Kamis, 07 Juli 2016

" Embun Tajjali "

Jika kau hadir padaNya demi semata-mata menghadapkan permohonanmu
Maka kau sebenarnya terhijab dariNya
Kau tak bisa melihatNya
Walau pandangan matamu setajam matahari
Menyirnakan embun Tajalli...

Pandanglah hanya pada WajahNya
Itulah sholatmu yang hakiki
Pertemuan tanpa tirai

Di dalam relung Masjidil Haram
Ada yang sholat di depan Ka’bah
Ada yang sholat di dalam Ka’bah
Ada yang sholat langsung tak nampak Ka’bah

Kekasih membawa sajadahnya ke mana-mana
Berjalan di lorong hati yang senyap
Akan menuntun kau ke mihrabNya
Sedang kau berdiri dengan alas sajadah
SIAPA YANG MENYEMBAH
Dan SIAPA PULA YANG DISEMBAH

Ketika mata kewujudanmu tertutup
Mata hatimu pun terbuka
Dan kau bisa melihat DIA
Sepertimana DIA akan memperlihatkan DiriNya
Kepada penghuni syurga
Jadilah penghuni rumahNya
Dan tinggalkan bayang-bayang makhluk di padang keakuan diri

Tatkala DIA mengangkat selubungNya
Maka semua hari yang mutlak adalah MAKRIFAT
Tugas kita adalah membuka pintu diri ini
Kerana kerajaanNya ada di dalam

Kata sang semut kepada Nabi Sulaiman,“kami ini makhluk kecil nyaris tak terlihat dunia,justru bagaimana cinta agungNya bisa berada di dalam kewujudan kami?”

Ya Rabb..........
Sepatutnya dalam berdoa
Aku yang harus menuruti segala keinginanMu
Bukan KAU pula yang harus memenuhi segala keinginanku
Di padang keraguan
Jubah-jubah berhimpun keluh-kesah
Waktu telah tiba
Namun KAU belum jua menepati permohonan
Mata hati menjadi cair dan kabur
Suara-suara bertanya
“Mengapa KAU masih diam menangguh hingga membuat kami begitu gusar,mungkinkah kerana amalan kami tidak mencukupi atau kami abai menyempurnakan kewajiban??”

MAKRIFAT itu karunia teragungMu
Di saat KAU membuka pintu semesta
Tak siapa menyadari
Kau mau memperkenalkan diriMu
Sedangkan segala persembahan amalan
Hanya berupa hadiah dibalas dengan hadiah

Benih cinta...
Yang tidak disemadikan ke dalam tanah tidak akan tumbuh sebagai pohon yang sempurna

Langit hitam itulah hati
ia hanya terang jika Tuhan ternampak di dalamnya
Andai kau masih tidak melihat DIA di bentangan luas kosmos  ini
Kau juga tidak akan melihat DIA di negeri akhirat kekal abadi
Kau memerlukan misykat pelita terang-benderang
Demi melihat DIA pada dirimu
Tiada apa pun yang menghijab DIA
Yang lain dari DIA adalah DIA juga
Laksana kaca gilang-gemilang tanpa tersentuh api
Tidak di timur tidak di barat
Kaca itulah cahaya,cahaya itulah kaca
Bias keindahanNya tampak jelas pada segala sesuatu

Sebenarnya Tuhan tidak ghaib
Maka untuk menujuNya
Perlukah sampai mencari dalil??
Sebenarnya Tuhan juga tidak jauh
Dari permadani kosmos ini
Maka untuk menyatukan diri kepadaNya
Perlukah tabir yang memisahkan??

Mata hatimu sendiri menyaksikan
Hakikatmu tiada
Usah kau menunggang keledai
Dari alam ke alam yang lain
Kau harus berhijrah serta tinggalkan segera
Semua alam ciptaanNya
Dan renungkanlah
Di manakah kini DIA menempatkanmu

Pada kasih-sayangMu aku bermohon
Jangan KAU usir diriku
Ketika kuhadir di depan pintuMu
Jangan KAU jauhkan diriku
Ketika kuhampir pada batasMu
Nafsu telah mendorongku tampil kepadaMu
Setelah menjeratku sebagai orang tawanan
KAUlah penyelamatku
Di medan tempur percintaan
Kini bagaimana aku bisa bermunajat kepadaMu
Sehabis sahaja pertempuran
Seluruh padang kosmos ini lenyap
Di dalam singgasanaMu

Kudahagakan minuman
Dari gelas cintaMu yang jernih
Bagaimana harus kuungkapkan
KAU sebenarnya ada
Di sebalik hati yang berselaput debu-debu bumi
KAU senantiasa berjalan di padang sahara jiwaku
Membawa rohku bersamaMu
Demi asyik akan cinta terhadapMu
Aku tersingkir dari tasbih orang-orang awam
Puisi menjadikan hubungan lebih mesra dan akrab
Dari ucap dzikir di bibir

Semua hasrat di hati telah sirna
Sebaik saja melihat KAU datang
Membawa harapan-harapan sejati
Tanpa rasa cinta anugerahMu
Tak kan kutahu siapa diriku
Aku yakin benar
Telah menyaksikanMu dalam jiwaku
Namun yang melihatMu dari sisi luar
Menjangkakan bumi ini bukan tempat kunjunganMu
KAU tetap berada selamanya
Di atas singgasana langitMu
Malam sehabis munajat
Mereka pulang lalu menutup pintu-pintu rumahMu
Mereka padamkan semua lampu
Mereka mengosongkan mihrabMu hingga fajar
Sementara hati orang-orang yang tak pernah tidur
Sepanjang malamnya dapat melihatMu dengan jelas dan nyata
Mereka memohon keampunan dariMu
Sebelum datang kematian yang dijanjikan.................

" Embun Tajjali "
Agoeng Deworuci,Malem Rabu Wage 07/06/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar