaan itu juga mencerminkan sikap yang serakah,lancang,picik,dan tidak tahu diri.Karena menyembah Tuhan adalah kebutuhan manusia,bukan kebutuhan Tuhan.Mengapa seseorang masih juga mengharap-harap pahala dalam memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri..??Dapat dibayangkan,jika kita menjadi mahasiswa maka butuh bimbingan dalam menyusun skripsi dari dosen pembimbing,maka betapa lancang,serakah,dan tak tahu diri jika kita masih berharap-harap supaya dosen pembimbing tersebut bersedia memberikan uang kepada kita sebagai upah.Dapat diumpamakan pula misalnya;kita mengharap-harapkan upah dari seseorang yang bersedia menolong kita..???
Ajaran Kejawen memandang bahwa seseorang yang menyembah Tuhan dengan tanpa pengharapan akan mendapat pahala atau surga dan bukan atas alasan takut dosa atau neraka,adalah sebuah bentuk KEMULIAAN HIDUP YANG SEJATI .Sebaliknya,menyembah Tuhan,berangkat dari kesadaran bahwa manusia hidup di dunia ini selalu berhutang kenikmatan dan anugrah dari Tuhan.Dalam satu detik seseorang akan kesulitan mengucapkan satu kalimat sukur,padahal dalam sedetik itu manusia adanya telah berhutang puluhan atau bahkan ratusan kenikmatan dan anugerah Tuhan.Maka seseorang menjadi tidak etis,lancang dan tak tahu diri jika dalam bersembahyang pun manusia masih menjadikannya sebagai sarana memohon sesuatu kepada Tuhan.Tuhan tempat meminta,tetapi manusia lah yang tak tahu diri tiada habisnya meminta-minta.Dalam sikap demikian ketenangan dan kebahagiaan hidup yang sejati akan sangat sulit didapatkan.Sembahyang tidak lain sebagai cara mengungkapkan rasa berterimakasihnya kepada Tuhan.Namun demikian ajaran Kejawen memandang bahwa rasa sukur kepada Tuhan melalui sembahyang atau ucapan saja tidak lah cukup,tetapi lebih utama harus diartikulasikan dan diimplementasikan ke dalam bentuk tindakan atau perbuatan baik kepada sesama dalam kehidupan sehari-harinya.Jika Tuhan memberikan kesehatan kepada seseorang,maka sebagai wujud rasa sukurnya orang itu harus membantu dan menolong orang lain yang sedang sakit atau menderita.
Itu lah pandangan yang menjadi dasar Kejawen bahwa menyembah Tuhan,dan berbuat baik pada sesama bukanlah KEWAJIBAN (perintah) yang datang dari Tuhan,melainkan diri kita sendiri yang mewajibkan...

Olah Kepribadian Agoeng Deworuci di 1/3 Malem Jum'at Legi 26/02/2016

Bersumber dari Kitab Wirid Hidayat Djati karya R.M Ranggawarsita