Selasa, 03 Februari 2015

SERAT DEWARUCI(MISTERI AIR KEHIDUPAN/TIRTA PRAWITASARI/MA'UL HAYYAT) - KISAH PERJALANAN BIMA MENEMUKAN KESEJATIAN DIRI(SANGKAN PARANING DUMADI/MANUNGGALING KAWULO GUSTI)

"SERAT DEWARUCI(MISTERI AIR KEHIDUPAN/TIRTA PRAWITASARI/MA'UL HAYYAT)-KISAH PERJALANAN BIMA MENEMUKAN KESEJATIAN DIRI(SANGKAN PARANING DUMADI/MANUNGGALING KAWULO GUSTI)"

Banyak rahasia,pesan dan makna yg terkandung dalam Serat Dewaruci.Berikut sekilas uraian dan kesimpulan yg coba saya himpun dan saya sadur dari serat aslinya yang berbahasa sansekerta/jawa kuno karya pujangga besar tanah jawa R.M.Ng.Ranggawarsita

*Filosofi Dewa Ruci*

Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati,dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula
(manusia) dan Gusti (Pencipta) manunggaling Kawula Gusti,pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Sang Pencipta,yang mempunyai moral yang baik,bersih dan jujur.Beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran
dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya.Cipta,rasa,karsa dan karya harus baik,benar,suci dan ditujukan untuk MEMAYU HAYUNING BAWONO.Kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi,tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni.Tindakan simbolis dalam religi,adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah Dzat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia,karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya,misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang
Murbheng Dumadi,Gusti Ingkang Maha Kuaos,dan sebagainya.Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya
tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada tiga hari,tujuh hari,empat puluh hari,seratus hari,satu tahun,dua tahun,tiga tahun,dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlilan ).Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit,warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.

Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan
tindakan orang jawa dalam kehidupan.Maka orang mulai berfikir
bagaimana bisa membuktikan hal ghaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan.Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai
obyek exploitasi dan penelitian.Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan,seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga)
yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah,air,api,dan udara,yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah,baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut.Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju,keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan
rumah.Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa.Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme.Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya cakra panggilingan.

Orang Jawa menganggap cerita wayang merupakan cermin dari pada kehidupannya.Dewa Ruci yang merupakan cerita asli wayang Jawa
memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara Kawula dan Gusti,yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa Ruci.Dalam bentuk kakawin (tembang) berjudul:”Serat Dewaruci Kidung” yang disampaikan dalam bentuk macapat,berbahasa halus dan sesuai rumus-rumus tembang,dengan bahasa Kawi,Sanskerta dan Jawa Kuna.Intisari cerita tersebut yaitu bahwa pihak kaum Kurawa dengan dinegeri Amarta,ingin menjerumuskan pihak Pandawa dinegeri
Astina,(yang sebenarnya adalah:bersaudara) ke dalam kesengsaraan,melalui perantaraan guru Durna.Sena yang juga adalah murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam
mencapai kesempurnaan demi kesucian badan,Sena diharuskan mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan Tibrasara.Sena mengikuti perintah
gurunya dan yakin tidak mungkin tertipu dan terbunuh oleh anjuran Gurunya,dan tetap berniat pergi mengikuti perintah
sang Guru,walaupun sebenarnya ada niat sang Guru Durno untuk mencelakakannya.Diceritakan pada saat di negeri Amarta,Prabu Suyudana/raja Mandaraka/prabu Salya sedang rapat membahas bagaimana caranya Pandawa dapat ditipu secara halus agar musnah,sebelum terjadinya perang Baratayuda,bersama dengan Resi Druna,Adipati Karna,Raden Suwirya,Raden Jayasusena,Raden Rikadurjaya,Adipati dari Sindusena,Jayajatra,Patih Sengkuni,Bisma,Dursasana,dan lain-lainnya termasuk para sentana/pembesar andalan lainnya.Kemudian Durna memberi petunjuk kepada Sena,bahwa jika ia telah menemukan air suci itu,maka akan berarti dirinya
mencapai kesempurnaan,menonjol diantara sesama makhluk,dilindungi ayah-ibu,mulia,berada dalam triloka,akan
hidup kekal adanya.Selanjutnya dikatakan,bahwa letak air suci ada di hutan Tibrasara,dibawah Gandawedana,di gunung Candramuka,di dalam gua.Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu Suyudana,lalu keluar dari istana,untuk mohon pamit,mereka semua tersenyum,membayangkan Sena berhasil ditipu dan akan hancur lebur melawan dua raksasa yang tinggal di gua itu,sebagai rasa optimisnya,untuk sementara mereka merayakan dengan bersuka-ria,pesta makan minum
sepuas-puasnya.
Setelah sampai di gua gunung Candramuka,air yang dicari ternyata tidak ada,lalu gua disekitarnya diobrak-abrik.Raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang berada di gua terkejut,marah dan mendatangi Sena.Namun walau telah dijelaskan niat kedatangannya,kedua raksasa itu tetap marah karena merasa terganggu akibat ulah Sena,tetap saja mengamuk.Terjadi perkelahian,Namun dalam perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah,ditendang,dibanting ke atas batu dan meledak hancur lebur.Kemudian Sena mengamuk dan mengobrak-abrik lagi sampai lelah,dalam hatinya ia bersedih hati dan berfikir bagaimana mendapatkan air suci tersebut.Karena kelelahan,kemudian ia
berdiri dibawah pohon beringin.Setibanya di serambi Astina,saat lengkap dihadiri Resi Druna,Bisma,Suyudana,Patih Sangkuni,Sindukala,Surangkala,Kuwirya Rikadurjaya,Jayasusena,lengkap bala Kurawa,dan lain-lainnya terkejut atas kedatangan Sena.Ia memberi laporan tentang perjalannya dan dijawab oleh Sang Druna :bahwa ia sebenarnya hanya diuji,sebab tempat air yang dicari,sebenarnya ada di tengah samudera.Suyudana juga membantu
bicara untuk meyakinkan Sena.Karena tekad yang kuat maka Sena pun nekat untuk pergi lagi,yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada) Sementara itu di Astina keluarga Sena yang mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati,
yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta.Setelah menerima penjelasan dari Darmaputra,Kresna mengatakan bahwa janganlah Pandawa bersedih,sebab tipu
daya para Kurawa akan mendapat balasan dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung.Ketika sedang asyik
berbincang-bincang,datanglah Sena,yang membuat para Pandawa termasuk Pancawala,Sumbadra,Retna Drupadi dan
Srikandi,dan lain-lainnya senang dan akan mengadakan pesta.Namun tidak disangka,karena Sena ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu,yaitu ke tengah
samudera.Nasehat dan tangisan,termasuk tangisan semua
sentana laki-laki dan perempuan,tidak membuatnya mundur.Sena berangkat pergi,tanpa rasa takut keluar masuk hutan,naik turun gunung,yang akhirnya tiba di tepi laut.Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru datang,bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera,topan datang
juga riuh menggelegar,seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak benar.Bagi Sena,lebih baik mati dari pada pulang menentang sang Maharesi,walaupun ia tidak mampu masuk ke dalam air,ke dasar samudera.Maka akhirnya ia berpasrah diri,tidak merasa takut,sakit dan mati memang sudah kehendak dewata yang agung,karena sudah menyatakan kesanggupan kepada Druna
dan prabu Kurupati,dalam mencari Tirta Kamandanu,masuk ke dalam samudera.Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi
laut,kesedihan sudah terkikis,menerawang tanpa batas,lalu ia
memusatkan perhatian tanpa memikirkan marabahaya,dengan semangat yang menyala-nyala mencebur ke laut,tampak
kegembiraannya,dan tak lupa digunakannya ilmu Jalasegara,agar air menyibak.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan,pemangsa ikan di laut,wajah liar dan ganas,berbisa sangat mematikan,mulut bagai gua,taring tajam bercahaya,melilit Sena sampai hanya
tertinggal lehernya,menyemburkan bisa bagai air hujan.Sena bingung dan mengira cepat mati,tapi saat lelah tak kuasa meronta,ia teringat segera menikamkan kukunya,kuku Pancanaka,menancap di badan naga,darah memancar deras,naga besar itu mati,seisi laut bergembira.Sementara itu Pandawa bersedih hati dan menangis memohon penuh iba,kepada prabu Kresna.Lalu dikatakan oleh Kresna,bahwa Sena tidak akan meninggal dunia,bahkan mendapatkan
pahala dari dewata yang nanti akan datang dengan kesucian,memperoleh cinta kemuliaan dari Hyang Suksma Kawekas,diijinkan berganti diri menjadi batara yang berhasil menatap
dengan hening.Para saudaranya tidak perlu sedih dan cemas.Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera,ia bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil
bermain-main di atas laut,bernama DEWARUCI.Lalu ia berbicara :”Sena apa kerjamu,apa tujuanmu,tinggal di laut,semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan,tidak ada makanan,dan tidak ada pakaian.Hanya ada daun kering yang tertiup angin,jatuh didepanku,itu yang saya makan”. Dikatakan pula:”Wahai Wrekudara,segera datang ke sini,banyak rintangannya,jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai di tempat ini,segalanya serba sepi.Tidak terang dan pikiranmu memaksa,dirimu tidak sayang untuk mati,memang benar,disini tidak mungkin ditemukan”.
“Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi,Hyang Girinata,kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja,ayahmu pun keturunan dari Brama,menyebarkan para raja,ibumu Dewi Kunthi,yang memiliki keturunan,yaitu sang Hyang Wisnu Murti.Hanya berputra tiga dengan ayahmu,Yudistira sebagai anak sulung,yang kedua dirimu,sebagai penengah adalah Dananjaya,yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim,genaplah Pandawa,kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih,karena gurumu yang memberi petunjuk,itulah yang kau laksanakan,maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya”, lanjut Dewa Ruci.Kemudian dikatakan :”Jangan pergi bila belum jelas maksudnya,jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan,janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu.Kau bisa tahu dari
bertanya,dan dengan meniru juga,jadi dengan dilaksanakan,demikian dalam hidup,ada orang bodoh dari gunung akan
membeli emas,oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia.Demikian pula orang berguru,bila belum paham,akan tempat yang harus disembah”.

Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan

“Segeralah kemari Wrekudara,masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci.Sambil tertawa Sena bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil,saya bertubuh besar,dari mana jalanku masuk,kelingking pun tidak mungkin masuk”.Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini,semua isi dunia,hutan dengan gunung,samudera dengan semua isinya,tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.Atas petunjuk Dewa Ruci,Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri.Dan tampaklah laut luas tanpa tepi,langit luas,tak tahu mana utara dan selatan,tidak tahu timur dan barat,bawah dan atas,depan dan belakang.Kemudian,terang,tampaklah Dewa Ruci,memancarkan sinar,dan diketahui lah arah,lalu matahari,nyaman rasa hati.Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena,yaitu hitam,merah,kuning dan putih.Lalu berkatalah Dewa Ruci: “Yang pertama kau lihat cahaya,menyala tidak tahu namanya,Pancamaya itu,sesungguhnya ada di dalam hatimu,yang memimpin dirimu,maksudnya hati,disebut muka sifat,yang menuntun kepada sifat lebih,merupakan hakikat sifat itu
sendiri.Lekas pulang jangan berjalan,selidikilah rupa itu jangan
ragu,untuk hati tinggal,mata hati itulah,menandai pada hakikatmu,sedangkan yang berwarna merah,hitam,kuning dan putih,itu adalah penghalang hati.Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal,murka,yang
menghalangi dan menutupi tindakan yang baik.Yang merah menunjukkan nafsu yang baik,segala keinginan keluar dari situ,panas hati,menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan.Yang kuning hanya suka merusak.Sedangkan yang putih berarti nyata,hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu,perwira dalam kedamaian.Sehingga hitam,merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi,persatuan Suksma
Mulia.Lalu Wrekudara melihat cahaya memancar berkilat,berpelangi melengkung,bentuk dzat yang dicari,apakah gerangan itu...??Menurut Dewa Ruci,itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya,memancar bernyala-nyala,yang menguasai segala hal,tanpa bentuk dan tanpa warna,tidak berwujud dan tidak tampak,tanpa tempat tinggal,hanya terdapat pada orang-orang yang awas,hanya berupa firasat di dunia ini,dipegang tidak dapat,adalah Pramana,yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin,bertempat tinggal di tubuh,tidak ikut makan dan minum,tidak ikut merasakan sakit dan menderita,jika berpisah dari tempatnya,raga yang tinggal,badan tanpa daya.Itulah yang mampu merasakan penderitaannya,di hidupi oleh suksma,ialah yang berhak menikmati hidup,mengakui rahasia dzat.Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya,Pramana bila mati ikut lesu,namun bila hilang,kehidupan suksma ada.Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya,Pramana Anresandani.Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan,jangan punya kegemaran,bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku,jangan bicara gaduh,jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi,tapi lekaslah mengalah jika
berselisih,jangan memanjakan diri,jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar,tidak mengalami hambatan dan kesulitan,tidak sakit,hanya enak dan bermanfaat,peganglah dalam pemusatan
pikiran,disimpan dalam buana,keberadaannya melekat pada
diri,menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.Sedangkan Suksma Sejati,ada pada diri manusia,tak dapat dipisahkan,tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu,menyatu dengan kesejahteraan dunia,mendapat anugerah yang benar,persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti.

Manusia bagaikan wayang,Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak,dunia merupakan panggungnya,layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan
diri,hayati dengan sungguh-sungguh,karena nasehat merupakan
benih.Namun jika ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh,maka jika manusia bijaksana,tinggalkan dan hilangkan,agar menjadi jelas penglihatan sukma,rupa dan suara.Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih,segala tingkah laku akan menjadi satu,sudah menjadi diri sendiri,dimana setiap gerak tentu juga
merupakan kehendak manusia,terkabul itu namanya,akan segala keinginan,semua sudah ada pada manusia,semua jagad ini karena diri manusia,dalam segala janji janganlah ingkar.Jika sudah paham akan segala tanggung jawab,rahasiakan dan tutupilah.Yang terbaik,untuk disini dan untuk disana juga,bagaikan mati di dalam hidup,bagaikan hidup dalam mati,hidup
abadi selamanya,yang mati itu juga.Badan hanya sekedar
melaksanakan secara lahir,yaitu yang menuju pada nafsu.Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci,hatinya
terang benderang,menerima dengan suka hati,dalam hati mengharap mendapatkan anugerah wahyu sesungguhnya.Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci:”Sena ketahuilah olehmu,yang kau kerjakan,tidak ada ilmu yang didatangkan,semua sudah kau kuasai,tak ada lagi yang dicari,kesaktian,kepandaian dan keperkasaan,karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan.Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya,Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami,lalu kembali ke alam kemanusiaan,gembira hatinya,hilanglah kekalutan hatinya,dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,Wrekudara lalu mengingat,banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah,mengira sudah benar,akhirnya tak berdaya,dililit oleh penerapannya,seperti mengharapkan kemuliaan,namun akhirnya tersesat dan
terjerumus.Bertapa tanpa ilmu,tentu tidak akan berhasil,kematian seolah dipaksakan,melalui kepertapaannya,mengira dapat mencapai
kesempurnaan dengan cara bertapa tanpa petunjuk,tanpa pedoman berguru,mengosongkanan pikiran,belum tentu akan mendapatkan petunjuk yang nyata.Tingkah seenaknya,bertapa dengan merusak tubuh dalam mencapai kamuksan,bahkan gagal lah bertapanya itu.Guru yang benar,mengangkat murid/cantrik,jika memberi ajaran tidak jauh tempat duduknya,cantrik sebagai sahabatnya,lepas dari pemikiran batinnya,mengajarkan wahyu yang diperoleh.Inilah keutamaan bagi keduanya.Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang
dimainkan di atas panggung,di balik layar ia digerak-gerakkan,banyak hiasan yang dipasang,berlampu panggung matahari dan rembulan,dengan layarnya alam yang sepi,yang melihat adalah pikiran,bumi sebagai tempat berpijak,wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan,gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang,disuarakan bila harus berkata-kata,bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar,bagaikan api dalam kayu,berderit oleh tiupan angin,kayu hangus mengeluarkan asap,sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu,ketahuilah asal mulanya,semuanya yang tergetar,oleh
perlindungan jati manusia,yang kemudian sebagai rahasia.Kembali ke Negeri Ngamarta,Tekad yang sudah sempurna,dengan penuh semangat,Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya,Ngamarta,tak berpaling hatinya,tidak asing bagi dirinya,sewujud dan sejiwa,dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan,dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya.Permulaan jagad raya,kelahiran batin ini,memang tidak kelihatan,yang bagaikan
sudah menyatu,seumpama suatu bentukan,itulah perjalanannya.Bersamaan dengan kedatangan Sena,di Ngamarta sedang
berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna,yang sedang membicarakan kepergian Sena,cara masuk dasar samudera.Maka disambutlah ia,dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya,ia menjawab bahwa
perjalanannya itu dicurangi,ada dewa yang memberi tahu kepadanya,bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan.Gembira mendengar itu,lalu Kresna berkata :”Adikku ketahuilah
nanti,jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini”.

MAKNA AJARAN DEWA RUCI

- Pencarian air suci Prawitasari

Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari.Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih,suci...sari artinya inti.Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.

- Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka

Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara,dilereng Gunung Reksamuka.Tikbra artinya rasa prihatin;sara berarti tajamnya pisau,ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping
cipta (tajamnya cipta).Reksa berarti memelihara atau mengurusi;muka adalah wajah,jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui semedi.
1. Sebelum melakukan semedi orang harus membersihkan atau
menyucikan badan dan jiwanya dengan air.
2. Pada waktu semedi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung.Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina...Tur berarti gunung,Sina berarti tempat artinya
tempat yang tinggi.Pandangan atau paningal sangat penting pada saat semedi.Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci,dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu semedi.Dalam cerita wayang digambarkan bahwasannya Resi Manukmanasa dan Begawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya
suci.

- Raksasa Rukmuka dan Rukmakala

Di hutan,Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala.Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil
membunuh keduanya,ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya semedinya berhasil.

Rukmuka : Ruk berarti rusak,ini melambangkan hambatan yang
berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).

Rukmakala : Rukma berarti emas,kala adalah bahaya,menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan
kekayaan material antara lain: pakaian,perhiasan seperti emas
permata dan lain-lain (kamulyan) Bima tidak akan mungkin melaksanakan semedinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan,karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih,terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang
menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan
tersebut.

- Samudra dan Ular

Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan ,tetapi sebenarnya berada didasar samudra.Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra.Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksami yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra,yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.Ular adalah simbol dari kejahatan.Bima membunuh ular tersebut
dalam satu pertarungan yang seru.Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati,tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan,dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya.Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.
2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.
3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
4. Anoraga : rendah hati,dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya,dia tidak akan membalas,tetap sabar.
5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.
6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar,tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan semedi.Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya,tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang
terjadi pada masa lalu.
8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.
9. Wilujengan : menjaga kesehatan,kalau sakit diobati.
10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
11. Samadi.
12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar,makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah
haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan
itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.

Pertemuan dengan Dewa Suksma Ruci

Sesudah Bima membunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka,Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya persis seperti dia.Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri.Didalam,Bima bisa melihat dengan
jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.

Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :
– Bima bermeditasi dengan benar,menutup kedua matanya,mengatur pernapasannya,memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening.
– Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci,diterimanya semedi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia lagi.Bima telah menerima pelajaran terpenting
dalam hidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam,dia adalah satu dengan yang suci,tak terpisahkan.Dia telah mencapai kasunyatan sejati.Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”.Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya.Mula-mula dia tidak mau pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya,ketemu keluarganya dan lain-lain.

Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima

Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunyatan-kenyataan sejati.Gelang Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya.Candra artinya bulan,kirana artinya sinar.Bima yang sudah tinarbuka,sudah menguasai sinar suci yang terang yang terdapat didalam paningal.
Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah,hitam,kuning dan putih.Yang merupakan simbol nafsu,amarah,alumah,supiah dan mutmainah.Disini menggambarkan bahwa Bima sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.

Tusuk konde besar dari kayu asem
Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik,Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup,dia tidak tertarik kepada kekayaan duniawi.

Tanda emas diantara mata.
Artinya Bima melaksanakan semedinya secara teratur dan mantap.

Kuku Pancanaka
Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.
Melambangkan :
1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.
2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat,dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab,meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus kurawa.Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah mencapai ilmu sejati...........

(Olah Kepribadian Agoeng Deworuci,Rabu Wage 04/01/2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar